Jatuh 4 Hari Beruntun, Sanggupkah Emas Bangkit?

4 days ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas lagi-lagi loyo usai imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) melesat signifikan. Kekhawatiran perang dagang juga mendorong investor wait and see untuk memborong emas.

Pada perdagangan sebelumnya Selasa (8/4/2025), harga emas dunia di pasar spot menguat tipis 0,04% di level US$2.983,78 per troy ons. Penguatan ini menjadi kabar baik setelah emas babak belur dan jatuh 4,8% dalam empat haru sebelumnya.

Pada perdagangan hari ini Rabu (9/4/2025) hingga pukul 06.28 WIB, harga emas dunia kembali melemah 0,14% ke US$2.979,75 per troy ons.

Emas memangkas kenaikan lebih tinggi sebelumnya pada hari Selasa karena imbal hasil obligasi Treasury AS yang terus melonjak, meskipun dolar melemah. Harga emas juga menahan lajunya usai meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia, AS dengan China.

Pada perdagangan kemarin Selasa (8/4/2025), imbal hasil obligasi 10 tahun AS melesat 3,22% di level 4,29%. Kenaikan tersebut menjadi kenaikan signifikan dalam dua hari beruntun. Imbal hasil obligasi 10 tahun acuan pun melaju ke level tertinggi satu minggu, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik.

Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

"Meskipun turun selama tiga sesi berturut-turut, emas tetap menguat dengan ketegangan perdagangan dan prospek suku bunga AS yang lebih rendah meningkatkan daya tariknya," ujar Lukman Otunuga, analis riset senior di FXTM, kepada Reuters.

"Jika emas kembali menembus di atas US$3.055 per troy ons, maka dapat membuka pintu kembali menuju US$3.100 hingga US$3.130 per troy ons.

Sementara pelemahan berkelanjutan di bawah US$3.000 per troy ons dapat menyebabkan emas merosot menuju US$2.950 hingga US$2.930 per troy ons," tambah Otunuga.

Kekhawatiran atas perang dagang global sejak pengumuman tarif timbal balik Presiden AS Donald Trump telah meningkatkan kekhawatiran akan resesi dan mendorong investor untuk berlindung di aset safe haven seperti emas.

AS akan mengenakan tarif 104% pada China mulai pukul 12:01 ET pada hari ini Rabu (9/4/2025).  Beijing tidak mencabut tarif balasannya pada barang-barang AS pada batas waktu Selasa siang yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Emas, yang sering digunakan sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian politik dan keuangan, telah naik 15% sepanjang tahun ini.

Sementara itu, indeks dolar AS turun terhadap mata uang lainnya, membuat emas batangan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Pada perdagangan Selasa (8/4/2025), indeks dolar AS (DXY) terdepresiasi 0,29% di level 102,95.

Investor kini menantikan risalah dari pertemuan kebijakan terbaru The Federal Reserve (The Fed) AS yang akan diadakan pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang arah penurunan suku bunga.

Para pelaku pasar memperkirakan sekitar 40% kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada bulan Mei. Emas batangan dengan imbal hasil nol cenderung tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah.

"Peningkatan signifikan dalam ekspektasi penurunan suku bunga dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa harga emas akan segera naik lagi," menurut catatan Commerzbank.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |