Ramai Akuisisi, Ini Aksi Saling Caplok Perusahaan Asing dan Emiten RI

1 hour ago 1

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia

02 December 2025 13:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun 2025, pasar modal Indonesia mencatat peningkatan signifikan dalam aktivitas akuisisi oleh perusahaan asing terhadap berbagai emiten nasional, mulai dari sektor energi, teknologi, manufaktur, hingga kesehatan. Meski demikian, emiten RI nyatanya juga rajin melakukan ekspansi ke luar negeri dan ikut mengakuisisi perusahaan asing.

Tren ini menegaskan meningkatnya minat investor global terhadap aset dan optimisme industri akan peluang pertumbuhan di Indonesia.

Terdapat beberapa faktor kuat yang mendorong gelombang akuisisi tersebut. Pertama, stabilitas ekonomi domestik serta proyeksi pertumbuhan yang tetap positif meskipun kondisi global melambat, menjadi daya tarik bagi korporasi asing untuk mengamankan posisi strategis di kawasan Asia Tenggara. Indonesia dipandang memiliki fundamental ekonomi yang solid dengan pasar konsumen besar dan kebutuhan investasi yang masih tinggi.

Kedua, valuasi saham berbagai emiten Indonesia dinilai relatif menarik dibandingkan negara berkembang lainnya. Kondisi ini memberikan peluang bagi perusahaan global untuk masuk dengan biaya akuisisi yang kompetitif, sekaligus memperluas jaringan bisnis di pasar yang sedang berkembang.

Ketiga, kebijakan pemerintah yang semakin pro-investasi juga menjadi katalis utama. Penyederhanaan regulasi, percepatan perizinan, serta dorongan terhadap kemitraan strategis lintas negara membuka ruang yang lebih luas bagi transaksi merger dan akuisisi lintas batas.

Selain itu, transformasi digital dan kebutuhan pendanaan besar di sektor teknologi membuat banyak perusahaan lokal terbuka terhadap kolaborasi strategis dengan pemain global. Bagi perusahaan asing, akuisisi ini menjadi jalan cepat untuk mengakselerasi ekspansi di pasar digital Indonesia yang pertumbuhannya masih tinggi.

Berikut catatan CNBC Indonesia Research, deretan saham yang melakukan akuisisi di sepanjang tahun ini mulai dari negara Malaysia, Singapura, China, Jepang hingga Korea Selatan.

1. DRMA

Emiten manufaktur komponen otomotif milik konglomerat TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA), tengah mengambil langkah ekspansif dengan berencana mengakuisisi 82% saham PT Mah Sing Indonesia (MSI). Nilai transaksi yang disiapkan mencapai sekitar Rp41 miliar.

Direktur Utama DRMA, Irianto Santoso, menjelaskan bahwa aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi perseroan untuk memperkuat portofolio komponen otomotif, terutama untuk segmen kendaraan roda empat.

"Akuisisi PT Mah Sing Indonesia, saham yang kita ambil alih adalah sebesar 82%, dengan nilai akuisisinya adalah sekitar Rp41 miliar. Dan seperti kita ketahui, PT Mah Sing Indonesia adalah juga memproduksi komponen-komponen otomotif dari bahan plastik," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (20/11/2025).

Saat ini, proses akuisisi masih berada pada tahap awal finalisasi dokumen serta penyelesaian aspek legal.

Melihat prospek industri otomotif, Irianto menilai tahun 2026 akan menjadi periode yang cukup menantang. Masuknya pemain-pemain baru ke Indonesia, lengkap dengan persiapan pembangunan hingga pengambilalihan fasilitas pabrik, berpotensi mengubah peta kompetisi industri.

Untuk kinerja tahun ini, manajemen DRMA tetap optimistis mampu mencapai target penjualan sebesar Rp6 triliun. Hingga kuartal III/2025, DRMA mencatat penjualan sebesar Rp4,39 triliun, tumbuh 9,20% secara tahunan. Laba bersih juga meningkat 1,69%, mencapai Rp428,11 miliar.

2. TGUK

Pada Mei 2025, dikabarkan PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) diakuisisi oleh perusahaan holding asal Singapura, Visionary Capital Global Pte. Ltd (VCG). Hal ini disebabkan masih tingginya hutang perseroan.

Dalam keterbukaan informasi, disebutkan bahwa Visionary Capital Global Pte. Ltd (VCG) akan mengakuisisi 69,34% modal disetor dan ditempatkan TGUK dari PT Dinasti Kreatif Indonesia, yang merupakan pemegang saham mayoritas eksisting TGUK.

Setelah penyelesaian Rencana Pengambilalihan, sebagai pengendali baru TGUK, Visionary Capital Global Pte. Ltd. akan melaksanakan penawaran tender wajib sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK No. 9/2018.

Diketahui, posisi utang usaha yang melonjak 211% (yoy) pada triwulan III 2024, sehingga liabilitas jangka pendek melonjak 67,7% menjadi Rp37 miliar, dan memaksa Perseroan melakukan restrukturisasi utang dengan vendor.

Visionary Capital Global Pte. Ltd (VCG) akan menambah lini bisnis frozen food untuk memperbaiki kondisi keuangan Teguk yang merugi pada 2024.

Setelah proses akuisisi tuntas, Visionary Capital Global Pte. Ltd (VCG) akan memegang 59,34 saham TGUK yang dimiliki oleh PT Dinasti Kreatif Indonesia.

3. PTMR

Pada Juni 2025, Deep Source Pte. Ltd., perusahaan yang terdaftar di Singapura, akan mengambil alih mayoritas saham PT Master Print Tbk (PTMR).

Diketahui, PTMR merupakan anak usaha dari PT Mitra Pack Tbk (PTMP).

Deep Source Pte. Ltd., akan mengambil alih 77,71% saham PTMR dari PTMP dan Ardi Kusuma. Dengan pembelian tersebut, maka berakibat pada perubahan pengendali.

Tujuan dari rencana pengambilalihan adalah untuk pengembangan bisnis dan memperluas jaringan usaha Calon Pengendali baru di Indonesia.

Setelah pengambilalihan selesai, Deep Source akan melaksanakan penawaran tender wajib sesuai dengan ketentuan di Indonesia.

4. SMKM

Emiten jasa konstruksi PT Sumber Mas Konstruksi (SMKM) mengumumkan bahwa perusahaan Singapura Lim Shrimp Org Pte. Ltd. telah mengakuisisi 313 juta (25%) saham SMKM dengan harga Rp37 per saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti dikutip Rabu, (29/10/2025) nilai transaksi tersebut mencapai Rp11,6 miliar. Saham tersebut dibeli dari pengendali lama, PT Vina Nauli Jordania.

Lim Shrimp akan menjadi pengendali baru SMKM, dan akan melaksanakan penawaran tender wajib. Seperti diketahui, jumlah saham yang diakuisisi lebih rendah dari rencana awal, yaitu sebanyak 564 juta (44,98%) saham SMKM, yang kemudian direvisi menjadi 450 juta (35,91%).

SMKM sendiri mengumumkan rencana pengambilalihan kepemilikan perusahaan. PT Vina Nauli Jordania, pengendali SMKM telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat pada 10 Oktober 2025 dengan perusahaan asal Singapura.
Lim Shrimp Org akan mengakuisisi sebanyak-banyaknya 450 juta saham atau 35,91% dari keseluruhan modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.

"Setelah penyelesaian rencana pengambilalihan, sebagai pengendali baru Perseroan, calon pengendali baru akan melaksanakan penawaran tender wajib sesuai dengan ketentuan dalam POJK 9/2018," tulis Direktur Lim Shrimp Org Chong Chee Hoong melalui keterbukaan informasi, Senin (13/10/2025).

Hoong menjelaskan bahwa pelaksanaan rencana pengambilalihan maupun penawaran tender wajib akan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, termasuk ketentuan di bidang pasar modal.

Per 30 September 2025, PT Vina Nauli Jordania menguasai 44,98% saham SMKM. Perusahaan tersebut tercatat sebagai pengendali dengan pemegang manfaat terkahir Intan Magdalena.

Adapun sebelumnya perusahaan memiliki rencana melepas 563,58 juta saham atau 44,98% saham pada 18 September 2025. Sementara itu, saham SMKM telah naik 15,51% dalam satu bulan terakhir ke level 216 dan dalam enam bulan terakhir SMKM telah melesat 380%.

5. MAPI

Pada bulan September 2025, perusahaan ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dikabarkan akan diakusisi oleh perusahaan induk yang berbasis di Singapura. Pacific Universal Investments Pte. Ltd. akan mengakuisisi saham PT Mitra yang berbasis di Jakarta dari PT Satya Mulia Gema Gemilang, yang memiliki 51% saham pengendali.

Mengutip media Filipina insiderph, Komisi Persaingan Usaha Filipina (PCC), yang meninjau aksi korporasi tersebut telah menyetujui kesepakatan karena tidak adanya risiko persaingan usaha.

PT Mitra memiliki 3.832 gerai di tujuh negara ASEAN, dengan 247 gerai dan 21 merek eksklusif di Filipina. Anak perusahaannya meliputi MAP Active Philippines (Foot Locker, Planet Sports, New Balance, Converse, Sketchers) dan Mapple Philippines Inc. yang menjual produk-produk Apple.

Dalam keputusan tertanggal 12 Agustus 2025, regulator mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut bukanlah saingan langsung dan bahwa peritel mapan lainnya memberikan persaingan yang cukup.

Persetujuan tersebut dikeluarkan di bawah Undang-Undang Persaingan Usaha Filipina, yang mengharuskan PCC untuk memeriksa kesepakatan besar yang dapat mempengaruhi konsumen.

6. PTRO

PT Petrosea Tbk (PTRO) mengumumkan bahwa perusahaan telah menandatangani non-binding term sheet dengan para pemegang saham Scan-Bilt Pte. Ltd. (SBPL) pada 19 September 2025.

Scan-Bilt Pte. Ltd. (SBPL) merupakan perusahaan asal Singapura yang bergerak di bidang plant civil engineering construction dan maintenance work untuk industri kimia dan minyak serta gas onshore.

Penandatanganan ini merupakan langkah awal dan akan ditindaklanjuti melalui proses due diligence dan negosiasi lebih lanjut.

Akuisisi mayoritas saham SBPL merupakan bagian dari strategi pertumbuhan dan diversifikasi. PTRO akan mengembangkan SBPL sebagai business hub bagi ekspansi bisnis ke kawasan Asia Pasifik yang mencakup Singapura, Papua Nugini dan Indonesia.

Rencana akuisisi ini akan memperkuat posisi Petrosea di sektor non-batu bara, khususnya kimia dan energi. SBPL memiliki rekam jejak panjang dalam proyek konstruksi strategis di kawasan Asia Pasifik, termasuk untuk Shell Eastern Petroleum dan Aster Chemicals and Energy.

Sebagai informasi, SBPL pernah mengerjakan proyek piling dan civil engineering construction di Pulau Bukom milik Shell Eastern Petroleum Pte Ltd., serta proyek Effluent Treatment Recycling Plant dan Stolthaven Expansion Project di Singapura. Portofolio proyek ini dinilai memperkuat potensi sinergi bisnis PTRO di kawasan Asia Pasifik.

Diversifikasi bisnis ke sektor non-coal, termasuk energi dan kimia, membuka peluang pendapatan baru yang lebih stabil.

7. BOGA

Saham PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA) menguat signifikan sehari setelah terjadi transaksi pengalihan kepemilikan yang berujung pada perubahan pengendali perseroan. Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (20/11/2025), harga saham BOGA naik 20% ke level Rp675 per saham.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan pada 20 November 2025, manajemen BOGA melaporkan bahwa pada 19 November 2025 telah terjadi transaksi di pasar negosiasi.

PT Falcon Asia Investama melepas 1.122.137.000 saham atau setara 29,50% kepada GX Archipelago Pte. Ltd., perusahaan investment holding berbasis di Singapura. Transaksi tersebut dilakukan pada harga Rp520 per saham.

Aksi korporasi tersebut mengakibatkan perubahan pengendali langsung perseroan dari PT Falcon Asia Investama menjadi GX Archipelago Pte. Ltd. Emiten menyampaikan bahwa pengendali baru akan memenuhi ketentuan dalam POJK 9/2018 mengenai pengambilalihan perusahaan terbuka, termasuk pelaksanaan mandatory tender offer kepada pemegang saham minoritas.

Perseroan menjelaskan bahwa perubahan pengendali merupakan dampak langsung dari transaksi tersebut. Tidak terdapat informasi lain terkait dampak operasional maupun hukum yang disampaikan dalam laporan tersebut.

8. SGRO

Emiten sawit PT Sampoerna Agro (SGRO) mengumumkan bahwa AGPA Pte. Ltd, telah membeli 1,2 miliar (62,7%) saham SGRO milik Twinwood Family Holdings Limited.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (21/11/2025) harga transaksi pada level Rp 7.903/saham, sehingga total transaksi mencapai Rp 9,4 triliun. Transaksi ini terjadi pada 19 November 2025. Setelah akuisisi ini, pembeli akan melaksanakan tender offer wajib.

Ruang lingkup bisnis utama perusahaan meliputi perdagangan, sumber daya, serta pengembangan dan operasi infrastruktur. Ketiga pilar ini menjadi fondasi pertumbuhan yang konsisten bagi perusahaan selama bertahun-tahun.

Perusahaan juga berfokus pada sejumlah bidang spesialisasi yang mencakup energi, seperti gas alam, LNG, energi surya, energi angin, hingga hidrogen. Selain itu, perseroan bergerak di sektor baja dan bahan baku baja, material baterai sekunder, gandum, minyak nabati, kapas, serta bioplastik.

Tidak hanya itu, perusahaan turut mengembangkan komponen kendaraan ramah lingkungan serta proyek infrastruktur dan fasilitas industri. Diversifikasi ini menjadi strategi penting dalam memperkuat daya saing perusahaan di pasar global.

9. ENRG

Saham di sektor energi, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) disepanjang tahun ini gencar melakukan akuisisi. ENRG diproyeksikan mencatat pertumbuhan CAGR laba bersih 22% selama 2006-2031. Hal ini sejalan dengan aksi akuisisi dan masuknya mitra strategis dari Jepang, Japex, ke blok migas perseroan.

Japex resmi membeli 25% saham di Blok Kangean dan 50% di Blok Gebang, aset utama ENRG. Efek transaksi ini, ENRG kini mengendalikan penuh kepemilikan dua blok tersebut, yang masing-masing menyimpan potensi besar untuk menopang pertumbuhan jangka panjang.

Blok Kangean merupakan pemasok terbesar kedua ENRG. Produksi gas di blok ini ditargetkan naik menjadi 324 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada 2031, berkat rencana pengeboran 15 sumur baru.

Sementara itu, divestasi sebagian saham di Blok Gebang dipandang strategis. Selain mengurangi beban modal, langkah ini memungkinkan ENRG tetap mempertahankan eksposur terhadap cadangan gas jumbo sebesar 874 bcf. Produksi perdana dari blok ini dijadwalkan mulai 2027 dan diproyeksikan naik tiga kali lipat pada 2035.

Selain itu, ENRG berencana melakukan non-preemptive rights issue (NPRI) dengan menerbitkan 2,5 miliar saham baru. Dengan mengincar dana mencapai Rp 595,7 miliar, dengan 70% di antaranya akan dialokasikan ke PT Imbang Tata Alam, entitas anak yang mengelola Blok Malacca Strait, aset minyak terbesar perseroan.

10. ASLC

Pada Agustus 2025, terdapat isu merger dan akusisi PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) dengan perusahaan asal Jepang, dan akan dilakukan di harga premium.

Namun, pada September kemarin, emiten Grup Triputra milik konglomerat Theodore Permadi (TP) Rachmat tersebut, menegaskan belum memiliki rencana aksi korporasi dalam waktu dekat meski harga saham perusahaan melonjak seiring rumor akuisisi oleh perusahaan Jepang.

Namun sebelumnya pada 14 Agustus 2025, warga negara asal Jepang, Kazuhiro Shioyama menambah kepemilikan saham PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC). Hal itu dilakukan sang direktur tersebut dengan menyerok 300 ribu saham ASLC.

Transaksi pembelian terjadi dengan harga pelaksanaan Rp64 per lembar. Dengan harga itu, Shioyama telah mengeluarkan dana sekitar Rp19,2 juta.

11. HGII

Pada Januari 2025, perusahaan utilitas asal Jepang, Shikoku Electric Power Company, Incorporated (Yonden) akan mengakuisisi 25% saham PT Hero Global Investment Tbk (HGII) atau setara dengan 1,62 miliar saham.

Transaksi berdasarkan harga penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 200 per saham. Maka total nilai transaksi ini mencapai sebesar Rp 325 miliar. Transaksi ini sebelumnya telah disepakati dalam perjanjian jual beli saham bersyarat alias Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) antara pemegang saham pendiri HGII dan Yonden pada 8 November 2024.

Masuknya Yonden, menjadikan komposisi saham HGII akan menjadi 55% dari milik para pendiri perusahaan, 25% saham Yonden, dan 20% saham publik. Para pendiri HGII masih tetap menjadi pemegang saham pengendali.

Diketahui, Yonden tercatat di Tokyo Stock Exchange dengan berkode saham TYO:9507. Yonden berdiri pada tahun 1951 ini merupakan penyedia listrik yang membangkitkan dan menjual listrik di wilayah Shikoku, Jepang. Yonden memiliki portofolio pembangkit listrik sebesar 5.332 Megawatt (MW) yang bersumber dari hidro, termal, nuklir, dan surya.

Dalam investasi, Yonden telah melakukan investasi di proyek energi mancanegara lainnya seperti Oman, Qatar, Chile, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Myanmar, serta Vietnam. Jika selama ini investasi luar negeri Yonden secara langsung pada perusahaan proyek, kali ini investasi Yonden di Indonesia melalui HGII merupakan yang pertama kalinya dilakukan pada level perusahaan holding.

Yonden memproyeksikan Asia Tenggara akan terus mengembangkan energi terbarukan seiring dengan pertumbuhan ekonomi regional. HGII memiliki rencana ekspansi untuk menambah kapasitas pembangkit listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Saat ini, HGII memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Parmonangan-1 berkapasitas 9 MW dan PLTM Parmonangan-2 berkapasitas 10 MW. Kedua PLTM ini berlokasi di Sumatera Utara. Selain itu, HGII turut berinvestasi dengan saham minoritas di Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Ujung Batu kapasitas 3 MW di Riau.

Adapun, HGII berencana menambah kapasitas pembangkit EBT dengan membangun beberapa unit pembangkit hidro dengan total kapasitas 58 MW, PLTBg 6 MW, biomassa 8 MW, dan surya 10 MW. Dengan berbagai ekspansi tersebut, total kapasitas mencapai 100 MW hingga 2031.

HGII juga berencana memulai konstruksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) kapasitas 25 MW dan PLTM 10 MW yang berlokasi di Sumatera Utara mulai tahun 2025. Kedua pembangkit ini ditargetkan beroperasi secara komersial alias Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2028.

12. NOBU

PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) mengumumkan telah diakuisisi oleh Hanwha Life Insurance Co. Ltd pada 1 Juli 2025. Sebanyak 2,9 miliar saham NOBU atau 40% telah berpindah tangan kepada konglomerasi perusahaan Korea Selatan tersebut.

Hanwha mengambil alih saham NOBU dari keluarga Riady dan perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Lippo, yakni PT Putera Mulia Indonesia, PT Prima Cakrawala Sentosa, PT Star Pasific Tbk, PT Inti Anugerah Pratama, PT Ciptadana Capital, PT Lenox Pasifik Investama Tbk, serta PT Multipolar Tbk.

Adapun Hanwha Life adalah satu perusahaan asuransi jiwa terbesar di Republik Korea. Hanwha Life didirikan pada 9 September 1946 sebagai perusahaan asuransi jiwa pertama di Korea dengan tujuan utama menjalankan usaha asuransi jiwa perorangan. Hanwha Life telah terdaftar di Bursa Korea pada Maret 2010.

13. BUMI

Di sepanjang tahun ini perusahaan milik konglomerat Salim dan Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (Bumi Resources) terus gencar melakukan akuisisi tambang baru. BUMI telah berhasil mengakuisisi 99,68% kepemilikan saham di Wolfram Limited (Wolfram), perusahaan pertambangan emas dan tembaga yang berbasis di Australia. Ditargetkan akuisisi ini akan mencapai 100% pada November 2025.

Akuisisi ini merupakan tindak lanjut dari term sheet agreement yang ditandatangani awal tahun ini dan kini telah difinalisasi setelah memperoleh persetujuan dari Foreign Investment Review Board (FIRB) di Australia.

Langkah ini menandai tonggak penting dalam strategi diversifikasi Bumi Resources, yang memperluas portofolio perusahaan ke sektor mineral strategis dan mineral kritis serta peluang hilirisasi.

Dengan selesainya transaksi ini, BUMI mengambil langkah penting dalam perjalanan diversifikasinya. Ekspansi ke mineral strategis dan mineral kritis sejalan dengan tren permintaan global serta memperkuat komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

Melalui Wolfram, Bumi Resources akan memperoleh akses terhadap potensi produksi emas dan tembaga dalam jangka pendek, yang diharapkan dapat berkontribusi positif pada profil pendapatan perusahaan sekaligus memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.

Kemudian, BUMI kembali melakukan akuisisi terhadap dua perusahaan sekaligus.

BUMI resmi mengakuisisi dua perusahaan tambang, Jubilee Metals Ltd (JML) dan PT Laman Mining (PLM). Langkah ekspansi ini dilakukan setelah perseroan merapikan struktur keuangannya melalui kuasi reorganisasi, yang sekaligus menghapus saldo laba negatif.

Dengan fondasi keuangan yang lebih sehat, BUMI kini leluasa menerbitkan obligasi untuk mendanai akuisisi serta kebutuhan modal kerja. Memasuki 2025, perusahaan langsung tancap gas dengan rencana Penerbitan Obligasi Berkelanjutan senilai total Rp5 triliun.

Jubilee Metals Ltd (JML) sendiri memiliki aset tambang emas di Queensland Utara dan Victoria, Australia. Sejak berdiri pada 2012, perusahaan ini fokus mengembangkan kawasan Croydon di barat Queensland-wilayah bersejarah yang mencatat penemuan emas pertama pada 1885 dan pernah mencapai produksi puncak 1,9 juta ounce. Saat ini, JML masih berada pada tahap eksplorasi dengan potensi cadangan sekitar 2 juta ounce.

Untuk mengamankan akuisisi JML, BUMI mengalokasikan Rp340,9 miliar dari penerbitan obligasi. Hingga September 2025, perusahaan telah menggenggam 41,36% saham JML melalui private placement, pembelian langsung, serta skema debt to equity swap.

Di sisi lain, akuisisi PT Laman Mining (PLM) membutuhkan dana awal sebesar Rp333,6 miliar. PLM yang beroperasi sejak 2009 dan berada di bawah kendali Supreme Global dari Sri Lanka, berfokus pada penambangan bijih bauksit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Wilayah ini dikenal sebagai pusat cadangan bauksit terbesar di provinsi yang memiliki total potensi hingga 3,27 miliar ton.

Operasi PLM mencakup penambangan bauksit secara terbuka dengan alat berat, pengangkutan ke fasilitas pencucian di lokasi tambang, dan kemudian pemerosesan lanjutan sebelum dikirim ke pelabuhan yang mampu menampung hingga 300 ribu ton bijih.

Tak berhenti di hulu, PLM juga menyiapkan ekspansi ke industri pemurnian alumina sebagai bagian dari program hilirisasi. Pembangunan pabriknya kini memasuki tahap persiapan dengan target kapasitas produksi 2 juta ton alumina per tahun.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |