MEDAN (Waspada.id) Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU) telah melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dengan memberdayakan siswa dan guru SMK Martabe Sipirok Jurusan Asisten Keperawatan dan Agribisnis Tanaman Perkebunan, dalam formulasi produk cuci tangan cair yang mengandung ekoenzim dari kulit buah kopi Sipirok.
Pelaksanaan pemberdayaan kepada masyarakat tersebut dilakukan mulai April hingga November 2025. Dengan ketua tim pelaksana, apt. Dwi Lestari P., S.Si., M.Si., PhD (Dosen Farmasi) dan beberapa anggota tim, Prof. Dr. apt. Julia Reveny, M.Si. (Dosen Farmasi), apt. Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si. (Dosen Farmasi), Rahmi Utami, S.T., M.T. (Dosen Teknik Lingkungan) dan Tengku Mahmud Aria Lamatjiji, ST., MT (Dosen Teknik Lingkungan).
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Dikatakan Dwi Lestari, program pengabdian kepada masyarakat kepada guru dan siswa jurusan Asisten Keperawatan dan Agribisnis Tanaman Perkebunan SMK Martabe, ini telah dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2025, di Jalan YPMHB Komp.SMA Plus, Desa Padang Bujur, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari mitra yaitu Yayasan Pendidikan Marsipature Hutana Be (YPMHB) sebagai pengelola pendidikan SMK Martabe, Sipirok.
“Kegiatan pengabdian ini merupakan kelanjutan strategis dari program yang telah dilaksanakan pada tahun 2023 oleh tim dosen dari Fakultas Farmasi USU bekerja sama dengan siswa dan guru SMK Martabe Sipirok,” katanya.
Menurutnya, jika pada program sebelumnya fokus utama adalah pengenalan potensi lokal; seperti kopi dan ampas kopi untuk pembuatan sediaan kosmetik yang sering digunakan sehari-hari dan pengolahan produk samping dapur menjadi ekoenzim, maka kini program pengabdian tahun 2025 melangkah lebih jauh, mengintegrasikan pengetahuan tersebut ke dalam tahap formulasi produk yang bernilai tambah.
Pelatihan dasar yang diberikan sebelumnya tentang pembuatan sediaan kosmetik, memberikan pemahaman awal kepada peserta. Namun, tim pelaksana mengidentifikasi adanya tantangan, yaitu keterbatasan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk menciptakan produk yang siap diproduksi dengan potensi lokal yang ada dan bernilai ekonomis.
Selain itu, permasalahan lingkungan terkait limbah kulit buah kopi dari area perkebunan sekitar Sipirok, selain ampas kopi dari berbagai kedai kopi di Sipirok semakin mendesak untuk dicarikan solusinya.
Untuk itu, lanjutnya, program tahun 2025 ini dirancang sebagai jawaban atas tantangan tersebut dan sebagai bentuk keberlanjutan program sebelumnya. Proyek ini mengambil sudut pandang yang berbeda, yaitu dari yang semula hanya “belajar membuat ekoenzim” menjadi “menggunakan ekoenzim yang dihasilkan dalam formulasi produk”.
“Pendekatan ini memungkinkan peserta untuk tidak hanya memahami proses pengolahan bahan organik yang tak dipakai lagi padahal masih segar atau produk samping organik menjadi bahan baku, tetapi juga menguasai tahapan penting dalam dunia industri, yaitu formulasi produk jadi,” katanya.
Program pengabdian kali ini secara khusus menyoroti pengolahan limbah kulit buah kopi yang melimpah di Sipirok menjadi ekoenzim. Eksoenzim diketahui memiliki kandungan zat antibakteri, akan menjadi bahan aktif utama dalam formulasi produk pembersih tangan cair, yaitu dalam bentuk handwash gel. Inovasi ini tidak hanya bertujuan untuk mencegah tumpukan limbah organik, tetapi juga menciptakan produk pembersih yang ramah lingkungan dan memiliki nilai manfaat kesehatan yang tinggi.
Pelatihan yang diberikan ini melalui serangkaian kegiatan mencakup berbagai aspek penting, mulai dari awal hingga akhirnya diperoleh produk jadi dalam “Pelatihan Formulasi Handwash Gel Ekoenzim Kulit Buah Kopi Sipirok”.
“Para peserta dibekali pengetahuan dan praktik pengolahan kulit buah kopi menjadi ekoenzim dengan standar kualitas tertentu,” katanya.

Selanjutnya, ekoenzim yang dihasilkan diformulasikan ke dalam sediaan handwash gel, dan peserta pun belajar tentang takaran dan cara pembuatan sediaan yang baik. Tahap akhir dari pelatihan ini adalah pengemasan produk yang menarik serta evaluasi kualitas untuk memastikan produk aman dan layak edar. Di samping itu, mereka juga diberikan edukasi mendalam mengenai cara cuci tangan yang baik dan benar.
Melalui program ini, kata Dwi Lestari, diharapkan terjadi peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan keterampilan praktis peserta dalam memanfaatkan potensi alam lokal, khususnya kopi, yang selama ini hanya dikenal sebagai produk minuman. Dengan begitu diharapkan peserta pelatihan dapat menciptakan produk pembersih inovatif dari sumber daya lokal yang melimpah.
“Program ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata terhadap peningkatan kesehatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs) prioritas 3 tentang Good Health and Well-being, yang sejalan dengan Asta Cita 4 pemerintah Indonesia yang salahsatunya menyasar pada bidang kesehatan,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan ini juga menyasar SDGs prioritas 13 tentang Climate Action yang bergerak dalam bertindak cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
Kepala sekolah SMK Martabe Sipirok, Bapak Muhammad Khoir Syahbana sangat mengapresiasi kegiatan pegabdian kepada masyarakat ini.
“Kami dari sekolah sangat berterimakasih kepada USU khususnya Fakultas Farmasi yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat ini, sehingga para siswa dapat pengetahuan baru mengenai pemanfaatan kulit buah kopi dalam produk kosmetik. Kami berharap pengabdian masyarakat ini akan tetap berlanjut di masa yang akan datang, dan memberikan dampak yang luas lagi bagi masyarakat khususnya dunia pendidikan sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritis,” tuturnya. (id16)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.