Topan Dahsyat Gulung Air Laut 4 Meter-"Sapu' 145.000 Orang Malam Hari

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Malam itu hujan turun deras di Kutubdia, Bangladesh. Petir menyambar dan angin kencang terus menderu meniup pepohonan tanpa henti. Bagi Mohammad Kamal (21), cuaca seperti itu bukan hal aneh. Hidup di pesisir telah membiasakannya pada amukan badai yang datang dan pergi.

Karena itu, sebelum malam benar-benar larut, dia menutup pintu rapat-rapat. Lalu segera membaringkan tubuh di atas kasur. Suara hujan dan deru angin rupanya tak cukup menyingkirkan rasa kantuk yang mulai menyerang. Kamal pun tertidur lelap. 

Akan tetapi, tidur itu tak berlangsung lama. 

Suara gemuruh hujan disertai angin kencang berhasil membuat Kamal terbangun dalam kepanikan. Ketika melongok jendela, angin hampir menumbangkan pohon-pohon kelapa di sekitar rumahnya. Lalu, di belakangnya, air laut membentuk gelombang tinggi hendak menggulung kampungnya. 

Tanpa pikir panjang, Kamal bergegas keluar rumah. Tapi sebelum sempat melangkah jauh, gelombang besar sudah menerjang. Tubuhnya terdorong arus deras. Beruntung, dia sempat meraih batang pohon kelapa dan berpegangan erat. Di situlah Kamal bertahan selama delapan jam hingga situasi normal. 

"Rasanya seperti kiamat di hari itu," kata Kamal, kepada Los Angeles Times (4 Agustus 1996).

Dari kejadian itu, Kamal harus kehilangan ayah, ibu, dan saudara-saudaranya, yang hilang entah kemana digulung ombak. Tak jauh dari tempat tinggal Kamal, Ayesha (25) berjuang melawan rasa takut dan kebimbangan.

Badai belum sampai puncaknya ketika dia mulai merasa ada yang tak beres. Angin dan petir yang muncul terdengar seperti peringatan. Dia menarik tangan suaminya, membujuk agar mereka segera pergi mencari tempat aman.

Namun, suaminya hanya menggeleng pelan. Dia tak tahu harus ke mana mencari tempat aman. Di luar badai, di dalam rumah pun bukan pilihan. Tapi, Ayesha bersikeras harus pergi. Dia yakin rumah gubuknya tak akan mampu bertahan. Akhirnya, dia pergi ke rumah tetangga yang lebih kokoh bersama anak dan ibu mertuanya.

Beberapa menit setelah tiba, ombak besar datang menghantam. Untungnya, mereka masih sempat menyelamatkan diri ke lantai dua bangunan. Namun, upaya itu tak sepenuhnya berhasil. Bangunan itu pun tak luput dari terjangan arus besar. 

Ayesha hanyut terbawa arus. Dia tenggelam dan baru ditemukan sekitar 5 Km dari rumahnya. Untungnya, semua keluarga selamat. 

Badai Siklon Terbesar Sepanjang Sejarah

Kejadian yang menimpa Kamal dan Ayesha yang terjadi pada 29-30 April 1991, tepat hari ini 34 tahun lalu, kelak tercatat sebagai badai siklon terbesar sepanjang sejarah.

Dalam laporan Los Angeles Times (4 Agustus 1996), peristiwa pada malam hari itu membuat 135.000-145.000 orang tewas. Sebanyak 10 juta orang kehilangan tempat tinggal. Lalu 1 juta ekor ternak hilang dan jutaan hektar lahan pertanian lenyap. Akibatnya terjadi gagal panen dan kelaparan yang membuat jumlah korban terus meningkat. 

Badai siklon sebenarnya bukan sesuatu yang baru terjadi di Bangladesh. Namun, berbagai kejadian tak membuat pemerintah sadar. Sampai akhirnya, bencana terjadi pada 29-30 April.

Menurut riset "The Bangladesh Cyclone of 1991: Why So Many People Died" (1993), selain oleh besarnya badai, yang mencapai kecepatan 240 Km/jam, penyebab kejadian yang membuat korban berjatuhan hingga ratusan ribu, ternyata disebabkan oleh beragam faktor. 

Pertama ihwal instrumen peringatan. Selama ini pemerintah tak memiliki instrumen peringatan siklon yang cepat. Setiap perubahan badai, peringatan tersebar sangat lama. Lebih parah lagi, instrumen peringatan jumlahnya tak banyak. 

Masalah makin besar ketika pemahaman masyarakat dan pemerintah terkait mitigasi bencana sangat rendah. Saat bencana terjadi, mayoritas warga hidup miskin dan tinggal di permukiman kumuh yang gampang rusak terkena bencana.

Ketika badai siklon yang kemudian membuat air laut membentuk dinding raksasa setinggi 4 meter, semua rata dengan tanah. Ratusan ribu warga tak bisa melarikan diri. Apalagi, pemerintah juga tak memiliki tempat perlindungan siklon yang aman.

Akumulasi dari berbagai kesalahan itu pada akhirnya harus dibayar mahal. Ratusan ribu warga Bangladesh meninggal akibat terdampak badai siklon yang seharusnya bisa dihindari. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |