Aneh! Warga RI Pilih Simpan Uang Saat Lebaran Ketimbang Jajan

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) jenis tabungan perorangan justru meningkat signifikan pada Maret 2025 atau selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Namun, masyarakat semakin enggan menaruh uangnya di deposito.

Meningkatnya jumlah tabungan selama Ramadan terbilang anomali mengingat biasanya masyarakat menguras tabungan selama Ramadan karena tingginya konsumsi. Sebagai catatan, Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025 dan berakhir pada 30 Maret sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 31 Maret 2025.

Meningkatnya tabungan dan masih tekoreksinya deposito perorangan tercatat dalam data Bank Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pada Rabu (24/4/2025) telah merilis data uang beredar yang tampak masih tumbuh pada Maret 2025.

Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2025 tumbuh 6,1% (year on year/yoy) atau relatif stabil jika dibandingkan bulan sebelumnya yang naik sebesar 6,2% yoy sehingga tercatat Rp9.436,4 triliun.

DPK Tabungan Perorangan Tumbuh Besar

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, per Maret 2025, pertumbuhan DPK tabungan perorangan sebesar 6,4% year on year/yoy atau bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,7% yoy. Pertumbuhan DPK tabungan perorangan Maret 2025 juga merupakan yang tertinggi sejak November 2022 atau sekitar 2,5 tahun terakhir.

Jika dilihat dari sisi nominal, jumlah DPK tabungan perorangan per Maret 2025 bertumbuh menjadi Rp2.574,2 triliun dari sebelumnya Rp2.505 triliun.

Pertumbuhan tabungan perorangan pada Maret menembus 6,4% atau yang tertinggi sejak November 2024. Padahal. secara tradisi, pertumbuhan tabungan akan melandai saat Ramadan hingga Lebaran karena masyarakat menguras uang di rekening untuk belanja.

DPK tabungan perorangan mengalami kenaikan berarti jumlah uang yang disimpan oleh individu di bank dalam bentuk tabungan meningkat. Ini bisa menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak menabung. Sejumlah faktor menjadi pendorongnya bisa jadi karena meningkatnya pendapatan, menurunnya konsumsi, atau adanya insentif dari bank seperti suku bunga yang lebih menarik.

Fenomena ini bisa terjadi karena beberapa faktor utama:

1. Peningkatan Pendapatan - Jika masyarakat memiliki lebih banyak uang, mereka cenderung menyimpan sebagian di bank untuk keamanan dan perencanaan keuangan. Hal ini terjadi mengingat periode Maret 2025 merupakan momen pembagian Tunjangan Hari Raya (THR).

2. Menurunnya Konsumsi - Ketika orang mengurangi pengeluaran, mereka lebih memilih menabung daripada membelanjakan uangnya.

3. Suku Bunga yang Kompetitif - Jika bank menawarkan bunga yang lebih tinggi untuk tabungan, masyarakat lebih terdorong untuk menyimpan uangnya.

4. Ketidakpastian Ekonomi - Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, orang cenderung menabung lebih banyak sebagai langkah berjaga-jaga.

5. Kebijakan Pemerintah dan Bank - Program insentif atau regulasi yang mendukung tabungan bisa mendorong peningkatan DPK perorangan.

Sementara apabila dilihat lebih jauh, DPK perorangan tampak mengalami pertumbuhan menjadi 1,1% yoy dari sebelumnya yang mengalami kontraksi 0,9% yoy pada Februari 2025. Hal ini juga memutus tren kontraksi atau perlambatan yang terjadi selama empat bulan beruntun (November 2024-Februari 2025).

Situasi global yang kurang mendukung dan rasa kekhawatiran pelaku pasar dengan kondisi perekonomian di Tanah Air, membuat pelaku pasar cenderung memilih aset yang lebih aman dalam berinvestasi dibandingkan aset berisiko atau hanya dengan menyimpannya di tabungan.

Harga emas sering kali naik saat terjadi ketidakpastian ekonomi karena emas dianggap sebagai safe haven, atau aset perlindungan nilai. Ketika investor menghadapi risiko seperti inflasi tinggi, krisis keuangan, atau ketegangan geopolitik, mereka cenderung mengalihkan investasinya ke emas karena nilainya lebih stabil dibandingkan aset lain seperti saham atau obligasi.

Di awal bulan ini, antrean panjang ratusan meter mengular di lantai dasar Pondok Indah Mall (PIM) 1 pada H+6 Lebaran atau Idul Fitri, Minggu (5/4/2025). Tampak sejumlah warga mengantre dengan sabar. Hal ini memicu pertanyaan pengunjung lain di mal bilangan Jakarta Selatan ini. Penyebab ternyata disebabkan oleh warga yang berbondong-bondong membeli emas batangan Antam.

Menurut satpam dan petugas yang berjaga, antrean pembelian emas Antam ini sudah terjadi sejak menjelang lebaran, hingga setelah lebaran. Puncaknya pembelian sempat terjadi pada tanggal 2 April 2025 lalu setelah lebaran.

"Kemarin antrean seharian sampai ditutup sekitar 150an, hari ini lebih ramai mungkin karena hari terakhir di PIM," sebutnya.

Pemudik Ogah Balik ke Kampung Halaman

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang mengatakan bahwa penurunan pemudik ini terjadi karena beberapa hal. Pertama jarak libur Nataru (Natal dan Tahun Baru) serta Idul Fitri yang sangat berdekatan.

"Sehingga yang sempat berlibur selama Nataru tidak lagi merencanakan liburan atau pulang kampung saat libur Idul Fitri," ujar sosok yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia).

Kedua, tambah dia, dengan kondisi ekonomi saat ini masyarakat cenderung menghemat (saving). Mengingat dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah.

"Ketiga, maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)," kata Sarman.

Keempat, lanjutnya, penurunan daya beli masyarakat serta faktor cuaca juga mempengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung.

Dengan semakin sedikitnya jumlah pemudik, maka hal ini mencerminkan perubahan pola konsumsi dan kondisi ekonomi masyarakat.

Usai mendapatkan THR, masyarakat cenderung tidak mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi ke deposito maupun hal lainnya, namun tetap disimpan dalam tabungan.

Perilaku ini patut menjadi perhatian karena menunjukkan sikap kehati-hatian masyarakat terhadap beberapa waktu ke depan.

Deposito Masih Terkontraksi

DPK dalam bentuk deposito telah mengalami kontraksi dalam delapan bulan terakhir. Fenomena ini mencerminkan adanya perubahan preferensi masyarakat dalam mengelola dana mereka serta dinamika yang terjadi di pasar keuangan. Namun demikian, secara nominal simpanan berjangka perorangan (deposito) mengalami kenaikan dari Rp1.417,2 triliun menjadi Rp1.433,4 triliun pada Maret 2025.

Salah satu penyebab utama kontraksi deposito adalah tingkat suku bunga yang kurang menarik dibandingkan instrumen investasi lainnya. Seiring dengan kebijakan moneter yang lebih longgar dan suku bunga acuan yang stabil atau menurun, imbal hasil deposito menjadi kurang menarik bagi masyarakat yang mencari keuntungan lebih tinggi.

Selain itu, kondisi ekonomi yang dinamis, termasuk meningkatnya konsumsi rumah tangga dan aktivitas bisnis, mendorong masyarakat untuk lebih memilih produk perbankan yang lebih fleksibel seperti tabungan daripada deposito berjangka yang memiliki syarat pencairan tertentu.

Masyarakat Indonesia juga kini lebih memilih investasi instrumen lain, termasuk emas. 

Dalam sebulan terakhir, pembeli emas bahkan membludak bahkan antre hingga Subuh.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |