Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara bakal menerbitkan Patriot Bond dalam waktu dekat. Surat utang ini merupakan instrumen strategis yang diterbitkan dengan mekanisme private placement. Patriot Bond ditawarkan kepada sekelompok kecil investor terpilih yakni pihak konglomerat atau kelompok usaha besar di Indonesia.
Surat utang ini pun tidak tersedia secara bebas dan tidak bisa diserap oleh investor ritel. Rencananya, Danantara akan menerbitkan Patriot Bond dengan nilai sebesar Rp 50 triliun dan kupon sebesar 2%.
Chief Economist Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan, penerbitan Patriot Bond tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas pasar obligasi nasional mengingat nilai emisinya hanya Rp50 triliun. Sebagai perbandingan, lelang surat utang negara (SUN) yang digelar setiap pekan dapat mencatatkan penawaran yang masuk mencapai kisaran Rp 28 triliun per pekan.
Di samping itu, outstanding obligasi korporasi nasional dapat mencapai sekitar Rp 580 triliun. Adapun nilai penerbitan surat utang korporasi per tahun dapat menyentuh angka Rp 150 triliun.
"Jadi, kalau kita bandingkan dengan corporate bond sekalipun diterbitkan oleh swasta, lalu kita bandingkan dengan SUN yang dilelang tiap minggu itu saya rasa nilainya cukup kecil sih Rp 50 triliun. Jadi, dari sisi likuiditas tidak begitu berdampak," ungkap dia dalam segmen Closing Bell CNBC Indonesia, Senin (8/9/2025).
Penerbitan Patriot Bond bukannya tanpa tantangan. Mikail menilai, kupon Patriot Bond yang hanya sebesar 2% dipandang belum tentu cukup menarik bagi para pengusaha yang akan menjadi investor surat utang tersebut. Padahal, tujuan Danantara dalam penerbitan Patriot Bond adalah menarik uang milik investor-investor besar Indonesia yang berada di luar negeri.
Selama ini, banyak pengusaha Indonesia memarkir uang di luar negeri lantaran adanya selisih imbal hasil yang terlalu jauh antara obligasi Indonesia dengan negara maju. Sebagai contoh, saat ini imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Amerika Serikat (AS) atau US Treasury ada di kisaran 4,5%, sedangkan imbal hasil SUN tenor 10 tahun ada di kisaran 6,3%.
Selain itu, risiko crowding out effect bisa terjadi ketika penerbitan Patriot Bond dilakukan. Crowding Out Effect adalah fenomena di mana pemerintah dan pihak swasta bersaing memperebutkan dana yang tersedia di pasar keuangan.
"Kalau memang Patriot Bonds ini tidak mau menciptakan crowding out effect, misalkan kalau mau outstanding-nya terus ditambah dari Rp 50 triliun ke Rp 100 triliun ke Rp 500 triliun. (Ini) mungkin bisa menggunakan instrumen tetap Patriot Bonds, tapi bisa menggunakan skema instrumen lain," jelas dia.
Tak hanya itu, lanjut dia, Danantara juga harus bisa memastikan proyek-proyek yang didanai oleh Patriot Bond dapat dieksekusi dengan baik. Hal ini demi menjaga kepercayaan para investor yang berinvestasi melalui instrumen surat utang tersebut.
Mikail menilai, jika memang dana hasil penerbitan Patriot Bond ditujukan untuk proyek energi terbarukan atau pengolahan sampah, hal itu terbilang cukup menarik. Berkaca dari data Badan Pusat Statistik (BPS), penyerapan tenaga kerja di sektor pengolahan sampah di Indonesia mencapai sekitar 590.000 orang pada tahun lalu.
"Jadi, kalau misalkan ini ada tambahan investasi di situ (pengolahan sampah), tentu akan menciptakan lapangan pekerjaan terutama untuk sektor formal ya. Ini akan lebih baik lagi ke depan," pungkas dia.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Patriot Bond Danantara Incar Rp50 T, Biayai Proyek Sampah Jadi Energi