LANGSA (Waspada): Meningkatkan kapasitas generasi muda di daerah terpencil tim dosen Universitas Samudra laksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) terintegrasi KKN bertajuk ‘Duolinggo Goes to Village: Program Kegiatan Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris bagi Pemuda Desa di Aula Desa Cike, Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues, Aceh.
Tim PKM dipimpin Evi Zulida, S.Pd, MS kepada Waspada, Rabu (2/7) mengatakan, kegiatan ini digagas oleh tim dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris berlangsung sukses di Aula Desa Cike, Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues, Aceh, pada bulan Juni 2025 lalu.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Menurutnya, program tersebut melibatkan kolaborasi dosen-dosen muda dan berpengalaman, yaitu Makhroji, S.Pd, M.Pd, Muhammad Arif Sanjaya, S.Pd, M.Pd, Fiza Rauzika Al Tasa, S.S, MS, Rahmiati, S.Pd, M.Pd dan Nolyza Hasrina, S.Pd, M.Pd.
Sambungnya, kegiatan ini juga didukung penuh oleh mahasiswa KKN Universitas Samudra yang sedang menjalankan tugas pengabdian di Kecamatan Kutapanjang, bertujuan memberikan pelatihan dasar kosakata Bahasa Inggris yang praktis dan aplikatif kepada para pemuda desa yang berasal dari tiga desa: Cike, Bener, dan Kong Paluh. Total sebanyak 50 peserta antusias mengikuti pelatihan yang berlangsung selama tiga hari tersebut.
“Kegiatan ini lahir dari keprihatinan atas minimnya akses pembelajaran Bahasa Inggris di desa-desa terpencil. Kemampuan berbahasa asing kini menjadi salah satu modal penting dalam menghadapi tantangan global, terutama dalam sektor pariwisata dan kewirausahaan lokal,” urainya.
Selain itu, kita ingin para pemuda desa tidak hanya menjadi penonton di tengah geliat wisata dan ekonomi digital. Dengan penguasaan kosakata dasar yang kontekstual, mereka dapat menjadi pelaku utama, menjadi pemandu wisata, pengusaha kopi lokal, bahkan mitra kerja wisatawan asing.
Sementara, Muhammad Arif Sanjaya, sebagai salah satu narasumber kegiatan, menjelaskan pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam program ini adalah contextual learning-mengenalkan Bahasa Inggris melalui konteks nyata yang dekat dengan kehidupan peserta.
“Kami tidak sekadar mengajarkan kata-kata. Kami ingin para pemuda ini bisa menggunakannya secara nyata—menyapa wisatawan, menjelaskan produk kerajinan, bahkan menjual hasil pertanian mereka secara online,” ujarnya.
Sedangkan salah satu dosen Fiza Rauzika Al Tasa yang juga berperan sebagai fasilitator budaya dalam pelatihan, menekankan pentingnya promosi identitas lokal melalui bahasa asing. “Bahasa Inggris bukan untuk meninggalkan budaya kita, tapi justru menjadi jembatan untuk memperkenalkan kekayaan Gayo ke dunia luar,” ungkapnya.
Dengan demikian, program ini tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga berfungsi sebagai upaya diplomasi budaya dan promosi potensi desa.
Di samping itu, Program Duolinggo Goes to Village merupakan bagian dari misi jangka panjang Universitas Samudra untuk membawa pendidikan ke wilayah-wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) sekaligus mengimplementasikan Tridarma Perguruan Tinggi secara nyata dan berkelanjutan.
Senada juga disampaikan Makhroji, S.Pd., M.Pd salah satu anggota tim pelaksana, menyampaikan bahwa ke depan, kegiatan serupa akan dikembangkan dalam bentuk pelatihan lanjutan dan kelas virtual berbasis komunitas, dengan pendampingan dari mahasiswa KKN maupun alumni pelatihan.
“Kami ingin mereka punya komunitas belajar sendiri, bisa saling berbagi, saling praktik. Dan tentu saja kami akan terus hadir untuk mendampingi mereka,” jelasnya.
Melalui program Duolinggo Goes to Village, Universitas Samudra menunjukkan bahwa pendidikan Bahasa Inggris dapat hadir secara kontekstual, menyenangkan, dan bermakna-bahkan di desa yang jauh dari pusat kota.
“Semangat kolaboratif antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat desa menjadi kunci keberhasilan program ini, sekaligus menegaskan bahwa akses terhadap bahasa global adalah hak setiap warga, tak terkecuali di desa-desa terpencil Gayo Lues,” katanya.
Di sisi lain, sambungnya, program ini bukan hanya tentang mengajar kosakata, tetapi juga tentang menumbuhkan harapan, membuka jalan, dan menjembatani masa depan pemuda desa dengan dunia yang lebih luas.
Sementara, salah seorang peserta dari Desa Bener, Rian, 21, mengaku baru pertama kali mengikuti pelatihan Bahasa Inggris langsung dengan dosen.
“Dulu kami hanya lihat di YouTube, kadang-kadang ikut les kalau ada guru di desa. Tapi sekarang kami belajar langsung dari dosen universitas Samudra,” celotehnya.
Ia mengaku, senang sekali rasanya dengan adanya kegiatan dari tim dosen Universitas Samudra. “Saya ingin jadi pemandu wisata untuk tamu-tamu asing yang datang ke Gayo,” ungkap Rian penuh semangat. (b24)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.