Bencana Ekologis Hilangkan Sumber Ekonomi Warga Pedalaman Aceh Tamiang

4 hours ago 2
AcehFeatures

29 Desember 202529 Desember 2025

Bencana Ekologis Hilangkan Sumber Ekonomi Warga Pedalaman Aceh Tamiang KAYU log ukuran besar dan kecil diduga hasil pembalakan liar menumpuk di Desa Batu Bedulang, Kec. Bandar Pusaka, Kab. Aceh Tamiang. Waspada.id/Asrirrais

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

SUDAH sebulan bencana hidrometeorologi banjir bandang dan tanah longsor melanda wilayah Sumatra Barat, Sumatera Utara dan Aceh berlalu. Tapi, dampak kerusakan yang ditimbulkan dari peristiwa bencana ekologis ini membutuhkan waktu panjang untuk proses pemulihannya.

Di wilayah Aceh Tamiang, seperti Kampung Pulo Tiga, Kampung Babo, Kampung Sekrak, Kampung Sekumur, kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan normal. Lumpur tebal masih menghiasi perkampungan dan menutupi areal perkebunan milik warga.

Warga yang sudah sangat rentan menghadapi bencana masih berjuang keras membersihkan sedimentasi lumpur yang dibawa arus air dari wilayah hulu sungai. Sebagian warga masih tinggal di tenda-tenda yang didirikan BNPB karena rumah mereka hanyut dan rusak berat.

Puing-puing bangunan rumah warga di kiri- kanan ruas jalan kampung menjadi catatan sejarah kelam betapa ganasnya terjangan air yang menerjang seluruh bangunan rumah, tak terkecuali rumah permanen yang awalnya berdiri kokoh.

Sejumlah titik ruas jalan menuju Desa Batu Bedulang, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, yang berbatasan dengan aliran sungai Desa Pantai Kera, Kec. Simpang Jernih, Aceh Timur, masih susah dilalui karena kondisinya licin akibat lumpur.

JEMBATAN gantung yang menghubungkan antara Desa Batu Bedulang, Kec. Bandar Pusaka, Kab. Aceh Tamiang dengan Desa Pantai Kera, Kec. Simpang Jernih, Aceh Timur, terputus. Waspada.id/Asrirrais

Di sisi jalan batang, dahan dan ranting pohon yang diseret arus banjir bandang dari hulu sungai kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) masih berserakan di kiri-kan jalan.

Timbunan batang kayu ini mengindikasikan telah terjadi praktik illegal logging secara masif di kawasan hulu. Peristiwa banjir bandang dan longsor yang terjadi pada 26 November 2025 lalu merupakan klimaks dari krisis ekologi yang terakumulasi dalam jangka panjang.

Berbagai aksi ilegal di kawasan hulu yang merusak ekosistem lingkungan ini berdampak pada kerusakan daerah aliran sungai (DAS) sebagai penyangga kehidupan. Ekses dari kerusakan hutan ini dirasakan masyarakat yang tinggal di hilir.

Wartawan waspada.id yang turun langsung ke Desa Batu Bedulang, Minggu (28/12), melihat timbunan batang kayu yang sangat luar biasa. Menurut warga, kayu-kayu ini hanyut dari hulu sungai, seperti Lokop, Gending dan Bandar Meriah.

Salah satu batang kayu yang panjangnya mencapai 7 meter dengan deameter sekitar 40 inci yang pangkalnya tampak bekas potongan chainsaw terdampar di pinggir jalan. Kayu log ukuran raksasa tersebut ditengarai hasil illegal logging.

Bisnis kayu hasil hutan yang menyebabkan terjadinya deforestasi dan kerusakan ekosistem ini sudah berlangsung cukup lama. Bahkan, menurut kesaksian salah seorang warga, aksi pembalakan liar ini melibatkan beberapa oknum aparat penegak hukum.

Ironi, oknum aparat yang harusnya melindungi kawasan hutan, malah disebut-sebut ikut andil dalam bisnis haram ini. Mata para elit pusat baru terbuka ketika bencana banjir bandang menerjang wilayah Aceh Tamiang dengan membawa juta kubik kayu dari hulu sungai.

Hilangnya Sumber Penghasilan Warga

Dampak yang ditimbulkan dari bencana banjir ini telah menghancurkan sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa sektor usaha yang selama ini dijalankan masyarakat terpuruk sehingga ekonomi tidak berputar.

Perputaran roda ekonomi yang terganggu akibat bencana ekologis ini tentunya sangat berpotensi menimbulkan dampak kemiskinan baru pascabanjir, terutama di daerah-daerah yang terkena dampak paling parah.

KAYU log ukuran besar dan kecil diduga hasil pembalakan liar menumpuk di Desa Batu Bedulang, Kec. Bandar Pusaka, Kab. Aceh Tamiang. Waspada.id/Asrirrais

Tidak hanya itu, sektor perkebunan rakyat, terutama kelapa sawit milik warga kalangan stratafikasi menengah bawah juga merasakan imbasnya. Cukup luas areal kebun kelapa sawit milik warga yang rusak, bahkan pohonnya mati akibat terendam banjir.

Ketua MDSK Desa Batu Bedulang, Musalim, ditemui waspada.id mengatakan, luas areal kebun kelapa sawit milik masyarakat yang terdampak mencapai ratusan hektar. “Pohon sawit yang selama ini menjadi tumpuan hidup para petani mati,” imbuhnya.

“Desa kami hanya tiga rumah saja yang tersapu banjir karena berada di dataran tinggi, tapi kerugian yang kami alami cukup besar karena ratusan hektare kebun sawit milik warga mati akibat tumbang dan terendam banjir,” ujarnya.

Musalim mengungkapkan, selama ini sawit menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat di desanya. “Dari hasil sawit, warga bisa membangun rumah, membeli kenderaan dan sebaginya. Dengan matinya tanaman sawit, warga kehilangan sumber utama mata pencaharian,” kata Ketua MDSK.

Asrirrais

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |