Bandung, CNBC Indonesia - AirNav Indonesia memperketat koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina yang diprediksi memuncak pada periode akhir tahun 2025 hingga awal 2026. Langkah ini menjadi perhatian khusus, mengingat masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) biasanya diikuti lonjakan aktivitas penerbangan.
Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Standardisasi AirNav Indonesia, Capt. Nurcahyo Utomo menjelaskan, intensitas hujan pada periode tersebut diperkirakan meningkat signifikan.
"Terkait La Nina, prediksinya memang seperti itu. Jadi, di akhir Desember, awal Januari, di periode Nataru ini tidak hanya curah hujan, tidak hanya musim hujan biasa, tapi curah hujan akan naik dan intensitasnya juga akan lebih tinggi. Sehingga inilah yang menjadi kewaspadaan," kata Nurcahyo dalam konferensi pers di Bandung, Rabu (12/11/2025) malam.
Koordinasi rutin antara AirNav dan BMKG dilakukan setiap hari untuk memastikan pengendalian lalu lintas udara tetap berlangsung aman. Nurcahyo mengatakan, briefing cuaca kini dilakukan secara daring guna memudahkan seluruh pihak yang terlibat.
"Namun demikian, perkembangan hari-per-hari bahwa setiap pagi ada briefing. Briefing ini tidak briefing fisik, ini briefing online. Jadi pakai Zoom karena BMKG kantornya di Kemayoran, kita kantornya di Tangerang. Dan itu setiap jam 7 pagi, jadi setiap jam 7 pagi ada Zoom Meeting Manager Operasi se-Indonesia dan juga BMKG untuk menyampaikan perkiraan cuaca hari itu, daerah-daerah mana yang perlu diantisipasi, dan kira-kira apa hal-hal yang signifikan. Jadi, sebenarnya setiap hari," jelasnya.
Kerja sama erat ini menjadi penting terutama saat potensi La Nina diperkirakan dapat memicu cuaca ekstrem.
Foto: Muhammad Sabki
Sejumlah pesawat dari berbagai maskapai penerbangan di pelataran pesawat Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (4/1/2018)
"Kalau ada La Nina seperti ini tentunya akan menjadi perhatian juga untuk disampaikan oleh BMKG kepada AirNav tentang antisipasinya seperti apa," kata Nurcahyo.
Ia menambahkan, informasi dari BMKG tidak hanya digunakan AirNav, tetapi juga menjadi rujukan pihak maskapai.
"Kemudian, intinya dari sini, informasi dari BMKG ini tentunya juga akan dipakai oleh maskapai, oleh airlines untuk menentukan nanti rutenya kemana, antisipasinya bagaimana," jelasnya.
Dari sisi operasional, AirNav sudah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi untuk menjaga kelancaran penerbangan saat cuaca buruk. Nurcahyo memberi contoh bagaimana kondisi hujan lebat di wilayah Jakarta dapat memengaruhi teknis pengaturan lalu lintas udara.
"Tapi, kami dari AirNav tentunya akan melihat bagaimana dari sisi kami di AirNav. Seperti tadi, misalnya di Jakarta, jam 3 sore dia bergerak hujan lebat, maka di sini kita akan perlu antisipasi bahwa nanti kemungkinan pesawat ada yang go around, ada yang holding. Nah, ini yang kita persiapkan termasuk bagaimana kesiapan personel, kesiapan prosedur, kesiapan alatnya, dan sebagainya. Jadi, hal-hal ini saya kira-kira seperti itu yang akan dilakukan oleh AirNav," terang dia.
Perlu diketahui, fenomena La Nina lemah saat ini tengah berlangsung dan diprediksi bertahan hingga 2026. Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani, sebelumnya menyampaikan bahwa dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak akan terlalu signifikan pada puncak musim hujan, namun tetap perlu diwaspadai.
"La Nina lemah akan bertahan hingga awal tahun 2026, namun pada puncak musim hujan dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak terlalu signifikan. Meski begitu, curah hujan tinggi pada periode tersebut tetap perlu diwaspadai," kata Faisal, dikutip dari laman resmi BMKG.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
1

















































