Ratapan Geusyik Lhok Puuk: Mualem, Kampung Kami Hancur, Rakyat Menangis

1 month ago 14

GEUSYIEK Gampong Lhok Puuk, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, Bakhtiar, mengaku senang mendapat telepon dari Waspada.id, Sabtu (26/7) siang. Pasalnya, media massa Waspada di matanya, merupakan media terpercaya dan mau mengekspos berita-berita positif yang dapat membuka pintu hati pemimpin dan bukan mempublikasikan berita yang menggiring opini hingga merugikan masyarakat.

Namun, sebelum menjawab beberapa pertanyaan Waspada.id, terkait bencana abrasi yang dialami nyaris lima tahun terakhir oleh 1.700 jiwa warga Gampong Lhok Puuk, Bakhtiar meminta Waspada.id, untuk menuliskan pantun yang dikarangnya. Dan inilah pantun tersebut.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Di Panton Labu Na Seunuddon

Di Sinan Gampong Mualem Tanyoe

Meugah Gagah That Cukop Meusyuhu

Sayang That Teungku Tuwoe Keu Bangsa

Kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, maka arti dari pantun di atas lebih kurang seperti ini:

di Panton Labu ada Seunuddon

di situlah kampung Mualem (Muzakir Manaf) kita

Terkenal cukup gagah hingga mahsyur

Sayang sekali teungku (ustadz) lupa pada bangsa

Kemudian, Geusyiek Bakhtiar melanjutkan pantunnya untuk bait kedua:

Gampong Lhok Puuk Kecamatan Seunuddon

Nyan Saboh Gampong Ka Ie Raya Ba

Hoka Pemimpin Kamoe Neutuloeng

Beek Abeh Gampong Rakyat Sengsara

Artinya: Kampung Lhok Puuk, Kecamatan Seunuddon

Itu satu kampung sudah dihempas gelombang besar

Ke mana pemimpin, tolonglah kami

Jangan sampai kampung hilang rakyat sengsara

Kemudian bait ketiga

Muzakir Manaf Gubernur Aceh

Lheuh nyan loem leubeh Bupati Aceh Utara Ayah Wa

Neuwoe Keunoe Neu Saweu Gampong

Rakyat Neutulong Susah Leupahna

Artinya: Muzakir Manaf Gubernur Aceh

Terlebih lagi, Bupati Aceh Utara Ayah Wa

Pulanglah kemari ke kampung

Tolonglah rakyat susah sekali

Setelah selesai berpantun, Waspada.id bertanya, mengapa pantun itu dikarang dan Bakhtiar mengatakan, pantun itu sengaja dibuat untuk mengetuk pintu hati para pemimpin yang ada di Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Aceh. Pasalnya, sejak bencana alam abrasi pantai di Gampong Lhok Puuk terjadi, Muzakir Manaf belum pernah sekalipun pulang kampung(Lhok Puuk) walau hanya sekedar datang untuk memperlihatkan dirinya kepada masyarakat yang telah menjadi korban abrasi.

“Padahal, Gampong Lhok Puuk merupakan tempat Mualem dulu buang air besar. Apa salahnya kalau Mualem pulang dan menjenguk saudaranya yang sedang mengalami musibah. Dia datang, rakyat senang, apalagi kalau kedatangannya ke Lhok Puuk untuk memberikan solusi agar kejadian tersebut dapat segera diatasi,” kata Bakhtiar.

Ditanya apakah Mualem tahu kejadian abrasi pantai yang dialami warga Gampong Lhok Puuk, Bakhtiar menyebutkan, sebagai seorang geusyiek (Kepala desa), dirinya telah menyampaikan informasi bencana alam tersebut kepada Camat Seunuddon. Dan Camat Seunuddon, mengaku sudah menyampaikan informasi tersebut kepada Bupati Aceh Utara, Ismail A Jalil alias Ayah Wa.

Kepada Camat Seunuddon, kata Bakhtiar, dirinya menyampaikan, akibat abrasi ada 38 unit rumah rusak parah tidak dapat ditempati lagi, akibat dihantam gelombang pasang purnama. Ke 38 Kepala Keluarga (KK) itu saat ini, ada yang tinggal menumpang di rumah mertua, ada yang membuat gubuk reot untuk ditempati, dan ada yang sewa rumah.

“Meskipun laporan sudah kita sampaikan kepada Camat, hingga saat ini, belum ada bantuan rumah untuk korban abrasi,” kata Bakhtiar menjelaskan.

Geusyiek Gampong Lhok Puuk, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, Bakhtiar

Kondisi terbaru saat ini, kata Bakhtiar lagi, ada 176 rumah di sebalah barat Gampong Lhok Puuk, terancam dihantam gelombang pasang purnama. Dan ke 176 rumah tersebut wajib direlokasi, sama seperti yang dialami oleh 38 KK sebelumnya.

Itu artinya, kata Bakhtiar, ada 214 rumah yang harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. Berkat laporan Camat Seunuddon kepada pihak terkait, beberapa waktu lalu, Bupati Aceh Utara, Ismail A Jalil bersama dengan Kepala Dinas PUPR dan Kepala Dinas Sosial turun ke lokasi kejadian. Dan bahkan, kepada mereka, Bakhtiar menyampaikan, ke 214 rumah yang telah hancur maupun yang terancam harus direlokasi.

Saat laporan itu disampaikan, kata Bakhtiar, permintaan tersebut direspon dengan baik dan bahkan orang dari Dinas Sosial dan PUPR telah bersama-sama dengan warga datang melihat lahan yang luasnya 3 ha di belakang surau gampong tersebut sebagai tempat relokasi korban abrasi. Kata orang dari Dinas Sosial lanjut Bakhtiar, bantuan rumah yang akan dibangun di areal lahan relokasi akan diupayakan bantuan melalui Kementerian Sosial.

Namun sebelum bantuan itu diminta kepada Kementerian Sosial, maka lahan seluas 3 ha tersebut harus dibebaskan dan untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara pun harus lebih dulu membuat Detail Engineering Design (DED). Rancang bangun rinci sangat diperlukan, karena jika tidak, permohonan bantuan tersebut pasti ditolak oleh pihak kementerian, karena DED merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi.

“Untuk DED sudah disanggupi oleh Dinas PUPR Aceh Utara. Namun pada saat terjadi efesiensi anggaran tahun 2025, dana DED yang telah disiapkan senilai Rp750 juta hilang, dampak dari efesiensi anggaran. Pun begitu, pihak Dinas PUPR menyisakan dana tersebut Rp50 juta. Dana Rp50 juta sengaja disisakan untuk mempertahankan judul agar dapat diusulkan kembali pada pembahasan anggaran berikutnya,” kata Bakhtiar.

Ditanya apakah persoalan yang dialami warga Gampong Lhok Puuk sudah disampaikan langsung ke Mualem, Bakhtiar mengatakan, kalau mau cerita lebih dalam, sebutnya, 99,9 persen masyarakat Gampong Lhok Puuk memilih Mualem pada Pilkada lalu. Untuk menyampaikan persoalan ini, dirinya sebagai pemimpin paling bawah, kata dia, telah berupaya menyampaikan informasi ini secara berjenjang.

“Untuk menyampaikan persoalan kepada Mualem harus lebih dulu menjumpai jenderal dan panglima. Intinya, sudah kita sampaikan, dan apakah orang yang menerima informasi ini sudah menyampaikan kepada Mualem, itu saya tidak tahu. Kalau informasi didapat oleh pembisik, maka pasti disampaikan sesuai dengan informasi yang diterima, tapi jika informasi diterima oleh pembusuk, mungkin berita ini tidak disampaikan. Karena di samping Mualem itu ada pembisik dan pembusuk,” katanya.

Berbicara tentang dukung mendukung, kata Bakhtiar lagi, dirinya merupakan orang paling getol dalam mengampanyekan Mualem menjadi Gubernur Aceh. Dan bahkan, Bakhtiar memaksakan dirinya menjadi ‘mualaf’ dalam Partai Aceh pada Pilkada yang lalu.

“Mualem itu bukan lawan. Mualem adalah keluarga kami yang ada di Gampong Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara. Tokoh yang kami agungkan selama ini. Semoga terbuka pikiran dan pintu hatinya untuk membantu 1.700 jiwa masyarakat Gampong Lhok Puuk yang telah mendukungnya kemarin,” harapnya.

Harapan kami, kata Bakhtiar, Gubernur Aceh, Muzakir Manaf pulang ke Seunuddon sampai ke Gampong Lhok Puuk. Jika ada orang yang datang memberitahukan dirinya, sebut Bakhtiar, bahwa Mualem, baru mau pulang ke Lhok Puuk dengan syarat, Geusyiek Gampong Lhok Puuk mau merangkak (eu-Aceh) sejauh satu tiang PLN, maka dia bersedia untuk merangkat seperti kemauan tersebut.

“Begitu perlunya kami akan bantuan pada saat ini. Bantuan dari pemimpin kami di Aceh dan bantuan pemimpin kami di Aceh Utara. Seperti tupun saya mau melakukannya, demi bantuan untuk masyarakat gampongnya. Tapi apakah Mualem dan Ayah Wa masih perlu tidak sama rakyat. Jika tidak perlu, maka tidak masalah. Maka jika memang Mualem dan Ayah Wa tidak merasa perlu lagi kepada rakyat, maka jika saya ada umur panjang, pada tahun 2029 nanti, menjelang Pilkada, saya orang pertama yang melarang rakyat untuk memilih Mualem dan Ayah Wa,” kata Bakhtiar serius.

Foto-foto kunjungan anggota anggota DPRK dan Muspika Seunuddon melihat rumah yang ditempati oleh 38 korban abrasi yang kehilangan rumahnya.

Bukan hanya melarang rakyat untuk memilih, melainkan Bakhtiar juga akan mencincang bendera partai dan apapun yang terkait dengan simbol-simbol partai tersebut, agar dirinya ditangkap.

“loen cang-cang bendera, loen priek barang kapeu, nak idroep kuh. Han ek kupike ino di gampong, i teunak kuh le masyarakat. Leubeh get tamong penjara mantong. Loen sebagai geusyiek, cukop berharap Mualem beu geubantu kamo (saya cincang bendera, saya robek apa saja, biar saya ditangkap. saya tidak sanggup lagi berada di gampong (desa) karena dimaki-maki oleh masyarakat. Lebih baik saya masuk penjara. Saya sebagai geusyiek sangat berharap, Mualem mampu membantu kami),” kata Bakhtiar dengan suara parau.

Sebelum mengakhiri wawancara, Waspada.id bertanya, kenapa begitu yakin mereka akan membantu, Bakhtiar mengatakan, keyakinan itu muncul karena mulai dari Mualem, Ayah Wa, hingga Jhoni sebagai Ketua Partai Aceh Wilayah Aceh Utara adalah orang kampung sendiri yang diagung-agungkan selama ini.

Maimun Asnawi, S.Hi.,M.Kom.I

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |