Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali mengalami kenaikan dan saat ini berada di atas level US$100/ton usai Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menandatangani empat perintah eksekutif untuk menghidupkan industri batu bara.
Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada Selasa (8/4/2025) tercatat sebesar US$100,25/ton atau naik 1,37% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 7 April 2025 yang sebesar US$98,9/ton.
Apresiasi harga batu bara ini telah terjadi selama dua hari beruntun dengan penguatan sebesar 2,3%.
Batu bara bahkan menjadi satu-satunya sumber energi yang menguat saat ini. Pada perdagangan kemarin, harga minyak tumbang 6% sementara harga gas alam anjlok 5% dan gas Eropa melandai 1%.
Kenaikan harga batu bara ini terjadi usai Trump menandatangani empat perintah eksekutif yang bertujuan menghidupkan kembali industri batu bara AS yang mengalami penurunan.
Langkah-langkah ini mencakup penundaan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah tua, percepatan pemberian izin penambangan batu bara di lahan federal, dan pembentukan National Energy Dominance Council untuk menghilangkan hambatan regulasi dalam produksi energi tradisional, termasuk batu bara.
Dilansir dari CBS News, Trump menambahkan bahwa pemerintahannya sedang mengkaji aspek legal untuk mempersulit perusahaan-perusahaan menutup pembangkit listrik tenaga batu bara.
"Hari ini, kami mengambil tindakan bersejarah untuk membantu para pekerja Amerika, penambang, keluarga, dan konsumen," kata Trump di Ruang Timur Gedung Putih, dikelilingi oleh pria-pria berbaju tambang dan mengenakan helm.
"Kami mengakhiri perang Joe Biden terhadap batu bara yang indah dan bersih, sekali dan untuk selamanya. Dan bukan hanya Biden, tapi juga Obama, dan yang lainnya. Tapi kami melakukan kebalikannya. Semua pembangkit listrik yang sudah ditutup akan dibuka kembali." imbuhnya.
Trump telah lama menunjukkan kedekatannya dengan industri batu bara, sementara pemerintahan Demokrat sebelumnya dan banyak negara maju justru berupaya meninggalkan bahan bakar fosil ini demi beralih ke sumber energi terbarukan.
Istilah "batu bara bersih" biasanya merujuk pada proses yang dirancang untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara, namun kelompok lingkungan menilai bahwa pembakaran batu bara dalam bentuk apa pun tetap berbahaya.
Perintah eksekutif lainnya ditujukan untuk mendukung keandalan jaringan listrik (grid), termasuk dengan menggunakan bahan bakar fosil. Perintah lainnya lagi memerintahkan Departemen Kehakiman untuk menyelidiki negara-negara bagian yang dianggap mendiskriminasi industri batu bara.
"Selama bertahun-tahun, orang-orang hanya meratapi industri ini dan menghancurkannya tanpa alasan yang jelas, padahal dengan teknologi modern dan semua inovasi yang kita miliki, ini adalah salah satu bentuk energi terbaik yang pernah ada," kata Trump, Selasa.
Trump telah lama menyatakan keinginannya untuk memanfaatkan sumber energi seperti batu bara, minyak, gas alam, dan tenaga nuklir. Perintah ini merupakan salah satu dari serangkaian kebijakan yang ia ambil untuk membalikkan kebijakan energi dari era Obama dan Biden.
Dia juga menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Iklim Paris, menyatakan darurat nasional di sektor energi, dan menghentikan upaya Biden untuk mendorong adopsi kendaraan listrik (EV) secara luas.
RI Akan Diuntungkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume ekspor batu bara Indonesia pada 2024 menyentuh 405,76 juta ton. Volume ekspor tersebut naik 6,86% dibandingkan pada 2023.
Kebijakan Trump yang membela batu bara ini tentu akan menguntungkan Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia adalah eksportir terbesar batu bara di dunia. Kontribusi ekspor batu bara bahkan menembus 16% dari total ekspor.
Namun, secara nilai, ekspor batu bara anjlok 11,86% menjadi US$ 30,49 miliar atau setara dengan Rp514,06 triliun (US$1=Rp 16.860).
Batu bara juga bisa menjadi pemenang langka di antara bisnis akibat rezim tarif baru Trump yang menambahkan sedikitnya 10% pada biaya hampir semua barang yang diimpor ke AS.
Hal ini karena penyedia energi di seluruh Asia yang telah dikenakan beberapa tarif baru AS tertinggi akan berada di bawah tekanan untuk memangkas biaya listrik bagi konsumen mereka, yang mencakup banyak produsen barang terbesar di dunia.
Batu bara masih menjadi sumber pembangkit listrik termal termurah dan terbesar di Asia, dan menyumbang sekitar 56% dari pasokan listrik regional pada 2024.
Dengan membantu menurunkan biaya operasional pabrik, perusahaan utilitas Asia dapat memungkinkan produsen mempertahankan sebagian penjualan ke pasar impor terbesar di dunia (AS), meskipun tarif baru diberlakukan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)