Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini masih terus menggencarkan program hilirisasi, khususnya di sektor mineral dan batu bara (minerba). Salah satu hilirisasi minerba di dalam negeri yang dinilai sukses adalah hilirisasi komoditas nikel.
Meski kini pabrik nikel didominasi oleh perusahaan asal China, namun ternyata pionir hilirisasi nikel di Indonesia bukan lah dari perusahaan China.
Ternyata, pelopor hilirisasi nikel di Indonesia dilakukan oleh dua perusahaan ini, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Direktur Utama Vale Febriany Eddy mengatakan bahwa pihaknya sudah tidak pernah mengekspor bijih nikel bahkan sejak tahun 1978. Dia menyebutkan, perusahaan tersebut sudah menjalani industrialisasi sejak 56 tahun lalu.
"Jadi, Vale dan Antam adalah dua yang memulai industrialisasi nikel di Tanah Air. Jadi sebenarnya kalau hilirisasi sudah menjadi bagian dari jati diri kita. Ya 56 tahun tapi kami tidak pernah mengekspor bijih mentah," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, Selasa (8/4/2025).
Ini artinya, proses hilirisasi yang dilakukan perusahaan bahkan sudah dilakukan jauh sebelum Indonesia menggencarkan program "kebanggaan" tersebut.
"Kami tentu yang paling depan mendukung pemerintah," tambahnya.
Adapun, pihaknya melakukan proses hilirisasi di Sorowako, Sulawesi Selatan. Saat ini, perusahaan terus melanjutkan proses pemurnian dan pemrosesan nikel yang lebih luas lagi di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
"Kami juga saat ini sedang melaksanakan tiga proyek investasi yang strategis, yang berbasis hilirisasi ekonomi hijau dan juga energi yang rendah karbon. Nah tiga proyek ini tersebar di tiga provinsi, di Sulawesi Tengah, Selatan dan di Sulawesi Tenggara," tandasnya.
Vale pun kini tengah mengerjakan 3 proyek hilirisasi dengan perkiraan nilai proyek mencapai US$ 9 miliar atau sekitar Rp 130 triliun.
Ketiga proyek tersebut antara lain proyek smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan Ford Motor Co. Smelter ini akan memproduksi 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Kedua, proyek smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, bekerja sama dengan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Kemudian, proyek smelter HPAL di Sorowako, Sulawesi Selatan, juga bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Menakar Masa Depan Sektor Mineral di Indonesia
Next Article Tak Semulus Nikel, Begini Nasib Hilirisasi Bauksit RI