RI Punya Pabrik Baterai EV Rp 96 Triliun, Segini Porsi untuk Ekspornya

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini tengah membangun proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi hulu-hilir dengan nilai investasi total mencapai US$ 5,9 miliar atau setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$).

Pada sisi hilirnya, yakni proyek pabrik sel baterai dibangun di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC), Karawang, Jawa Barat.

Pabrik yang baru diresmikan peletakan batu pertama atau groundbreaking pada Minggu, 29 Juni 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto ini memiliki kapasitas produksi total hingga 15 Giga Watt hour (GWh) per tahun. Pabrik sel baterai EV ini ditargetkan bisa beroperasi penuh pada 2028.

Lantas, apakah baterai dari pabrik ini sudah ada calon pembelinya? Siapa saja? Berapa porsi yang akan ditujukan untuk pasar domestik dan berapa untuk ekspor?

Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, pihaknya memperhitungkan porsi ekspor sel baterai dari pabrik tersebut mencapai 30%. Dan selebihnya sebesar 70%, kata Toto, akan dipasok untuk kebutuhan pasar domestik.

"Nanti kita lihat. Kalau kita lihat dengan kondisi yang sekarang, diekspor sekitar 30-an%. Tapi nanti pasti berubah-ubah tahun ke tahun," bebernya saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, dikutip Jumat (4/7/2025).

Adapun, produk sel baterai yang dihasilkan melalui pabrik tersebut sudah memiliki calon pembeli dari berbagai negara, seperti Jepang, India, China, bahkan Amerika Serikat (AS).

"Ada. Jadi sudah ada beberapa off-taker (pembeli) langsung. Banyak yang ada di Indonesia. Ada juga yang pasar untuk ekspor," katanya.

"Negaranya ada Jepang, ada India. Ada juga US," tambahnya.

Meski akan mengirimkan produk sel baterai ke beberapa negara, Toto belum bisa memastikan perusahaan mana yang akan dipasok oleh pihaknya.

"Jadi kita tidak hanya ke satu negara saja, tapi ke berbagai negara juga. Bagusnya untuk baterai EV ini, perkembangan utama itu di Cina, Amerika, sama Eropa. Timur Tengah juga mulai berkembang. Yang ada nikel ya Alhamdulillah Indonesia. Jadi itu yang tugas negara kita untuk bisa meningkatkan," tandasnya.

Pemilik JV Proyek Baterai

Proyek ekosistem baterai terintegrasi hulu-hilir tersebut dioperasikan oleh PT Aneka Tambang (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend.

Proyek tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.

Hulu:

JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.

JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.

JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

Hilir:

JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.

JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Prabowo Bakal Ketiban Durian Runtuh Rp 481,55 T dari Proyek Jumbo Ini

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |