Camat Apatis Dengan Problem Lingkungan, Korban Banjir di Besitang Terancam TB Paru

2 hours ago 1
KesehatanSumut

24 Desember 202524 Desember 2025

Camat Apatis Dengan Problem Lingkungan, Korban Banjir di Besitang Terancam TB Paru TUMPUKAN sampah sisa banjir yang dibakar masyarakat menimbulkan polusi. Kondisi ini sudah berlangsung hampir satu bulan, tapi tak menjadi perhatian, baik camat maupun DLH Langkat. Waspada.id/Asrirrais

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

BESITANG (Waspada.id): Pascabanjir, warga di Kecamatan Besitang terancam terkena serangan penyakit tubercolosis (TB paru). Pasalnya, ruang udara terasa sesak dikotori debu dan kepulan asap hasil pembakaran meterial sampah.

Lumpur yang sudah mengering menimbulkan debu, sementara berbagai barang, terutama pakaian yang sudah tidak bisa terpakai lagi akibat digulung lumpur, ditumpukan warga di pinggir-pinggir jalan, kemudian dibakar.

Aksi bersih-bersih pascabanjir di sejumlah wilayah permukiman yang dilakukan warga dengan cara membakar ini menyebabkan ruang bernafas terasa sesak karena udara dipenuhi asap yang menebar bau menyengat.

Kondisi udara yang sudah sangat tidak sehat dalam rentang waktu hampir satu bulan ini tentunya sangat mengancam kesehatan masyarakat yang saat ini dalam kondisi fisik cukup rentan akibat dilanda bencana banjir.

Ironisnya, problem lingkungan yang berpotensi menimbulkan dampak serius bagi kesehatan ini sama sekali tidak menjadi perhatian dari Camat Besitang, termasuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kabupaten Langkat.

“Sudah hampir sebulan bencana banjir berlalu, tapi sampai hari ini camat tidak pernah turun meninjau permukiman kami, padahal jarak antara kantor camat dengan wilayah kami paling hanya 1 Km,” ujar warga Lingk IX, Kel. Bukit Kubu kepada waspada.id, Rabu (24/12).

Rusli, salah seorang warga Kel. Bukit Kubu, mengaku sudah menghubungi salah seorang pegawai di Dinas Lingkungan Hidup melalui sambungan selularnya untuk menyampaikan problem sampah dan asap yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat.

“Saya sudah menyampaikan keluhan warga menyangkut soal sampah ini, namun pegawai Dinas Lingkungan Hidup itu menyarankan agar masalah ini disampaikan kepada camat dan nanti biar camat yang menyampaikan surat resmi ke DLH,” ujarnya.

Sanitasi lingkungan pascabanjir di Besitang tampaknya kurang mendapat perhatian dari instansi terkait. Sampai memasuki hari kedua puluh delapan banjir, berbagai macam sampah, terutama sampah pakaian masih menumpuk di sejumlah area permukiman

Bukan hanya di wilayah permukiman saja, tapi tumpukan dan bakaran sampai menghiasi nyaris di sepanjang kiri-kanan jalan nasional Medan-Aceh, yakni mulai dari kawasan Kampung Sawah dengan Simpang Tiga.

Sampai sejauh ini armada angkutan dump truk milik DLH Langkat belum ada terlihat turun ke wilayah Besitang untuk membersihkan dan sekaligus mengangkut tumpukan sampah yang telah mengotori lingkungan permukiman masyarakat.

Di tengah suasana rentan akibat bencana banjir ini, masyarakat dipaksa oleh keadaan untuk membersihkan kotoran sisa banjir secara mandiri, termasuk dipaksa untuk menghirup udara yang dipenuhinpolusi akibat asap yang terus mengepul siang dan malam.

Tidak hadirnya pihak kecamatan, termasuk Pemkab Langkat dalam menangani problem sampah pascabencana membuktikan bahwa pemerintah tidak peduli dengan kondisi lingkungan yang mengancam kesehatan masyarakat.

Camat Besitang, Restra Yudha, saat dihubungi waspada.id melalui panggilan WhatsApp untuk dimintai konfirmasinya terkait problem sampah yang dikeluhkan masyarakat, tidak memberikan respon. Ia enggan mengangkat smarth phone-nya meski dalam keadaan aktif.
(id24)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |