Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan Indonesia tidak perlu kecewa dengan keputusan Presiden Donald Trump mengenakan tarif impor RI sebesar 32%. Hal itu diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang (Kemenko) Perekonomian, Haryo Limanseto.
Seperti diketahui, surat tersebut keluar pada tanggal 7 Juli 2025 waktu AS, lebih cepat dari jadwal pengumuman tarif Trump pada tanggal 9 Juli 2025. Dalam surat tersebut, Trump memutuskan untuk tetap mengenakan tarif 32% kepada Indonesia setelah negosiasi selama 90 hari.
"Pemerintah AS menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia juga tidak perlu kecewa dengan pemerintah AS, kami pun juga menyampaikan bahwa pemerintah AS juga tidak perlu kecewa dengan Indonesia," kata Haryo di Gedung Kemenko Perekonomian, Rabu (9/7/2025).
Ia menjelaskan, negosiasi antara Indonesia dan negeri Paman Sam itu masih terus berjalan. Sebab, Haryo menyebut dalam surat keputusan Trump kepada Presiden RI Prabowo Subianto tersebut, masih tersedia ruang negosiasi antar kedua negara.
"Artinya perundingan ini masih tetap berlangsung diskusi ini dan kita akan menonjolkan atau mengutamakan [kepada] pihak AS, bahwa Indonesia adalah negara yang strategis dalam perdagangan nasional. Jadi kita berharap mendapatkan semacam kesepakatan yang lebih baik dari yang ada sekarang," pungkas Haryo.
Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dijadwalkan untuk bertemu dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS), Howard Lutnick, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, serta perwakilan dagang AS atau United States Trade Representative (USTR), Jamieson Greer pada pekan ini.
Haryo mengaku pihaknya kaget dengan keputusan Trump yang keluar lebih awal dari jadwal awal. Namun, menurutnya keputusan Washington itu didasari oleh pertimbangkan global, bukan perhitungan per negara.
"Nah, jadi kita ingin menunjukkan sekali lagi dan kita belum menganggap ini selesai. Karena di surat mereka juga menyampaikan bahwa pertama, tadi dia [kebijakan tarif impor RI 32%] masih [berlaku nanti di tanggal 1] Agustus. Dan kemudian juga, saya merasa lewat Agustus pun ini negosiasi juga belum selesai," ujar Haryo.
Ia menyebut kesempatan negosiasi jilid II menjadi kesempatan bagi pemerintah RI untuk menyampaikan bahwa Indonesia "sangat penting" dan saat perlu menjadi mendapatkan prioritas dari negeri Paman Sam itu.
Lebih lanjut, Haryo menyampaikan bahwa pihak Washington mengatakan akan merespon seperti apa tanggapan Indonesia. Mereka disebut berharap agar Indonesia tidak melakukan retaliasi dengan menaikkan tarif bagi AS.
"Jadi artinya ini masih kebuka mereka juga menginginkan respon positif dari kita dan kita tentu juga berharap kita dapat deal yang lebih baik," tandas Haryo.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Indonesia Jadi Korban Perang Dagang Trump, Kena Tarif 32%