RI Jangan Iri! 3 Senjata Rahasia Ini Buat Ringgit dan Malaysia Perkasa

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia tengah menunjukkan performa ekonomi yang semakin solid sepanjang 2025. Penguatan ini terlihat dari nilai tukarnya, ringgit Malaysia (MYR), yang mencatat salah satu kinerja terbaik di Asia.

Kombinasi antara neraca perdagangan yang kuat, surplus yang konsisten, serta arus investasi asing langsung (FDI) yang mencetak rekor baru menjadi faktor utama yang memperkuat fundamental Negeri Jiran.

Ringgit Malaysia Terus Menguat Terhadap Dolar AS dan Mata Uang Asia

Ringgit Malaysia menjadi salah satu mata uang terkuat di Asia sepanjang 2025. Berdasarkan data Refinitiv, pada awal tahun, ringgit masih berada di level MYR 4,468 per dolar AS, namun penguatan terjadi secara konsisten seiring membaiknya fundamental ekonomi Malaysia dan derasnya arus modal masuk.

Hingga penutupan perdagangan Kamis (13/11/2025), kurs ringgit berada di MYR 4,125/US$ atau menguat 7,68% secara year-to-date (ytd). Level ini sekaligus menjadi yang terkuat sejak 30 September 2024.

Menguatnya ringgit tidak hanya tercermin dari apresiasinya terhadap dolar AS, tetapi juga dari dominasinya atas mata uang regional. Dibandingkan banyak mata uang Asia lainnya yang justru tertekan sepanjang tahun, ringgit menjadi outperformer dengan penguatan yang jauh lebih solid.

Ringgit mencatat apresiasi 12,53% terhadap rupiah sejak awal tahun. Tidak hanya unggul atas rupiah, ringgit juga menguat 11,88% terhadap dolar Singapura.

Terhadap yen Jepang, ringgit membukukan penguatan 6,43%, sementara terhadap mata uang Asia Tenggara lainnya, ringgit tetap dominan dengan naik 3,08% atas dong Vietnam dan 2,39% atas baht Thailand.

1. Neraca Perdagangan Malaysia Kokoh & Konsisten Surplus Besar

Faktor utama kekuatan Malaysia ada pada neraca dagangnya yang terus mencatatkan surplus dalam jumlah besar.

Dengan asumsi kurs Rp4.000/MYR, data perdagangan menunjukkan bahwa Malaysia secara konsisten mencatatkan ekspor bulanan di kisaran Rp250 triliun hingga Rp580 triliun, sementara impor berkisar Rp210 triliun hingga Rp500 triliun.

Konsistensi surplus perdagangan terlihat jelas dari selisih ekspor dan impor yang kerap mencapai Rp50 triliun hingga Rp120 triliun per bulan. Pada September 2025, surplus Malaysia menyentuh Rp79,6 triliun menjadi salah satu yang tertinggi dalam setahun terakhir.

Surplus dagang yang besar dan tahan lama ini memberi Malaysia pasokan dolar yang stabil, menekan kebutuhan intervensi bank sentral, dan pada akhirnya menjaga ringgit tetap kuat meski ekonomi global diguncang ketidakpastian.

2. Lonjakan FDI: Investasi Rekor Hingga Masuknya Raksasa Teknologi

Arus investasi asing langsung (FDI) menjadi salah satu pondasi utama penguatan ekonomi Malaysia dalam dua tahun terakhir.

Pemerintah Malaysia mencatat bahwa dalam 18 bulan terakhir, Malaysia berhasil meraih approved investments terbesar sepanjang sejarah, mencapai RM575 miliar.

Tingkat realisasi investasi juga meningkat signifikan, dengan konversi dari komitmen ke proyek yang disetujui naik dari sekitar 70% pada 2022 menjadi 85% saat ini.

Ini menunjukkan bahwa investasi yang masuk benar-benar diwujudkan dalam kegiatan ekonomi di lapangan.

Kuatnya realisasi investasi tersebut terlihat jelas dari membaiknya aktivitas sektor riil, terutama konstruksi dan manufaktur.

