Sedih! RI Cuma Peringkat 55 Inovasi Dunia, Keok dari Thailand-Vietnam

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menempati peringkat ke-55 dalam daftar negara paling inovatif di dunia versi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jauh di belakang negara-negara tetangga seperti Singapura (peringkat 5) Malaysia (peringkat 34) dan Thailand (peringkat 45).

Berdasarkan Global Inovation Index yang dirilis oleh World Intelectual Property Organization (WIPO) milik PBB, Indonesia menempati posisi kedelapan dalam peringkat regional Asia Tenggara, Asia Timur, dan Oseania.

Di antara negara-negara yang diklasifikasikan sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, Indonesia berada di posisi kedelapan. Menurut laporan yang dirilis, performa iklim inovasi di Indonesia di atas ekspektasi untuk level ekonominya selama empat tahun terakhir.

Indonesia ikut berperan dalam munculnya gelombang kemajuan inovasi dari negara berpendapatan menengah. China, India, Türkiye, Viet Nam, Filipina, Indonesia, Maroko, Albania, dan Iran adalah negara-negara berpendapatan menengah dalam peringkat 70 besar yang paling cepat naik peringkat sejak 2013.

Di sisi lain, negara tetangga seperti Kamboja yang menempati peringkat ke-100 telah tercatat memimpin inovasi global dalam bidang pinjaman dari penetrasi mikrokeuangan, kemudian Filipina (peringkat 50) dan Vietnam (peringkat 44) terus menunjukkan jejak gemilang dalam ekspor barang teknologi tinggi.

Jika melihat ke belakang, Indonesia sebenarnya terus naik ke tangga peringkat dari tahun ke tahun. Indonesia sempat berada pada peringkat 87 di tahun 2021, kemudian meningkat ke peringkat 75 pada 2022, menjadi peringkat ke-61 pada 2023 dan peringkat 54 pada 2024. Namun, peringkatnya turun ke 55 untuk tahun ini.

Meskipun begitu, inovasi masih belum menjadi prioritas dalam penetapan kebijakan pemerintah Indonesia selama ini. Dinilai mahal dan berisiko tinggi, pemerintah lebih memilih untuk memfokuskan pengeluarannya untuk masalah domestik seperti kemiskinan, pengangguran, pemerataan akses pendidikan dan kesehatan, subsidi energi, dan bantuan sosial.

Selama ini industrialisasi yang dikembangkan di Indonesia masih jalan di tempat, tidak ada dorongan yang berarti untuk melakukan inovasi yang bisa membuat industri menjadi semakin maju dan efisien. Lonjakan harga komoditas membuat sektor ekstraktif terlihat lebih mejanjikan dibandingkan dengan sektor lain yang lebih memiliki peluang inovasi.

China Mendobrak Peringkat 10 Besar

China untuk pertama kalinya masuk ke dalam 10 besar dalam daftar, menggantikan Jerman yang merupakan ekonomi terbesar Eropa. Perusahaan-perusahaan di Beijing berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan.

Negara Tirai Bambu sedang meniti jalan dalam menjadi negara dengan pengeluaran R&D terbesar. China Menjadi penyumbang terbesar aplikasi paten internasional yang diterbitkan pada tahun 2024, sekitar seperempat dari keseluruhan paten yang diterbitkan.

Sementara itu, Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman mengalami penurunan penerbitan jumlah paten. Ketiga negara tersebut secara kolektif menyumbang 40% dari total aplikasi. Kepemilikan paten secara luas dipandang sebagai tanda penting dari kekuatan ekonomi dan pengetahuan industri suatu negara.

Melansir Reuters, salah satu editor GII, Sacha Wunsch-Vincent, mengatakan bahwa peringkat baru tersebut tidak mencerminkan dampak dari tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump di AS.

"Tantangan bagi Jerman adalah bagaimana..., di samping status kuatnya selama puluhan tahun sebagai mesin inovasi industri yang sangat berpengaruh, menjadi kekuatan besar dalam inovasi digital," kata Direktur Jenderal WIPO, Daren Tang.

Adapun negara-negara lain yang menempati daftar 10 besar adalah Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Inggris, Finlandia, Belanda, dan Denmark.

Iklim Inovasi Global Sedang Melambat

Global Innovation Index (GII) memetakan terobosan dalam teknologi, model bisnis, inisiatif sosial, dan perubahan sistemik, untuk menunjukkan bagaimana ide-ide segar mengubah perekonomian dan masyarakat. 

Swiss tetap berada di peringkat pertama, posisi yang telah dipegang sejak 2011, diikuti oleh Swedia dan Amerika Serikat, sementara China berada di peringkat 10 dalam survei Global Innovation Index (GII) yang mencakup 139 ekonomi dan memberi peringkat berdasarkan 78 indikator.

Dengan judul "Innovation at a Crossroads" (Inovasi di Persimpangan Jalan), edisi 2025 dari GII menampilkan lanskap inovasi dunia dalam masa transisi. Dunia inovasi perlu menyesuaikan perilaku mereka dengan pergeseran geopolitik dan pesatnya kemajuan teknologi yang terjadi.

Prospek inovasi global dibayangi oleh menurunnya investasi, menurut survei tersebut. Pertumbuhan R&D diperkirakan melambat menjadi 2,3% tahun ini dari 2,9% tahun lalu, yang merupakan level terendah sejak 2010 setelah krisis keuangan.

Aktivitas permodalan ventura yang menjadi bahan bakar inovasi sektor swasta juga mengalami perlambatan selama beberapa tahun terakhir. Para investor sedang dalam mode berhati-hati mengingat iklim investasi yang sangat volatil akibat memanasnya atmosfer geopolitik dunia.

Pada  2024, nilai transaksi modal ventura (VC) naik sebesar 7,7%, setelah sebelumnya terjadi koreksi pasar signifikan pada tahun 2022 dan 2023 yang mencatatkan penurunan 30% setiap tahun. Meski sudah mulai pulih, total nilai transaksi pada 2024 hanya mencapai US$ 384 miliar, masih jauh di bawah level 2021 ketika nilai transaksi VC mencapai puncaknya, sebesar US$ 750 miliar.

Nilai transaksi modal ventura (VC)Foto: UN
Nilai transaksi modal ventura (VC)

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |