
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
SIGLI (Waspada.id): Siang itu, matahari bersinar terik, membakar kulit siapa pun yang melintas di jantung kota. Puluhan kendaraan mengelilingi Bundaran Tugu Aneuk Mulieng, ikon kebanggaan warga Kota Sigli.
Namun, alih-alih taman kota yang asri dan tertata rapi, pandangan mata justru tertumbuk pada gerombolan sapi yang asyik merumput. Rumput hijau yang ditanam rapi berubah menjadi padang penggembalaan.
Suara kunyahan hewan terdengar lebih nyaring daripada kicau burung sore. Tanaman hias tercabut, batang pohon muda terkupas kulitnya. Taman kota yang dibangun dengan biaya miliaran rupiah kini seperti dibiarkan tak bertuan.
“Setiap hari begini. Kadang pagi, kadang sore. Sapi dan kerbau masuk taman, makan rumput seenaknya. Taman jadi rusak,” keluh Rahmad, 25, warga yang setiap hari melintasi kawasan ini saat berangkat kerja.
Pemerintah membangun taman kota di Bundaran Tugu Aneuk Mulieng untuk menciptakan ruang terbuka hijau—tempat masyarakat bersantai dan mempercantik wajah kota. Namun, cita-cita itu perlahan memudar, tergilas langkah ternak yang bebas berkeliaran.
Bukan Sekadar Pemandangan yang Terganggu
Amiruddin, 30, warga lainnya, mengaku sering was-was saat melintas di kawasan ini. “Bukan cuma merusak taman, ternak juga sering jalan di tengah jalan raya. Kadang bikin macet, bahkan bahaya kalau malam,” ujarnya.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di bundaran. Kawanan sapi juga kerap terlihat di sepanjang Jalan Raya Lintas Medan–Banda Aceh, bahkan di depan kantor bupati. Pemandangan yang semestinya mencerminkan ketertiban kota kini berubah menjadi potret ketidakpedulian.
Ruang Publik yang Terabaikan
Taman kota sejatinya adalah jantung kehidupan publik: tempat anak-anak bermain, warga bersantai, dan ruang hijau yang membantu kota “bernapas”. Namun di Sigli, taman itu kini menyerupai kandang terbuka.
“Kalau dibiarkan begini, lama-lama taman itu tinggal nama,” ucap seorang petugas kebersihan yang enggan disebutkan namanya. Setiap pagi, ia harus membersihkan sisa kotoran ternak sebelum masyarakat datang.
Perlu Langkah Tegas
Warga berharap pemerintah daerah turun tangan lebih serius. Penertiban ternak, aturan yang tegas, dan kesadaran kolektif masyarakat dianggap kunci menjaga wajah kota.
“Kami ingin taman ini kembali indah, seperti dulu,” harap Amiruddin.
Sore itu, di tengah hiruk-pikuk kota kecil Sigli, suara sapi yang merumput bukan lagi sekadar latar. Ia menjadi tanda tanya besar: siapa yang bertanggung jawab menjaga ruang publik? (id69)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.