Sektor konstruksi bahkan tumbuh double digit sepanjang tiga kuartal pertama 2025, yang ditopang oleh percepatan pembangunan pabrik, fasilitas produksi baru, dan ekspansi kawasan industri.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa FDI tidak hanya masuk secara nominal, tetapi langsung mendorong aktivitas ekonomi dan penciptaan kapasitas produksi baru.

Momentum FDI Malaysia juga semakin kuat berkat masuknya pemain teknologi global.

Salah satu yang paling menonjol adalah NVIDIA, yang bersama YTL Power menandatangani kerja sama senilai RM10 miliar (US$2,36 miliar) untuk membangun pusat data kecerdasan buatan (AI) berbasis GPU berperforma tinggi.

Proyek tersebut mencakup pengembangan sovereign large language model Malaysia serta pembentukan ekosistem AI nasional melalui kolaborasi dengan pemasok dan kontraktor lokal.

Investasi ini melanjutkan komitmen sebelumnya yang mencapai US$4,3 miliar pada 2023 untuk pengembangan infrastruktur superkomputer dan cloud AI.

Berdasarkan data dari Department of Statistics Malaysia yang diubah ke dalam kurs rupiah (asumsi kurs Rp4.000/MYR), arus masuk bersih (net FDI) Malaysia semakin menguat terutama sejak 2016, ketika realisasi FDI mulai konsisten berada di kisaran Rp30-70 triliun per kuartal, jauh lebih tinggi dibanding periode 2008-2010 yang sering berada di bawah Rp20 triliun.

Sejumlah periode mencatat lonjakan yang cukup signifikan. Pada kuartal I-2022, net FDI mencapai Rp111,2 triliun, menjadi salah satu realisasi triwulanan terbesar dalam sejarah Malaysia.

Lonjakan besar juga terjadi pada kuartal IV-2021 dengan net FDI sebesar Rp86,1 triliun, serta kuartal III-2023 yang membukukan net FDI sebesar Rp78,2 triliun. Angka-angka ini menegaskan menguatnya daya tarik Malaysia sebagai hub manufaktur dan teknologi di kawasan.

Derasnya arus modal ini memberi dampak langsung terhadap perekonomian Malaysia, terutama pada ekspansi sektor manufaktur berteknologi tinggi, pertumbuhan industri semikonduktor, dan peningkatan aktivitas konstruksi di sejumlah kawasan industri baru.

3. Produktivitas Tenaga Kerja Jadi Salah Satu Pemicu Investasi Asing Masuk ke Malaysia

Daya tarik terbesar Malaysia bagi investor global terletak pada produktivitas tenaga kerjanya yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga.

Data Bank Dunia menunjukkan bahwa Malaysia memiliki skor produktivitas tenaga kerja tertinggi di Asia Tenggara, bahkan melampaui China, Thailand, Filipina, maupun Indonesia. Dengan skor 10,13, Malaysia unggul jauh atas Indonesia yang mencatat 9,04. Hal ini mencerminkan output yang lebih besar per jam kerja dan efisiensi operasional yang lebih tinggi.

Tingginya produktivitas ini sekaligus mencerminkan kualitas SDM Malaysia yang semakin kompetitif, khususnya di sektor-sektor yang membutuhkan keterampilan teknis tinggi. Tidak mengherankan apabila investor global terutama di industri semikonduktor, elektronik, perangkat medis, baterai, hingga energi hijau menjadikan Malaysia sebagai lokasi utama pembangunan pabrik baru dan ekspansi kapasitas produksi.

Industri semikonduktor, yang sangat bergantung pada presisi dan kapabilitas teknik tenaga kerja, secara khusus menempatkan Malaysia sebagai destinasi ideal.

Kapasitas SDM Malaysia dalam menjaga kualitas, kecepatan produksi, dan stabilitas operasional menjadikan negara ini lebih unggul dibanding banyak negara lain di kawasan, termasuk dalam persaingan menarik pusat manufaktur dan fasilitas desain teknologi tinggi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |