Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau anjlok 0,79% di angka Rp16.575/US$ pada pukul 11:11 WIB hari ini, Jumat (27/02/2025), melansir dari Refinitiv. Ini merupakan posisi terburuk sepanjang sejarah rupiah.
Pada pukul 11.55 WIB, Rupiah terpantau mengalami pemulihan tipis ke Rp16.570 per Dolar AS, meski masih dalam tren melemah. Indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08:54 WIB naik 0,04% di angka 107,29. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi kemarin (27/2/2025) yang berada di angka 107,24.
Pada perdagangan hari Kamis, 27 Februari 2025, Rupiah ditutup di Rp16.445 per dolar AS.
Merespons pelemahan parah rupiah ini, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno buka suara. Dia mengatakan, kondisi ini akan menguntungkan ekspor Indonesia.
Namun, tak semua eksportir bisa menikmati "berkah" dadakan dari pelemahan Rupiah saat ini.
"Yang diuntungkan dalam pelemahan Rupiah adalah eksportir yang biaya produksinya dalam nominal Rupiah, sedangkan income-nya dalam bentuk Dolar AS," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2025).
"Barang ekspor kita akan semakin kompetitif," ujar Benny.
Sebagai catatan, nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpuruk cukup dalam bahkan posisi saat ini lebih parah dibandingkan saat pandemi Covid-19.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah anjlok 0,67% ke angka Rp16.555/US$ pada 28 Februari 2025 pukul 10:24 WIB. Sedangkan secara intraday, rupiah sempat tertekan lebih parah lagi yakni ke posisi Rp15.565/US$.
Posisi ini lebih parah dibandingkan dengan 23 Maret 2020 yang ditutup di level Rp16.550/US$, namun belum mampu menembus level terparah secara intraday di periode yang sama yakni di level Rp16.620/US$.
Ini menegaskan pelemahan rupiah yang terjadi hari ini merupakan catatan terburuk sepanjang sejarah.
(rev/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Sri Mulyani: Pelemahan Rupiah Saat Ini Masih Lebih Baik Dibanding 2024
Next Article Pelemahan Rupiah Bikin Bos Toyota Was-Was, Blak-blakan Bilang Gini