Kerja: Ibadah Atau Eksploitasi? Menimbang Ulang Makna Buruh Dalam Islam

7 hours ago 3
Opini

 Ibadah Atau Eksploitasi? Menimbang Ulang Makna Buruh Dalam Islam

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

Oleh: Dr. Bukhari, M.H., CM

Setiap 1 Mei, kita memperingati Hari Buruh Nasional. Di berbagai belahan negara, termasuk Indonesia, para pekerja menyuarakan hak mereka mulai dari upah yang adil, jaminan sosial, hingga perlindungan dari ketidakadilan. Namun di tengah berbagai tuntutan, penting untuk kembali merenungi: dalam pandangan Islam, apakah bekerja semata rutinitas duniawi, ataukah bentuk ibadah yang sarat nilai spiritual?

Scroll Untuk Lanjut Membaca

 Ibadah Atau Eksploitasi? Menimbang Ulang Makna Buruh Dalam Islam

IKLAN

Islam memandang kerja sebagai aktivitas mulia. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri. Dan sungguh Nabi Daud ‘alaihissalam makan dari hasil kerja tangannya sendiri.” (HR. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa bekerja adalah wujud kemandirian dan kehormatan.

Namun, nilai ibadah dalam kerja hanya sah jika dilakukan dalam sistem yang adil. Bila pekerjaan dijalankan dalam kondisi timpang upah rendah, jam kerja berlebihan, hak tak terpenuhi maka aktivitas itu berubah dari ibadah menjadi bentuk penindasan. Inilah pentingnya menimbang ulang makna kerja dalam bingkai keadilan sosial Islam.

Islam Menolak Ketidakadilan

Islam secara tegas menolak penindasan dalam hubungan kerja. Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah). Ini bukan sekadar anjuran moral, tetapi prinsip hukum yang menekankan pentingnya pemenuhan hak pekerja secara tepat waktu.

Prinsip al-‘adalah (keadilan) menjadi dasar dalam interaksi antara pekerja dan pemberi kerja. Majikan tidak hanya bertugas menyediakan pekerjaan, tetapi juga wajib menjamin keadilan dalam upah, jam kerja, dan perlakuan. Negara pun memiliki tanggung jawab untuk mengawasi agar seluruh sistem ketenagakerjaan sejalan dengan nilai-nilai syariah.

Menjadikan Kerja Sebagai Ibadah

Agar kerja bernilai ibadah, hubungan kerja tidak boleh sekadar berorientasi pada keuntungan, tetapi juga harus memperhatikan nilai kemanusiaan dan kemaslahatan bersama. Perusahaan yang menghormati hak pekerja, menyediakan ruang ibadah, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, sejatinya telah menjadikan tempat kerja sebagai ladang pahala.

Sebaliknya, pekerja yang menjalankan tugas dengan amanah dan profesionalisme, akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Dalam maqashid syariah, kerja halal dan produktif menjadi bagian dari upaya menjaga agama dan kehidupan.

Refleksi Hari Buruh

Hari Buruh adalah momen refleksi. Sudahkah sistem kerja kita mencerminkan keadilan sebagaimana diajarkan Islam? Apakah pekerja diperlakukan sebagai manusia bermartabat atau sekadar roda produksi?

Jika dunia kerja masih menjadi sumber ketimpangan, maka kita telah jauh dari nilai-nilai Islam. Namun jika kerja menjadi jalan menuju kesejahteraan dan ridha Allah, maka kita telah menghidupkan semangat ajaran Rasulullah.

Sudah saatnya seluruh elemen—pekerja, pengusaha, dan pemerintah bersama mewujudkan keadilan di dunia kerja. Agar kerja bukan hanya alat mencari nafkah, tapi juga jalan menuju keberkahan.

Penulis adalah advokat dan mediator PMN sekaligus juga akademisi

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |