
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
JAKARTA (Waspada.id): Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) akan menyebabkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 menjadi di bawah 3 persen,
“Perekonomian dunia melemah sejalan dengan meluasnya implementasi tarif resiprokal AS,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam RDG Agustus 2025 yang digelar secara daring, Rabu (20/8/2025).
Sejak 7 Agustus 2025, penerapan tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan tarif terhadap sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula.
Menurut analisis BI, implementasi tarif resiprokal tersebut menimbulkan risiko melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.
“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, sekitar 3 persen,” ungkapnya.
Perry menerangkan, di AS prospek pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih rendah sejalan dengan melemahnya permintaan domestik. Ekonomi India juga melemah akibat tarif AS yang lebih tinggi, sehingga menekan kinerja ekspor dan sektor manufaktur.
Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang, dan China diperkirakan lebih baik seiring dengan kesepakatan tarif yang lebih rendah serta dukungan belanja fiskal.
Kecenderungan pertumbuhan yang lebih rendah dan menurunnya inflasi mendorong sebagian besar bank sentral menempuh kebijakan moneter akomodatif, kecuali Jepang.
Di samping itu, Perry menyebut, tekanan inflasi di AS juga cenderung menurun, mendorong semakin kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan.
“Meskipun demikian, dalam jangka pendek ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut dan perlu tetap diwaspadai guna menjaga ketahanan ekonomi domestik dari dampak rambatan global,” urai Perry. (id88)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.