Manusia Cerdas Karena Racun Timbal, Peneliti Ungkap Dampak ke Otak

3 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti menemukan alasan manusia lebih cerdas dibanding spesies homnin lain yang sudah punah. Salah satu pemicunya ternyata adalah timbal, elemen logam yang kini menjadi salah satu sumber polusi terbesar.

Laporan penelitian University of California San Diego School of Medicine menemukan bahwa nenek moyang manusia dan spesies kera besar lainnya terpapar timbal jauh lebih awal dari yang dipercaya sebelumnya.

Eksposur timbal terjadi sekitar 2 juta tahun sebelum manusia mulai menambang logam, termasuk timbal. Paparan elemen ini diperkirakan memicu evolusi otak manusia, yang menjadi dasar perkembangan sosial dan bahasa. Perbedaannya adalah varian genetik khusus yang hanya ada di manusia modern (Homo sapiens). 

Dalam artikel yang diterbitkan di Science Advance, para peneliti memaparkan riset yang mencakup pemeriksaan fosil gigi dari 51 homonid yang ditemukan di Afrika, Asia, dan Eropa. Homonid atau kera besar yang dijadikan sampel termasuk manusia modern, spesies yang sudah punah seperti Neanderthal, spesies nenek moyang manusia seperti Australopithecus africanus, hingga kera besar yang sudah punah seperti Gigantopithecus blacki.

Dari semua fosil yang dipelajari, paparan timbal ditemukan pada 73 persennya. Sekitar 71 persen sampel dari manusia modern dan manusia purba terkontaminasi timbal. Eksposur paling besar ditemukan pada fosil G. blacki yang usianya 1,8 juta tahun.

Sebelumnya padahal paparan timbal dipercaya baru muncul di era Romawi, yaitu dari pipa saluran air dari timbal yang digunakan hingga era revolusi industri.

"Kita berhenti menggunakan timbal setelah memahami racun di dalamnya, tetapi tidak ada yang pernah mempelajari era prasejarah," kata Alyyson Muotori dari UC San Diego School of Medicine.

Peneliti kaget ketika menemukan pola pada gigi dari manusia dari abad ke-20 yang terpapar timbal dari bensin dan car, serupa dengan pola pada gigi fosil manusia purba. Mereka menduga manusia purba terpapar timbal saat mencari air.

"Kemungkinannya mereka mencari gua yang di dalamnya ada air mengalir. Gua mengandung timbal, sehingga mereka terkontaminasi. Berdasarkan enamel gigi, [paparan timbal] sudah ada sejak dini," kata Muotori.

Paparan padahal timbal mengganggu perkembangan dan fungsi otak, menghambat kecerdasan dan regulasi emosi.

Berdasarkan temuan ini, Muotri dan tim bertanya-tanya. Bagaimana manusia modern bisa "sukses" dibanding spesies lain di lingkungan "beracun."

Temuan awal dari Muotri menyoroti gen bernama neuro-oncological ventral antigen 1 (NOVA1). NOVA1 adalah kunci perkembangan saraf dengan menentukan cara sel saraf bereaksi atas paparan timbal. Jika aktivitas NOVA1 terganggu, aktivitas sistem saraf juga tertanggu.

Gen NOVA1 pada manusia modern dan manusia purba seperti Neanderthals sama persis, kecuali 1 DNA.

"Semua serupa kecuali variasi gen tersebut, mendorong kita untuk bertanya apakah ada mutasi spesifik yang membedakan kita dan Neanderthals, memberikan kita keunggulan," katanya. 

Peneliti kemudian bereksperimen dengan dua variasi sel otak (organoids), dengan dan tanpa NOVA1.

"Kami kemudian memaparkan kedua jenis organoid dengan timbal dalam jumlah yang sangat kecil. Perbedaannya sangat jelas. Organoid dengan gen purba menunjukkan tanda stres yang sangat jelas. Koneksi saraf tidak bekerja dengan efisien, bagian terkait komunikasi dan perilaku sosial terganggu," kata Muotri dalam The Conversation. "Organoid dengan gen modern, bertahan jauh lebih baik."

Hasil ini, lanjutnya, penting dalam memahami dampak lingkungan terhadap evolusi manusia. Kemunculan varian modern NOVA1 "melindungi" manusia modern dari dampak besar timbal, kemudian mendorong perkembangan bahasa dan sosial.

"Bahasa adalah keunggulan yang sangat penting, dampaknya transformasional, sumber kekuatan super kita. Karena kita memiliki bahasa, kita bisa mengelola masyarakat dan bertukar ide, membuat kita bisa berkoordinasi dalam kelompok besar," kata Muotri. "Neanderthal mungkin punya kemampuan untuk berpikir abstrak, tetapi mereka tidak bisa menyampaikannya ke satu sama lain. Alasannya mungkin karena mereka tidak pernah punya sistem komunikasi yang seefisien bahasa manusia."


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Tanda Kiamat Muncul di Mana-Mana, Tampak Jelas di Keju

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |