Ini 20 Negara Paling Suka Beranak-Pinak, Ada Indonesia?

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Merujuk United Nations Population Division, pertumbuhan populasi dunia terus mengalami peningkatan pesat dengan rata-rata pertambahan penduduk sebesar 76 juta jiwa setiap tahunnya.

Menurut laporan Bank Dunia, pada 2024, jumlah populasi dunia telah menyentuh 8,142 miliar jiwa.

Data Population Reference Bureau (PRB) memproyeksikan total populasi dunia akan mencapai 9,5 miliar jiwa pada pertengahan 2050.

Dari angka tersebut, Asia menyumbang sekitar 55% dan Afrika 25%, sehingga menjadikan keduanya sebagai wilayah dengan pertumbuhan populasi tercepat di dunia.

Pesatnya laju pertumbuhan penduduk di Asia dan Afrika disebabkan oleh tingginya tingkat fertilitas di wilayah tersebut.

Data PRB mencatat bahwa tingkat kelahiran total di Benua Afrika mencapai 4,1 kelahiran per perempuan pada 2024.

Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kawasan lain seperti Asia (1,8), Amerika (1,7), dan Eropa (1,4). Dengan tingginya tingkat fertilitas ini, populasi di Afrika diperkirakan akan berlipat ganda hanya dalam kurun waktu seperempat abad.

Hal ini berkebalikan dengan Amerika yang membutuhkan setidaknya 130 tahun untuk menggandakan jumlah penduduknya. Selain karena rendahnya tingkat kesuburan, kondisi ini juga terjadi karena Amerika kini memasuki fase penuaan populasi.

Secara keseluruhan, populasi negara-negara di Afrika dan Timur Tengah diproyeksikan akan berlipat ganda dalam 24 tahun ke depan.

Oman dan Suriah tercatat sebagai negara yang paling cepat menggandakan jumlah penduduknya, yakni hanya membutuhkan waktu sekitar 20 tahun.

Republik Afrika Tengah dan Somalia menyusul dengan hanya membutuhkan 21 tahun untuk melipat gandakan populasinya. Dengan pesatnya laju pertumbuhan populasi, wilayah tersebut diprediksi akan menjadi salah satu kawasan terpadat dalam 50 tahun mendatang.

Tren pertumbuhan populasi juga terjadi di Indonesia.

Jumlah penduduk Indonesia menunjukkan tren peningkatan selama lima tahun terakhir.

Meskipun rata-rata pertumbuhan hanya sekitar 1%, jumlah penduduk absolutnya tetap besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia tercatat mencapai 284,4 juta jiwa pada tahun pertengahan tahun 2025.

Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia. Dengan tingkat kesuburan sekitar 2,2 kelahiran per perempuan, populasi Indonesia diprediksi akan tumbuh hingga mencapai 318,6 juta jiwa pada 2050 mendatang.

Sebagian besar populasi Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan 55% dari total penduduk yang tinggal di Pulau Jawa. Ini juga menjadikan Jawa sebagai pulau terpadat di Indonesia, dengan tingkat kepadatan mencapai 22.048 jiwa per kilometer persegi pada 2025.

Sementara itu, DKI Jakarta menjadi provinsi terpadat dengan tingkat kepadatan sekitar 16.155 jiwa per kilometer persegi. Di samping itu, Pulau Sumatera menempati peringkat kedua wilayah dengan distribusi penduduk terbesar, yaitu sekitar 21,8% dari total penduduk Indonesia yang tinggal di pulau ini. Namun, tingkat kepadatan di Sumatera jauh lebih rendah dibanding di Jawa, yakni hanya 1.464 jiwa per kilometer persegi pada 2025.

Besarnya populasi Indonesia dapat memberi peluang besar bagi perekonomian. Hal ini semakin diperkuat dengan kondisi Indonesia yang sedang dalam fase bonus demografi.

Data BPS tahun 2025 menunjukkan bahwa kelompok usia produktif (15-64 tahun) mendominasi proporsi demografi Indonesia, dengan porsi sekitar 69% dari total populasi. Sementara itu, kelompok usia 0-14 tahun yang saat ini mencakup sekitar 23,4% dari total populasi nantinya memasuki usia produktif, dan berpotensi menambah porsi penduduk usia kerja dalam beberapa tahun ke depan.

Proporsi penduduk yang didominasi oleh usia produktif ini menciptakan "demographic window of opportunity".

Istilah ini merujuk pada kondisi dimana tingkat rasio ketergantungan atau dependency ratio dalam sebuah populasi berada pada titik terendahnya.

Rasio ketergantungan sendiri merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65+ tahun) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Kondisi demographic window of opportunity ini memberikan peluang untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi jika dimanfaatkan dengan baik.

Namun, ketimpangan kepadatan antarwilayah serta belum meratanya akses ke infrastruktur kunci seperti pendidikan dan kesehatan, menjadi tantangan yang perlu diatasi agar potensi bonus demografi dapat dioptimalkan.

Pertumbuhan populasi yang terkonsentrasi di Pulau Jawa dapat menimbulkan masalah ketimpangan, khususnya dalam pembangunan infrastruktur.

Oleh karena itu, pembangunan saat ini harus lebih memperhatikan aspek pemerataan. Selain itu, kebijakan diharapkan tidak hanya berfokus pada pengendalian jumlah populasi, tapi juga bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

(mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |