Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar aset kripto kembali bergerak melemah pada perdagangan hari ini, seiring meningkatnya sentimen penghindaran risiko (risk-off) di pasar global.
Hampir seluruh aset kripto berkapitalisasi besar dalam jajaran Top 10 mencatatkan pelemahan pada perdagangan pagi ini, Selasa (2/12/2025).
Mengacu pada data CoinMarketCap, Bitcoin (BTC) diperdagangkan di level US$86.631 atau terkoreksi 1,04% dalam 24 jam terakhir dan 1,57% dalam sepekan. Kapitalisasi pasarnya kini berada di sekitar US$1,72 triliun yang menandakan pelemahan modal pasar yang kembali menahan momentum penguatan yang sempat terbentuk awal bulan ini.
Ethereum (ETH), aset kripto terbesar kedua, juga tidak luput dari tekanan. ETH melemah 1,93% secara harian dan terkoreksi 4,83% dalam sepekan ke posisi US$2.801.
Pelemahan ini menegaskan kembali bahwa investor masih cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko tinggi, terutama pada altcoin berkapitalisasi besar yang turut melemah lebih dalam dibandingkan Bitcoin.
Tekanan lebih tajam juga terlihat pada mayoritas altcoin. Solana (SOL) terkoreksi 1,09% dalam 24 jam terakhir dan ambles 8,20% sepanjang sepekan ke level US$127,13, menjadikannya salah satu aset dengan pelemahan paling agresif di antara jajaran top tier.
Aset kripto lain seperti XRP juga mencatatkan penurunan signifikan, melemah 2,83% secara harian dan 10,21% dalam sepekan ke kisaran US$2,02. Adapun Dogecoin (DOGE) turun 2,83% dalam sehari dan anjlok 10,55% dalam sepekan.
Sementara itu, dua stablecoin terbesar yakni Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) bergerak relatif stabil di kisaran US$0,999.
Tekanan di pasar kripto semakin dalam setelah Bitcoin (BTC) sempat tumbang hingga 5% pada perdagangan kemarin Senin (1/12/2025).
Aset kripto terbesar di dunia tersebut anjlok dari sekitar US$91.000 pada Jumat menjadi serendah US$84.000 pada Senin, hingga memunculkan keraguan terhadap peluang reli akhir tahun meskipun prospek pemangkasan suku bunga Federal Reserve semakin meningkat.
Sentimen juga tertekan oleh kekhawatiran bahwa Jepang dapat menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini memunculkan potensi unwinding dari para investor yang sebelumnya memanfaatkan pinjaman berbiaya murah dalam yen (carry trade) untuk membeli aset berisiko seperti saham AS dan Bitcoin.
Kekhawatiran bahwa investor akan membalikkan posisi tersebut menjadi salah satu pemicu tekanan jual yang meluas di pasar kripto.
Di tengah tekanan yang masih membayangi pasar kripto, sejumlah analis menyoroti perilaku musiman (seasonality) Bitcoin menjelang akhir tahun.
Mengingat usianya yang relatif pendek, pola musiman Bitcoin memang belum terlalu kuat, namun data historis menunjukkan bahwa aset kripto terbesar ini cenderung mencatatkan kenaikan rata-rata 9,7% pada bulan Desember, menjadikannya bulan berkinerja terbaik ketiga.
Oktober biasanya menjadi bulan terkuat dengan rata-rata kenaikan 16,6%, sementara September menjadi bulan terlemah dengan penurunan rata-rata 3,5%.
Sejumlah strategis juga mencermati korelasi antara Bitcoin dan pasar saham. Sebagian melihat Bitcoin berpotensi menjadi indikator awal (leading indicator) bagi sentimen risiko global.
Joe Saluzz, Co-Founder Themis Trading, mengatakan bahwa meski keduanya dapat terhubung melalui ETF, pergerakan Bitcoin dan saham tidak selalu sejalan.
"Pasar saham hanya turun moderat pada Senin, tetapi aset kripto justru jatuh lebih dalam," ujarny dikutip dari Reuters.
XTB Research Director Kathleen Brooks menambahkan bahwa pergerakan Bitcoin belakangan ini mencerminkan memburuknya sentimen risiko pasar secara keseluruhan.
"Bitcoin saat ini menjadi indikator utama untuk sentimen risiko, dan pelemahannya bukan pertanda baik bagi pasar saham di awal bulan ini," katanya.
Ia menilai tidak ada pemicu tunggal yang jelas, tetapi anjloknya volatilitas pekan lalu dengan indeks VIX turun di bawah rata-rata 12 bulan yang membuat sebagian investor waspada terhadap ketidakpastian menjelang akhir tahun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw)

2 hours ago
1

















































