Perang Dagang Memanas! China Balas Dendam, Incar Komoditas AS Ini

1 week ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) terus berlanjut. Terbaru, Beijing disebut tengah membidik komoditas ekspor Washington di negaranya sebagai balasan atas kebijakan Negeri Paman Sam yang menerapkan tarif 10% pada barang-barang buatannya.

Mengutip Reuters, komoditas yang dibidik oleh China adalah barang-barang ekspor pertanian dari AS. Hal ini tidak disampaikan langsung oleh pemerintah Beijing, namun dilaporkan melalui media corong Partai Komunis China, Global Times.

"China sedang mempelajari dan merumuskan tindakan balasan yang relevan sebagai tanggapan terhadap ancaman AS untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada produk-produk China dengan dalih fentanyl," lapor Global Times pada Senin (3/3/2025), mengutip sumber anonim.

"Tindakan balasan tersebut kemungkinan akan mencakup tarif dan serangkaian tindakan nontarif, dan produk pertanian dan makanan AS kemungkinan besar akan dicantumkan."

China merupakan pasar terbesar bagi produk pertanian AS. Ekonomi terbesar Asia itu mendatangkan produk pertanian AS senilai US$ 29,25 miliar (Rp 48 triliun) pada tahun 2024, turun 14% dari tahun sebelumnya, memperpanjang penurunan 20% yang terlihat pada tahun 2023.

Setelah laporan Global Times, harga kedelai dan rapeseed meal China, yang sudah mengalami kekurangan pasokan, masing-masing melonjak 2,5%. Kontrak kedelai di Dalian Commodities Exchange mencapai titik tertinggi sejak 30 September 2024.

"Meskipun terjadi penurunan impor sejak 2018, tarif apa pun atas produk pertanian utama AS seperti kacang kedelai, daging, dan biji-bijian dapat berdampak signifikan pada perdagangan AS-China serta eksportir dan petani AS," kata Genevieve Donnellon-May, seorang peneliti di Oxford Global Society.

"Sektor pertanian AS memiliki waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi pemerintahan Trump kedua dan perang dagang 2.0, dengan pelajaran yang dipetik dari pemerintahan Trump pertama," tambahnya.

Para analis mengatakan Beijing masih berharap untuk menegosiasikan gencatan senjata dengan pemerintahan Trump. Namun, tanpa tanda-tanda adanya pembicaraan dagang, prospek pemulihan hubungan antara kedua raksasa ekonomi tersebut memudar.

"Perang dagang China-AS bukanlah hal yang tak terelakkan, tetapi keputusan Trump untuk mengenakan tarif sekarang adalah keputusan yang buruk," kata Wang Dong, direktur eksekutif Institut Kerja Sama dan Pemahaman Global di Universitas Peking.

"Trump dan para penasehatnya mungkin berpikir bahwa mengenakan tarif saat ini adalah untuk memberi tekanan pada China, mengirimkan sinyal, tetapi ini akan menjadi bumerang dan China pasti akan merespons dengan kuat."

Beijing mengumumkan serangkaian tindakan balasan yang luas yang menargetkan bisnis-bisnis AS termasuk Google, dan pemilik merek fesyen Calvin Klein, dan bea masuk baru untuk batu bara, minyak, dan beberapa mobil AS.

Kementerian Perdagangan China mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka berharap untuk kembali berunding dengan AS sesegera mungkin. Mereka memperingatkan bahwa kegagalan untuk melakukannya dapat memicu pembalasan.

Media pemerintah mengatakan pejabat tinggi Partai Komunis China bertemu pada hari yang sama dan berjanji untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah guncangan eksternal apapun terhadap ekonomi Negeri Tirai Bambu.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Nasib Batu Bara RI di Tengah Perang Dagang AS Vs China

Next Article Trump Jadi Presiden AS, Xi Jinping Ancang-ancang Lakukan Ini

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |