Oleh Dr. Marliyah, M.Ag
DALAM kehidupan modern yang serba cepat dan penuh godaan konsumtif, banyak orang terjebak dalam gaya hidup yang menghabiskan lebih dari yang mereka hasilkan. Islam, sebagai agama yang sempurna, telah menawarkan pedoman keuangan yang tidak hanya logis tetapi juga membawa keberkahan.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Perencanaan keuangan merupakan hal fundamental dalam kehidupan ekonomi individu. Bagi umat Muslim, perencanaan keuangan tidak hanya sebatas masalah pengelolaan uang, tetapi juga terkait dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ajaran Islam yang mengatur cara mendapatkan, mengelola, dan mendistribusikan harta.
Perencanaan keuangan Islami bukan sekadar soal hitung-hitungan uang, tetapi bagaimana mengelola rezeki dengan cara yang halal, bijak, dan bertanggung jawab agar hidup tidak hanya cukup, tetapi juga memperoleh berkah.
Perencanaan keuangan Islami mengintegrasikan aspek ekonomi dengan aspek spiritual, di mana setiap tindakan ekonomi dianggap sebagai ibadah yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Perencanaan keuangan Islami berlandaskan pada beberapa prinsip utama yang diatur dalam ajaran Al-Qur’an dan Hadis, yang tidak hanya mengutamakan keuntungan material, tetapi juga keberkahan dalam hidup.
Kekayaan yang berkah bukan selalu yang banyak, tetapi yang membawa kebaikan. Harta yang sedikit namun digunakan dengan cara yang benar, bisa jauh lebih membawa kebahagiaan dibanding harta yang besar namun tidak diberkahi.
Dalam Islam, keberkahan harta bisa dilihat dari bertambahnya manfaat dari harta, ketenangan jiwa saat menggunakannya, kemampuan untuk berbagi dengan sesama, dan terhindarnya dari musibah dan kesulitan akibat salah kelola.
Beberapa prinsip perencanaan keuangan yang didasarkan pada ajaran Islam tersebut meliputi:
Halal dan Thayyib: Setiap pendapatan yang diperoleh harus berasal dari sumber yang halal. Dalam Alquran disebutkan: Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan (Al-Baqarah: 168).
Kita harus memastikan bahwa semua sumber penghasilan berasal dari pekerjaan yang halal dan baik. Ini adalah pondasi utama keberkahan harta. Dalam Islam, transaksi yang mengandung unsur maghrib, yaitu maysir (perjudian), gharar (ketidakpastian), dan riba (bunga) dilarang keras. Oleh karena itu, perencanaan keuangan Islami mengharuskan umat Islam untuk menghindari investasi atau transaksi yang melibatkan elemen-elemen tersebut.
Harta adalah Amanah: Harta yang diperoleh dianggap sebagai amanah atau titipan dari Allah. Oleh karena itu, pengelolaannya harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, di mana harta tersebut digunakan untuk kepentingan yang baik, baik itu untuk kebutuhan pribadi, keluarga, maupun sosial/masyarakat.
Keseimbangan (Tawazun): Islam mengajarkan prinsip keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan keuangan. Hal ini mencakup keseimbangan antara konsumsi, tabungan, dan investasi, serta antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Dalam Alquran disebutkan: Carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu (kenikmatan) di dunia (Al-Qashash: 77). Keseimbangan ini akan menghasilkan kehidupan yang tidak berlebihan, tetapi tetap mencukupi.
Tanggung Jawab Sosial: Salah satu pilar penting dalam perencanaan keuangan Islami adalah kewajiban untuk membayar zakat dan berinfaq.
Dalam Alquran disebutkan: Bahwa dalam setiap harta terdapat hak orang lain (orang yang meminta-minta dan orang yang tidak meminta-minta) (Az-Zariyat: 19).
Zakat, infaq, sedekah, dan wakaf merupakan bentuk kontribusi terhadap keberkahan harta kita. Zakat, sebagai kewajiban bagi umat Muslim yang memiliki harta, berfungsi untuk membersihkan harta dan meningkatkan solidaritas sosial. Sedekah dan wakaf juga merupakan instrumen penting dalam mendistribusikan kesejahteraan.
Dalam konteks aplikasinya, perencanaan keuangan Islami melibatkan beberapa tahapan yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari:
Penentuan Tujuan Keuangan: Tujuan keuangan dalam Islam tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga mencakup tujuan spiritual, seperti mendekatkan diri kepada Allah melalui sedekah dan zakat. Tujuan ini harus jelas, terukur, dan disusun sesuai dengan prioritas yang benar-benar dibutuhkan.
Menyusun Anggaran yang Berdasarkan Prioritas: Pengelolaan anggaran dalam perencanaan keuangan Islami dimulai dengan memisahkan antara kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan yang bersifat primer, seperti pangan, tempat tinggal, dan pendidikan, harus diutamakan. Pengeluaran yang tidak mendesak dan bersifat konsumtif harus diminimalisir, agar tidak mengganggu keseimbangan hidup.
Menghindari Riba dan Utang Konsumtif: Dalam perencanaan keuangan Islami, penting untuk menghindari penggunaan utang untuk konsumsi yang tidak produktif.
Utang yang dibenarkan dalam Islam adalah utang yang digunakan untuk kebutuhan yang produktif atau yang mendatangkan manfaat jangka panjang, seperti pendidikan atau modal usaha.
Investasi yang Halal: Investasi adalah bagian penting dalam perencanaan keuangan Islami. Namun, investasi harus dilakukan di sektor-sektor yang halal dan tidak melibatkan unsur riba, gharar, atau maysir.
Misalnya, investasi dalam saham-saham perusahaan yang memenuhi kriteria syariah, atau dalam instrumen investasi syariah lainnya seperti sukuk bentuk lainnya.
Penciptaan Dana Darurat: Setiap individu dianjurkan untuk memiliki dana darurat, yang dapat digunakan untuk kebutuhan mendesak atau situasi yang tidak terduga.
Dana ini harus cukup untuk menutupi kebutuhan hidup selama beberapa waktu, sehingga tidak terjebak dalam ketergantungan utang.
Rutin Evaluasi dan Bersyukur: Perencanaan keuangan Islami dimulai dari niat yang benar, mengatur penghasilan agar cukup, tidak boros, dan bisa berbagi walau sedikit.
Rasulullah SAW bersabda, “Lihatlah orang yang di bawah kalian dalam hal dunia, agar kalian lebih mudah bersyukur.” (HR. Muslim). Setiap akhir bulan, dilakukan evaluasi pemasukan dan pengeluaran. Lihat seberapa banyak manfaat yang telah dihasilkan harta tersebut, bukan sekadar nominalnya.
Banyak orang merasa bahwa perencanaan keuangan hanya penting bagi mereka yang berpenghasilan besar. Justru bagi yang ekonominya terbatas, perencanaan yang baik adalah kunci untuk bertahan dan berkembang secara berkah.
Tanpa perencanaan, penghasilan berapa pun akan terasa tidak cukup, apalagi jika terbawa arus gaya hidup atau kebiasaan konsumtif. Dalam Islam, kita diajarkan untuk bijak dalam menggunakan harta, tak peduli sedikit atau banyak jumlahnya.
Kalau punya rencana keuangan, meski penghasilan terbatas, hidup akan lebih tertata. Ada dana darurat, utang bisa dikendalikan, dan yang terpenting tidak stres setiap akhir bulan.
Perencanaan keuangan Islami merupakan pendekatan yang tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan duniawi, tetapi juga mencakup dimensi spiritual yang mendalam.
Perencanaan keuangan Islami bukan hanya tentang mengatur uang, tetapi tentang menata hidup agar berada dalam koridor keberkahan. Islam tidak membatasi umatnya untuk menjadi kaya, namun mengarahkan bagaimana kekayaan itu dikelola agar membawa manfaat dunia dan akhirat.
Dengan perencanaan yang benar, harta akan menjadi sumber pahala, bukan sumber masalah. Dengan mengimplementasikan perencanaan keuangan akan membuat kehidupan yang lebih terarah, bebas dari kecemasan finansial, dan penuh dengan keberkahan.
Perencanaan keuangan Islami tidak hanya menciptakan kesejahteraan materi, tetapi juga menghubungkan individu dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu mendapatkan ridha Ilahi.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.