Tahun Kelam Brand Dunia: Nilai Starbucks dan Tesla Amblas Triliunan!

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian ekonomi dan perubahan persepsi pasar telah menyebabkan guncangan bagi banyak perusahaan di dunia.

Merek terbesar pun tidak luput dari guncangan ini. Sejumlah merek-merek besar kini mengalami penurunan valuasi yang tajam akibat melambatnya pertumbuhan, melemahnya kinerja keuangan, dan persaingan yang semakin ketat.

Menurut data terbaru Brand Finance yang diulas oleh Visual Capitalist, Starbucks mengalami penurunan nilai brand terbesar dalam satu tahun terakhir, dari US$60,7 miliar menjadi US$38,8 miliar atau merosot sebesar US$21,9 miliar.

Penurunan valuasi ini tidak lepas dari semakin ketatnya persaingan di tengah menjamurnya berbagai kedai kopi baru di banyak negara.

Munculnya berbagai kedai kopi baru yang menawarkan harga yang lebih murah dan strategi ekspansi agresif menjadi tantangan bagi dominasi Starbucks. Tekanan juga muncul dari aksi boikot setelah Starbucks dianggap berpihak pada Israel dalam konflik di Timur Tengah. Hal ini berdampak pada persepsi konsumen di berbagai negara, terutama di pasar dengan mayoritas penduduk Muslim.

Penurunan valuasi yang tajam juga dialami oleh Tesla, salah satu merek otomotif terbesar dunia. Selama setahun terakhir, Tesla telah kehilangan US$15,3 miliar atau setara Rp256 triliun (US$1=Rp16.729).

Meningkatnya persaingan di pasar otomotif, terutama kendaraan listrik, juga menjadi tantangan utama yang dihadapi Tesla. Seperti Starbucks, Tesla juga menghadapi sentimen negatif dari konsumen akibat keterlibatan ownernya, Elon Musk dalam panggung politik. Perusahaan otomotif raksasa lainnya, Mercedes-Benz juga mengalami penurunan nilai yang tajam, sebesar US$8,8 miliar atau setara Rp147 triliun (US$1=Rp16.729).

Sejumlah perusahaan ritel, teknologi komunikasi, hingga penyedia jasa profesional juga tidak luput dari tekanan yang berujung pada penurunan nilai merek. Di tengah ketidakpastian ekonomi, perusahaan yang berhadapan langsung dengan konsumen dan terkait teknologi merupakan yang paling terpukul karena konsumen cenderung mengurangi pengeluaran non-esensial mereka. Di saat yang sama, perusahaan otomotif juga mengalami penurunan permintaan.

Tren penurunan valuasi di kalangan brand raksasa ini menunjukkan bahwa kekuatan brand kini juga ditentukan oleh kemampuan beradaptasi, perubahan perilaku konsumen, hingga isu reputasi yang semakin sensitif.

(mae/mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |