JAKARTA (Waspada.id): PT Indo Premier Sekuritas menilai bencana banjir yang melanda sentra perkebunan di Sumatera berpotensi mengganggu pasokan komoditas domestik dan memicu lonjakan inflasi, mengancam optimisme pasar modal menjelang akhir tahun yang didorong oleh stimulus Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Hal ini ditegaskan Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Iman Gunadi pasca Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan perdagangan 24-28 November 2025 dengan performa solid di level 8.508,71, naik 1,12% dari pekan sebelumnya, ditopang oleh lonjakan volume transaksi harian.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Namun, di balik penguatan indeks, pasar mencatat tekanan jual signifikan dari investor asing dengan net outflow sebesar Rp765 miliar dalam sepekan terakhir, menunjukkan sentimen kehati-hatian investor global terhadap pasar domestik.
“Meskipun IHSG menguat, capital outflow asing yang besar ini menjadi sinyal peringatan. Investor global masih wait and see terhadap stabilitas domestik kita,” tambah Iman Gunadi.
Ia menambahkan, pergerakan net foreign value didominasi oleh lima saham yang mencatatkan net buy (inflow) tertinggi, yaitu BRMS (Rp 4,426 T), BMRI (Rp 3,209 T), PTRO (Rp 969,2 B), BREN (Rp 6,83 T) dan RAJA (Rp 1,189 T). Mayoritas inflow ini didorong oleh sentimen positif dari hasil rebalancing indeks MSCI yang berlaku efektif pada 25 November 2025.
Sentimen Global dan Domestik
Dari sisi global, sentimen pasar didominasi oleh harapan pivot kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Di awal pekan ada rilis ISM Manufacturing PMI. Angka di bawah konsensus 48,6 akan menjadi sinyal kuat kontraksi sektor industri AS, memperkuat pandangan bahwa kebijakan moneter yang ketat mulai berdampak signifikan.
Puncak fokus global adalah data inflasi utama AS: PCE Price Index (MoM & YoY) dan Core PCE Price Index (MoM & YoY) pada akhir pekan. Konsensus Core PCE Price Index YoY melambat sesuai konsensus 2,8%.
Di tengah fokus global, stabilitas domestik sangat penting sebagai daya tarik inflow. Ada dua indikator kunci yang wajib dipantau yakni Balance of Trade (neraca perdagangan) dan inflasi.
Pasar Domestik juga akan diuntungkan dengan adanya Window Dressing dan stimulus Nataru. Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar akan mendapat dorongan dari stimulus belanja pemerintah, seperti pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) dan penyaluran bansos.
Peningkatan likuiditas dan konsumsi yang didorong oleh kebijakan ini secara tradisional menciptakan narasi positif bagi saham-saham berbasis Konsumsi (Consumer Goods) dan ritel, serta mendukung momentum window dressing di akhir tahun.
Namun, risiko domestik yang perlu diwaspadai adalah dampak dari bencana banjir di Sumatera. Banjir di wilayah sentra perkebunan (seperti sawit, karet, gula atau lainnya) dapat menyebabkan gangguan signifikan pada pasokan domestik dan logistik. Gangguan ini berpotensi memicu inflasi volatile food dan komoditas dalam jangka pendek. Jika inflasi melonjak akibat supply disruption lokal, hal itu dapat membatasi ruang gerak BI.
Rekomendasi IPOT Pekan Ini
Merespons dinamika pasar saat ini IPOT yang kini telah bertransformasi menjadi Wealth Creation Platform merekomendasikan strategi investasi pada saham-saham yang tertopang sentimen Nataru dengan Booster Modal dan instrumen obligasi yang kesemuanya ini bisa dikelola dengan fitur Multi-Account untuk memisahkan setiap strategi ataupun tujuan investasi sehingga risiko lebih mudah untuk dikelola dan fitur Shared Access yang dapat digunakan keluarga dan komunitas untuk berkolaborasi dan berinvestasi bersama.
1. Buy MYOR (Entry: 2180, Target: 2300, Stop Loss: 2120). MYOR direkomendasikan sebagai salah satu emiten defensif-konsumsi yang diuntungkan dari agenda Nataru domestik. Kenaikan disposable income masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru, akan secara langsung meningkatkan volume penjualan produk Consumer Goods seperti MYOR.
2. Buy on Pullback SSIA (Entry: 1820 – 1865, Target: 2000 dan Stop Loss: 1770. SSIA dengan eksposur di sektor kawasan industri (Subang Smartpolitan) akan menjadi penerima manfaat langsung dari peningkatan Foreign Direct Investment (FDI) yang cenderung meningkat di tengah dorongan sentimen risk-on global.
3. Buy on Pullback INET (Entry: 670, Target: 745 dan Stop Loss: 640). Rekomendasi INET didasarkan pada potensi re-rating sektor teknologi dan telekomunikasi pasca-reaksi dovish The Fed dan dorongan sentimen risk-on global. Secara spesifik, INET, sebagai emiten di sektor infrastruktur digital, diuntungkan oleh penurunan risk-free rate global yang membuat valuasi forward-looking aset teknologi menjadi lebih menarik.
4. Buy Obligasi FR0100. Rekomendasi FR0100 didasarkan pada strategi investasi yang memanfaatkan ekspektasi penurunan yield domestik seiring dengan meredanya tekanan suku bunga global. Harapan terhadap potensi pemangkasan suku bunga The Fed (didukung data Core PCE yang melambat) akan memicu transisi risk-on dan inflow dana asing ke pasar obligasi Emerging Markets. Inflow ini secara langsung akan menekan yield FR0100 (harga obligasi naik), menawarkan potensi capital gain yang atraktif bagi investor yang masuk saat ini.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.




















































