Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi ekonomi tak menentu yang diikuti berbagai kabar buruk belakangan ini membuat masyarakat was-was akan ancaman krisis ekonomi. Sebab, sejarah membuktikan krisis ekonomi berhasil membuat sendi-sendi kehidupan porak-poranda.
Ancaman tersebut sebenarnya bisa berkurang jika bisa memahami peristiwa masa lalu sebab krisis ekonomi selalu ada sepanjang sejarah. Manusia telah berulangkali menghadapinya, termasuk menimpa Nabi Muhammad.
Semasa hidup pada tahun 600-an Masehi, Nabi Muhammad juga harus mengalami krisis dan tantangan ekonomi saat di Makkah dan Madinah. Sebagai pemimpin umat Islam, Nabi Muhammad harus menghadapi pertempuran antar sesama suku di Arab, kehilangan banyak penduduk akibat migrasi, hingga manipulasi perdagangan oleh kaum Yahudi.
Semua itu membuat Nabi Muhammad dan masyarakat Arab menghadapi kemerosotan ekonomi. Terputusnya jalur perdagangan membuat banyak rakyat mengalami kelaparan dan terjerat kemiskinan. Kondisi ini membuat Nabi Muhammad sebagai pemimpin dan panutan mengeluarkan cara-cara agar selamat dari krisis ekonomi.
Apa Saja?
Dalam riset "Economic and Social Crisis Management Strategies by Prophet Muhammad (PBUH) in Medina" (2022) diketahui, saat menghadapi krisis, langkah pertama Rasulullah sebagai pemimpin adalah memberdayakan para pekerja yang mendadak menganggur. Nabi tak ingin angka pengangguran meroket karena krisis atau perubahan pekerjaan. Alhasil, Nabi melakukannya dengan kesempatan kerja lewat jalur wirausaha atau perdagangan.
Karen Arsmtrong dalam Muhammad: Sang Nabi (2006) menyebut, Makkah dan Madinah kala itu adalah jalur perdagangan potensial dari Eropa hingga China. Maka, lewat optimalisasi perdagangan dipercaya ekonomi bisa tumbuh.
Cara Nabi Muhammad mengoptimalkan perdagangan lewat pembuatan pasar di sekitar tempat tinggal penduduk sebagai wadah bagi para pengangguran. Diharapkan penduduk bisa membeli barang di sana. Apalagi, Nabi Muhammad juga tak mau memberatkan rakyat dari pajak.
Pasar-pasar yang didirikan Nabi Muhammad sama sekali bebas pajak. Hal ini berbeda dengan pasar-pasar lain yang dibentuk umat non-Muslim. Mereka mengenakan pajak atas transaksi perdagangan.
Dengan demikian, pasar bentukan Nabi Muhammad bisa ramai didatangi para pembeli. Alhasil, para penjual pun bisa merasakan keuntungan dari perputaran uang imbas perdagangan di pasar. Atas dasar ini, Nabi Muhammad pernah berujar dalam salah satu riwayat bahwa:
"Ini pasar kalian. Jangan mencoba untuk saling menekan, dan jangan mengenakan pajak."
Selain memposisikan diri sebagai pemimpin, Nabi Muhammad juga meminta setiap pribadi melakukan strategi lain agar bisa bertahan dari krisis. Nabi ke-25 ini menyerukan kepada setiap umatnya agar tidak melakukan penipuan hingga kecurangan. Berlaku jujur dalam setiap transaksi. Lalu, jangan melakukan riba dan senantiasa bersedekah.
Tak hanya itu, Nabi Muhammad juga meminta para pengikut untuk menumbuhkan rasa persaudaraan. Jangan ada permusuhan saat krisis ekonomi. Apabila rasa persaudaraan meningkat, maka muncul upaya saling membantu dan membuat kesulitan perlahan bisa menghilang.
Hal ini dilakukan langsung oleh Nabi Muhammad yang merangkul orang-orang yang berseberangan, seperti Kaum Yahudi atau non-Muslim lain. Sebab permusuhan di kala krisis bisa menambah masalah.
Atas cara-cara seperti ini, hal-hal negatif dari krisis berubah menjadi sesuatu yang positif.
(mfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global
Next Article Tanaman 'Harta Karun' RI Ternyata Dipakai Nabi Muhammad Buat Ibadah