PEMATANG SIANTAR (Waspada.id): Di sebuah ruang kelas di SMP Negeri 9 Pematang Siantar, suara tawa kecil dan desakan langkah siswa terdengar bersahut-sahutan. Bukan karena jam istirahat—melainkan karena sebuah permainan edukatif tengah berlangsung. Di depan kelas, Elsa Betesta Pardede berdiri sambil tersenyum, mengamati siswanya yang dibagi dalam beberapa kelompok tampak serius namun riang berdiskusi mencocokkan kartu-kartu kecil yang ia bagikan sesuai dengan soal yang diberikan.
“Hari ini kita pakai pendekatan pembelajaran mendalam ya, anak-anak. Yuk, kita coba cari pasangan kartunya!” ucap Elsa, memulai aktivitas.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Metode yang diterapkan Elsa bukan sembarang permainan. Ini merupakan bagian dari pendekatan Deep Learning yang ia pelajari melalui pelatihan yang didapatkan dari Fasilitator Daerah (Fasda) Tanoto Foundation Tim Bincang Santai.
Di dalam pelatihan itu, ia mengenal konsep MIKiR—Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi—serta pola pertanyaan PIT yang mendorong siswa berpikir Produktif, Imajinatif, dan Terbuka.
Bagi Elsa, konsep ini seperti menemukan kepingan puzzle yang hilang dalam proses belajar mengajar. “Pembelajaran mendalam itu kontekstual. Membuat siswa merasa dekat dengan materi karena sesuai dengan kehidupan mereka. Itu yang membuat mereka cepat paham,” jelasnya.
Di kelasnya, kedekatan itu diwujudkan lewat permainan make a match—sebuah metode yang memadukan unsur tantangan, kegembiraan, dan pencarian makna.
“Bagian mengembirakan itu bukan cuma ice breaking. Ketika mereka mencari pasangan kartu saja, itu sudah membuat mereka tertantang dan ingin tahu,” ujarnya.
Namun, tak ada metode tanpa hambatan. Bagi Elsa, musuh paling nyata bukanlah siswa yang kurang fokus, melainkan jam dinding.
“Waktu 2×40 menit itu cepat sekali habis. Membagikan kartu, memandu anak-anak, lalu refleksi, semua itu perlu waktu lebih panjang dibandingkan pembelajaran biasa,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Meski demikian, ia tetap berupaya mengatur ritme kelas agar setiap aktivitas tetap bisa berjalan efektif.
Elsa mengaku bahwa pelatihan yang ia ikuti memberikan sudut pandang baru tentang pembelajaran mendalam.
“Dulu saya pikir pembelajaran mendalam hanya soal membuat kelas bermakna dan menyenangkan. Tapi setelah belajar unsur MIKiR dan PIT, ternyata jauh lebih luas. Anak-anak bisa berinteraksi, berkomunikasi, hingga berpikir lebih terbuka,” katanya.
Pendekatan itulah yang membuat siswanya mampu melihat pelajaran bukan sekadar materi, tetapi pengalaman.
Ketika permainan berlangsung, tampak wajah-wajah siswa yang berseri. Ada yang berlari kecil mencari pasangan kartunya, ada yang berdiskusi cepat dengan temannya, ada pula yang bersorak kecil ketika berhasil menemukan jawaban yang tepat.
Bagi Elsa, momen inilah bukti bahwa pembelajaran mendalam bekerja. “Mereka lebih antusias karena materinya dekat dengan mereka. Soal aturan di rumah, pengalaman sehari-hari—itu semua mereka alami sendiri,” katanya.
Di akhir kelas, Elsa mengumpulkan siswa untuk merefleksikan kegiatan. Beberapa siswa mengangkat tangan, menceritakan apa yang mereka pelajari hari itu. Ada yang merasa tertantang, ada yang senang bermain sambil belajar, ada pula yang baru menyadari cara berpikir mereka selama ini.
Dan bagi Elsa, itu sudah cukup menjadi alasan untuk terus melanjutkan pendekatan ini.
Metode pembelajaran mendalam bukan sekadar strategi mengajar. Ia adalah jembatan—yang menghubungkan materi ke pengalaman nyata, tugas ke tantangan menarik, dan ruang kelas menjadi tempat yang hidup.
Integrasikan Unsur MIKiR dan PIT
Sementara itu, Ketua Tim Bincang Santai Fasda Tanoto Foundation, Ion Genesis Situmorang saat ditemui tim media menjelaskan, di proyek yang sedang berjalan ini, Tim Bincang Santai yang terdiri dari dirinya, Judo Hamdani, dan Triwahyuni Tampubolon, Oktavia A. Purba Girsang, dan dibantu dua orang relawan berinisiatif melaksanakan program pelatihan komprehensif bagi guru SMP di Kota Pematangsiantar.
Program pelatihan ini berfokus pada pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) dengan mengintegrasikan unsur pembelajaran aktif MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) dan Pertayaan PIT (Produktif, Imaginatif, dan Terbuka) sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik.
“Kalau pelajaran mendalam ini kan memang sedang digaungkan Pemerintah lewat Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang saat ini dinahkodai Pak Abdul Mu’ti. Nah, untuk MIKiR sama PIT itu dari 2018 kita sudah dibekali dengan itu, yang kita pikir itu sangat aplikatif. Sederhana tapi aplikatif,” kata Ion.
Judo Hamdani yang turut mendampingi tim media menambahkan, pelajaran mendalam bukanlah kurikulum, tetapi merupakan pendekatan, yang lingkupnya lebih luas sehingga bisa diadopsi unsur-unsur yang mendukung dan bisa menjadi jembatan.
“Jadi kalau di pembelajaran mendalam itu ada yang namanya pengalaman pembelajaran. Jadi pengalaman pembelajaran itu tercapai dengan kita menggunakan jembatan unsur mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi,” kata Judo menerangkan.
Saat melakukan pengimbasan ke sekolah setingkat SMP, Tim Bincang Santai memilih untuk menyasar sekolah-sekolah yang tidak memenuhi syarat ikut program yang dijalankan Balai Besar Guru Penggerak (BBGTK), diantaranya jumlah siswa yang minimal harus mencapai 400 orang.
“Jadi dari sekitar 50 sekolah di Siantar ini, ada sekitar 30 sekolah yang belum diikutsertakan dalam program yang dijalankan BBGTK itu. Dan inilah yang menjadi sasaran kami. Karena kan sebenarnya ruhnya sama, cuma implementasinya saja yang berbeda,” kata Ion yang diamini Judo. (id09)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.




















































