Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara Kamboja dan Thailand kembali meningkat. Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet menuduh pasukan Thailand mengusir puluhan keluarga dari desa perbatasan yang disengketakan, bahkan menggunakan gas air mata dan peluru karet terhadap warga sipil.
Dalam surat bertanggal 17 September kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Hun Manet menyebut pasukan Thailand "secara paksa" menghalangi 25 keluarga kembali ke rumah dan ladang mereka di provinsi Banteay Meanchey.
"Ancaman penggusuran lebih lanjut berpotensi memengaruhi ratusan rumah tangga, sekitar seribu jiwa," tulis Hun Manet, seperti dikutip AFP, Jumat (19/9/2025).
Hun Manet juga menuding Thailand memperluas zona konflik dengan memasang kawat berduri dan barikade, serta berencana merebut wilayah di 17 titik lain di sepanjang perbatasan 800 km kedua negara. Ia meminta Malaysia, yang saat ini memimpin ASEAN, mendesak Thailand menahan diri dari penggunaan kekerasan terhadap warga sipil.
Kementerian Pertahanan Thailand membantah tuduhan itu. Juru bicara militer Winthai Suvaree mengatakan warga Kamboja telah "secara ilegal menduduki wilayah Thailand untuk waktu yang lama". Ia juga menuduh warga membawa tongkat kayu untuk menyerang otoritas Thailand.
"Pasukan kami bertindak untuk mengamankan wilayah sah Thailand," ujarnya.
Bentrokan terbaru pecah pada Rabu (17/9/2025), ketika pasukan Thailand menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah ratusan warga Kamboja di desa sengketa. Phnom Penh melaporkan hampir 30 orang terluka, termasuk seorang tentara dan seorang biksu Buddha.
Sengketa wilayah ini sebelumnya memicu pertempuran mematikan pada Juli lalu, menewaskan sedikitnya 43 orang dari kedua belah pihak dan memaksa 300.000 orang mengungsi. Kedua negara sebenarnya sepakat gencatan senjata, namun sejak itu saling tuduh melakukan pelanggaran.
Konflik perbatasan Thailand-Kamboja kerap berpusat pada perebutan kuil kuno dan tanah sekitarnya. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran eskalasi baru yang dapat mengganggu stabilitas kawasan.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Respons Perang Baru Thailand-Kamboja, Beri Warning Ini