Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena "hutan hantu" atau ghost forests semakin meluas di pesisir timur Amerika Serikat (AS) seiring dengan kenaikan permukaan air laut. Di sepanjang Teluk Chesapeake, pesisir Atlantik, pohon-pohon cedar dan pinus yang mati berdiri menjadi bukti nyata dari perubahan ekosistem pesisir yang semakin cepat.
Sejak akhir abad ke-19, wilayah pesisir ini terus kehilangan vegetasi pohon akibat air asin yang meresap ke dalam tanah. Tanah yang lebih asin mematikan jutaan pohon, meninggalkan lanskap berupa batang kayu tanpa kulit yang biasanya dikelilingi oleh rawa-rawa.
Menurut ahli ekologi pesisir dari George Washington University, Keryn Gedan, fenomena ini sebagian besar dipicu oleh naiknya permukaan laut dan pergeseran tabel air tanah yang memungkinkan air asin masuk jauh ke dalam daratan. Akibatnya, pohon-pohon mengalami stres hingga akhirnya mati karena kekurangan air tawar.
Namun, para peneliti menekankan, perubahan dari hutan menjadi rawa tidak selalu merupakan bencana ekologis. Rawa asin tetap memberikan berbagai manfaat penting bagi lingkungan, seperti menyerap karbon dioksida, menjadi habitat bagi burung dan hewan laut, serta melindungi wilayah daratan dari badai besar.
"Rawa-rawa ini menyimpan karbon dalam jumlah besar dan berfungsi sebagai benteng alami terhadap badai," kata pakar ekologi dari North Carolina State University, Marcelo Ardón dikutip dari Live Science, Senin (28/4/2025).
Meski demikian, tidak semua rawa baru bisa menggantikan kemampuan hutan dalam menyimpan karbon. Studi di Semenanjung Albemarle-Pamlico menunjukkan, hutan rawa yang dipenuhi pohon bald cypress dan cedar putih Atlantik memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang lebih tinggi dibandingkan rawa yang menggantikannya.
Selain itu, tidak semua perubahan menghasilkan ekosistem baru yang sehat. Ketika banjir air asin terjadi terlalu cepat, rawa tidak sempat terbentuk dan tanah berubah menjadi lumpur. Dalam beberapa kasus, tanaman invasif seperti phragmites atau sejenis alang-alang non-asli mengambil alih dan kemudian menggantikan tanaman rawa asli yang lebih ramah terhadap satwa lokal.
Sejak 1985, sekitar 11% kawasan hutan di Suaka Margasatwa Alligator River, Carolina Utara, telah berubah menjadi rawa. Di sekitar Teluk Chesapeake sekitar 150 mil persegi hutan telah bertransformasi sejak pertengahan 1800-an.
Untuk memperlambat tren ini, para ilmuwan menekankan pentingnya menanggulangi perubahan iklim dan memperlambat kenaikan permukaan laut. Namun perubahan penuh dari hutan hidup menjadi lanskap "hantu" ini butuh waktu puluhan tahun.
"Kita sebenarnya masih 50 tahun tertinggal untuk melihat dampaknya sepenuhnya," ujar pakar ekologi hutan dari University of Maryland Eastern Shore, Stephanie Stotts.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini: