Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat di forum internasional Conference of Parties ke-30 (COP30) yang berlangsung di Belém, Brasil. Tekad tersebut ditunjukkan dengan melanjutkan transformasi bisnis dan memperkuat langkah-langkah keberlanjutan pada seluruh lini bisnis perusahaan, termasuk inovasi produk ramah lingkungan serta bersinergi dengan berbagai pihak.
Dalam gelaran Konferensi Perubahan Iklim PBB tersebut, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero) Agung Wicaksono memaparkan komitmen Pertamina dalam mendukung visi Asta Cita Pemerintah Indonesia yang menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan mengejar target NZE.
Pertamina, lanjutnya, memperluas peta jalan (roadmap) perseroan menuju NZE. Bila sebelumnya fokus pengurangan emisi mencakup hanya emisi langsung (Scope 1) dan emisi tidak langsung dari energi yang dibeli (Scope 2), kini Pertamina menambahkan Scope 3 yang mencakup pengukuran dan pengendalian emisi dari seluruh rantai bisnis.
"Kami sedang memperbarui roadmap Net Zero Emission Pertamina, tidak hanya mencakup emisi Scope 1 dan Scope 2, tetapi kini juga menambahkan Scope 3 untuk memastikan seluruh rantai bisnis energi kami berkontribusi terhadap pengurangan emisi," ujar Agung dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (12/11/2025).
Dia menegaskan, selaku perusahaan energi terbesar nasional, Pertamina menjadi pioneer dalam transformasi sektor energi, sebagai pilar utama dalam dekarbonisasi.
Sebagai komitmen perseroan terhadap agenda sustainability global dalam mengatasi perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan lingkungan, Pertamina bahkan mengembangkan direktorat khusus yang membidangi transformasi dan keberlanjutan. Pada COP kali ini, untuk pertama kalinya direktur yang membidangi sustainability Pertamina hadir dan menyampaikan pesan strategis tentang transformasi keberlanjutan yang dilakukan oleh Pertamina.
Agung menjelaskan, Pertamina sudah dan sedang mengembangkan strategi NZE di seluruh anak perusahaan dan lini bisnis, dengan menyelaraskan keunggulan operasional dengan tujuan iklim nasional. Pertamina, ujarnya, terus mendorong dekarbonisasi terintegrasi dan bisnis rendah karbon di seluruh rantai nilai Pertamina yang sejalan dengan strategi pertumbuhan ganda.
"Upaya dekarbonisasi juga dihasilkan dari bisnis Pertamina NRE dengan pemanfaatan Pembangkit Listrik Hijau untuk operasional seperti Tenaga Surya, PLTP, PLTBg, PLTSa, hidro dan angin, serta pada saat bersamaan mendukung ekosistem EV, mengembangkan hidrogen dan amonia hijau," jelas Agung.
Pada lini bisnis hulu, perseroan menjalankan efisiensi energi, serta pengurangan metana dan flare loss. Tidak ketinggalan, perseroan juga mendorong peningkatan portofolio hulu serta mengembangkan Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dan penangkapan karbon berbasis alam.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai subholding upstream Pertamina, terus memacu pengembangan 13 proyek CCS/CCUS (project pipeline 2025-2026) dengan potensi penyimpanan karbon mencapai 7,3 giga ton (GT). Perseroan juga menargetkan pengembangan klaster bisnis CCS/CCUS dengan kapasitas hulu-hilir (end-to-end/E2E) sekitar 60 metrik ton per tahun (MTPA).
"CCUS/CCS Indonesia berpotensi menjadi pemimpin di Asia Tenggara dengan mengatasi emisi di sektor-sektor yang sulit dikurangi. Ini menjadi resep utama dekarbonisasi di sektor hulu migas bagi Pertamina sebagai perusahaan energi. Potensinya bisa berkontribusi mendukung target penurunan emisi 68% dari sektor energi pada 2030," ujarnya.
Pada sektor bisnis pengolahan, Pertamina mendorong produksi biofuel (Hydrotreated Vegetable Oil, Pertamax Green, dan Sustainable Aviation Fuel/SAF), bahan baku rendah karbon (UCO, CPO), dan Amonia Biru. Pada bisnis gas, perusahaan menjaga tata kelola biaya transmisi, kompresor elektrifikasi, dan menggunakan bahan bakar rendah karbon untuk armada sekaligus menghasilkan Bio-LNG, hydrogen blending, natural gas, biomethane, hydrogen, dan transportasi amonia.
Pada sektor pemasaran dan niaga, dekarbonisasi dilakukan dengan distribusi bahan bakar rendah karbon, seperti biodiesel, bioetanol, SAF, perluasan Green Energy Station, serta berpartisipasi pada pasar karbon.
"Sesuai dengan pesan COP30 yaitu 'it's time to act', Pertamina sudah melakukan aksi dan kami menyampaikan hal-hal yang telah dilakukan dalam bidang dekarbonisasi dan energi terbarukan seperti SAF, juga perkembangan biodiesel dan perluasan bioethanol dengan belajar banyak dari kesuksesan Brasil," ucapnya.
Agung menegaskan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh Pertamina saat ini selaras dengan standar global, yakni membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga di bawah 2°C. Dia pun mengamini bahwa masih diperlukan aksi pencegahan iklim yang lebih kuat untuk memenuhi target NZE Pemerintah Indonesia.
"Untuk itulah Pertamina menjalankan transformasi bisnis dan langkah keberlanjutan dengan tegas dan kuat, mendorong nilai dan ketahanan jangka panjang bagi masa depan energi Indonesia, dan mencapai target emisi nol bersih atau NZE," ujar Agung.
Sementara itu, dalam bidang energi baru terbarukan lainnya, yakni panas bumi (geothermal), Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan penghasil energi geothermal terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat (AS).
Indonesia juga berada di peringkat ke-7 terbesar di dunia sebagai penghasil emisi gas rumah kaca dengan menyumbang 2,3% emisi global atau 1.360 Mt CO2. Dari jumlah tersebut, kontribusi emisi terbesar (55,3%) bersumber sektor energi yang meliputi pemanfaatan sumber energi, konversi, dan distribusi energi.
Selain enam lini bisnis utama, perusahaan juga mendukung dekarbonisasi melalui kiprah dunia pendidikan, seperti Pertamina Foundation dan Universitas Pertamina. Sektor pendidikan ini mendukung dekarbonisasi melalui penelitian dan pengembangan efisiensi energi dan elektrifikasi sekaligus mendorong riset energi terbarukan dan pemodelan pasar karbon.
Langkah-langkah tersebut, tambah Agung, sejalan dengan Strategi Pertumbuhan Ganda Pertamina. Sebagai langkah konkret, Pertamina mengalokasikan 10% dari total investasi untuk membangun dan mengembangkan bisnis rendah karbon selama periode 2025 hingga 2029.
"Dalam 5 tahun ke depan, Pertamina menargetkan kontribusi pendapatan dari bisnis rendah karbon meningkat," tutupnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Lakukan Ini, Dekarbonisasi Pertamina Capai Sekitar 68%

2 hours ago
3

















































