Semester I: Rupiah Hadapi Salah Satu Masa Paling Kritis dalam Sejarah

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup melemah di level Rp16.230/US$ pada perdagangan kemarin, Senin (30/6/2025) yang sekaligus hari terakhir di semester I-2025. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang semester pertama tahun 2025 mengalami volatilitas yang cukup tinggi.

Tekanan datang dari berbagai faktor eksternal seperti kebijakan dagang Amerika Serikat, memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah, hingga pelemahan indeks dolar.

Meski demikian, rupiah mampu menunjukkan penguatan signifikan menjelang akhir semester dan menutup paruh pertama tahun ini dengan performa yang relatif stabil.

Rupiah dibuka di awal tahun pada level Rp16.090 per dolar Amerika Serikat (AS) dan ditutup pada akhir semester di angka Rp16.230/US$. Sepanjang periode tersebut, rupiah mencatatkan pelemahan sebesar 0,87% secara kumulatif.

Pada 9 April 2025, rupiah sempat menyentuh titik terendahnya di semester pertama yaitu Rp16.970/US$. Meskipun demikian, pada akhir perdagangan hari itu, rupiah ditutup menguat di level Rp16.860/US$.

Hari sebelumnya, 8 April 2025, rupiah tercatat melemah tajam sebesar 1,84% dan menjadi pelemahan harian terbesar dalam semester ini. Sentimen negatif saat itu dipicu oleh dimulainya kebijakan tarif impor oleh Amerika Serikat sebesar 10% terhadap seluruh negara kecuali China.

Setelah tekanan tersebut, rupiah mulai memasuki tren penguatan. Penguatan terbesar dalam satu hari terjadi pada 30 April 2025 ketika rupiah menguat sebesar 0,99% ke level Rp16.430/US$.
|

Pada bulan Juni, ketegangan geopolitik kembali mempengaruhi pergerakan rupiah. Pada 13 Juni 2025, Israel secara resmi menyerang Iran yang menyebabkan rupiah melemah sebesar 0,37%. Ketegangan memuncak pada 23 Juni 2025 ketika Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap situs nuklir Iran. Rupiah kembali melemah sebesar 0,61% ke level Rp16.480/US$.

Namun keesokan harinya, yaitu pada 24 Juni 2025, rupiah langsung rebound sebesar 0,82% ke posisi Rp16.345/US$. Penguatan berlanjut pada tanggal 26 Juni 2025, rupiah ditutup menguat sebesar 0,53% ke level Rp16.199/US$. Hingga hari terakhir semester I 2025 yaitu Senin 30 Juni 2025, rupiah ditutup di level Rp16.230/US$.

Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Rupiah

Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama semester I 2025 adalah kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, hal ini menjadi pemicu utama volatilitas di pasar keuangan global.

Ketidakpastian yang timbul dari kebijakan ini membuat investor cenderung berhati-hati dan menarik dana dari pasar negara berkembang.

Selain itu, konflik geopolitik di Timur Tengah turut memberikan tekanan terhadap rupiah. Serangkaian serangan antara Israel dan Iran yang kemudian melibatkan Amerika Serikat menciptakan ketidakstabilan global, yang pada akhirnya mempengaruhi aliran modal ke negara berkembang termasuk Indonesia.

Pelemahan indeks dolar Amerika Serikat turut mendorong penguatan rupiah menjelang akhir semester. Sepanjang semester pertama 2025, indeks dolar tercatat melemah hingga 10,38%

Faktor penyebabnya antara lain kekhawatiran atas independensi The Federal Reserve (The Fed), penurunan permintaan dolar akibat penjualan besar-besaran oleh investor global seperti China, serta ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed dalam waktu dekat.

Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi dan ketegangan geopolitik yang belum mereda sepenuhnya, nilai tukar rupiah diperkirakan akan tetap mengalami volatilitas di semester kedua 2025.

Namun, ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed serta stabilnya kondisi fundamental ekonomi domestik dapat menjadi faktor pendukung bagi kelanjutan tren penguatan rupiah.

Ambruknya dolar AS juga menjadi penolong rupiah. Indeks dolar terus turun tajam hingga menyentuh 97,14 pada pekan lalu. Posisi tersebut adalah yang terendah dalam tiga tahun terakhir.

Titik Paling Kritis Rupiah

Pasar rupiah sempat mengalami masa-masa sangat berat sepanjang semester I-2025. Masa terberatnya adalah setelah pengumuman kebijakan tarif ke seluruh negara dan tarif resiprokal pada 2 April lalu.

Indonesia dikenai tarif resiprokal sebesar 32% namun tarif ini masih ditunda karena ada negosiasi. Pada saat itu, pasar keuangan Indonesia sedang tutup sehingga dampaknya tidak langsung terasa.

Di pasar non-deliverable forward (NDF), pada 7 April 2025,  nilai tukar mata uang Garuda telah mencapai Rp17.261/US$ atau merupakan posisi terendah sepanjang sejarah.

Untuk diketahui, NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Rupiah langsung ambruk begitu pasar keuangan dibuka kembali setelah libur pada 8 April 2025, Mata uang Garuda ditutup pada posisi Rp16.860/US$, rupiah atau melemah 1,84%.

Pergerakan rupiah di intraday perdagangan pada 8 April merupakan yang terparah sepanjang sejarah bahkan melewati posisi 1998 yang secara intraday berada pada level Rp16.800/US$.

Rupiah semakin jatuh parah pada 9 April 2025 atau hari kedua perdagangan usai libur Lebaran 2025.

Dilansir dari Refinitiv, pada pukul 09:40 WIB di tanggal 9 April 2025, rupiah sempat menyentuh Rp16.950/US$ dan terus tertekan hingga titik terlemahnya pada Rp16.970/US$ pada pukul 11:03 WIB.

Kendati demikian, pada akhirnya rupiah ditutup pada level Rp16.860/US$ atau sama dengan penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025).

Bank Indonesia (BI) langsung mengambil langkah intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang tengah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Intervensi BI terlihat jelas sekitar pukul 11:04-14.59 WIB di saat rupiah tampak mengalami penguatan secara konsisten. Bahkan apresiasi rupiah yang paling jelas terlihat ketika BI melakukan intervensi yakni dalam rentang pukul 12:28-14:20 WIB.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |