Bukti Cari Kerja Makin Susah, Anak Muda China dan RI Jadi Sorotan

3 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia- Gelombang pengangguran tengah menghantam berbagai belahan dunia. Dari Eropa, Afrika, hingga Asia, terjadi lonjakan signifikan yang menggarisbawahi rapuhnya pemulihan ekonomi global. Inflasi tinggi, perlambatan investasi, hingga krisis politik menjadi kombinasi yang menekan pasar tenaga kerja.

Jerman: Rekor Baru dalam Satu Dekade

Federal Employment Agency mencatat jumlah penganggur di Jerman menembus 3,02 juta orang pada Agustus 2025, tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Tingkat pengangguran naik ke 6,4%, dipicu pelemahan ekspor dan investasi.

Lebih dari 114 ribu pekerjaan hilang dalam setahun, separuhnya di sektor otomotif. Ironisnya, meski pengangguran naik, 28% perusahaan masih mengaku kesulitan mencari pekerja terampil menandai paradoks struktural di pasar tenaga kerja Jerman.

Afrika Selatan: Tantangan Koalisi Baru

Afrika Selatan mencatat tingkat pengangguran 33,2% pada kuartal II-2025, naik dari 32,9% sebelumnya, menjadikannya salah satu yang tertinggi di dunia.

Jumlah penganggur resmi mencapai 8,37 juta orang. Sektor pertanian, keuangan, hingga layanan sosial mengalami penurunan tajam dalam jumlah pekerja. Kondisi ini memperumit agenda koalisi pemerintahan baru pasca runtuhnya dominasi Partai Kongres Nasional Afrika (ANC).

Inggris: Generasi Muda Jadi Korban

Inggris melaporkan pengangguran nasional 4,7% pada kuartal II-2025, level tertinggi sejak pandemi 2021.

Tekanan terutama datang dari anak muda: pengangguran usia 16-24 tahun mencapai 14,1% atau 634 ribu orang, tertinggi dalam lima tahun.

Data ONS dan laporan Adzuna menunjukkan lowongan kerja entry level kini hanya 20% dari total iklan pekerjaan, terendah sejak 2020.

China: Lulusan Baru Membanjiri Pasar

China mencatat urban unemployment rate 5,2% pada Juli 2025, naik dari 5% bulan sebelumnya.

Tekanan terbesar datang dari lulusan baru musim panas, menambah jutaan pencari kerja. Pengangguran pemuda melonjak hingga 15,2% (2024, World Bank). Fenomena "pura-pura kerja" yang dilakukan sebagian pemuda China mencerminkan sulitnya generasi baru menembus pasar kerja.

Prancis: Stabil, tapi Mengkhawatirkan

Meski stabil di 7,5%, jumlah pengangguran di Prancis naik 52.900 orang menjadi 3,03 juta pada Juli 2025.

Lonjakan terlihat di hampir semua kelompok usia, dengan pemuda di bawah 25 tahun bertambah 19.200 orang. Kondisi ini memperburuk tekanan pada pemerintah minoritas yang menghadapi ujian politik September mendatang.

Amerika Serikat: Momentum Mulai Hilang

AS relatif masih kuat dengan pengangguran 4,2% pada Juli 2025, tapi tren menunjukkan pelemahan. Penciptaan lapangan kerja hanya 73 ribu, separuh dari ekspektasi analis. Jumlah penganggur jangka panjang melonjak ke 1,8 juta orang, menandakan sebagian pekerja mulai kesulitan kembali ke pasar kerja.

Berbeda dengan banyak negara, angka pengangguran di Indonesia melandai menjadi 4,76% pada Februari 2025 . Jumlah pengangguran juga turun ke 7,28 juta orang. Namun, masalah struktural masih ada yakni besarnya tingkat pengangguran pemuda (15-24 tahun) yang mencapai 16,16% atau 3,6 juta orang. Artinya, pengangguran muda menyumbang hampir separuh dari total pengangguran nasional.

Data menunjukkan "tsunami pengangguran" global lebih terasa di negara-negara maju dan berkembang besar. Eropa menghadapi kombinasi perlambatan industri, inflasi, dan krisis politik. Afrika Selatan terjebak dalam tantangan struktural kronis. Asia, terutama China dan Indonesia, menyoroti masalah besar di generasi muda yang kesulitan masuk pasar kerja.

Namun, ada paradoks, meski banyak negara mencatat pengangguran tinggi, beberapa sektor masih kekurangan pekerja terampil. Ini menandakan bahwa problem utama bukan sekadar ketersediaan lapangan kerja, melainkan mismatch keterampilan (skill mismatch) yang semakin nyata di era ekonomi digital.

CNBC INDONESIA RESEARCH 
[email protected]

(emb/emb)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |