NATO Retak! Negara Ini Blak-blakan Ogah Bagi Info Intelijen ke AS

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Belanda mengakui mulai membatasi informasi intelijen yang dibagikan dengan Amerika Serikat (AS), terutama terkait Rusia. Langkah ini mencerminkan menurunnya kepercayaan di antara sekutu NATO sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS dan mengambil kebijakan yang dianggap politis terhadap aliansi keamanan.

Kepala Dinas Intelijen dan Keamanan Militer Belanda (MIVD) Peter Reesink mengatakan, pihaknya kini lebih selektif dalam membagikan data sensitif dengan Washington, khususnya yang berkaitan dengan Rusia.

"Hal itu dipertimbangkan dengan cermat," ujar Reesink kepada harian de Volkskrant, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (21/10/2025).

Ia menambahkan pejabat intelijen terkadang "tidak lagi membagikan hal-hal tertentu" dengan AS.

Pernyataan ini menegaskan perubahan sikap Belanda di tengah kekhawatiran meluas di antara sekutu NATO bahwa kerja sama intelijen dapat terpengaruh oleh dinamika politik di Washington. Pemerintahan Trump disebut kerap bersikap tidak konsisten terhadap Eropa dan bahkan menjalin pendekatan baru dengan Kremlin.

Selama masa jabatan pertamanya, Trump pernah dituduh membocorkan "informasi sangat rahasia" kepada pejabat Rusia di Gedung Putih pada 2017. Saat itu, seorang pejabat AS anonim mengatakan kepada The Washington Post bahwa Trump "mengungkapkan lebih banyak informasi kepada duta besar Rusia daripada kepada sekutu sendiri".

Kepala Dinas Intelijen Dalam Negeri Belanda (AIVD) Erik Akerboom mengatakan para pejabat kini "sangat waspada" terhadap risiko politisasi jaringan intelijen di era Trump.

"Terkadang Anda harus berpikir kasus per kasus: apakah saya masih dapat membagikan informasi ini atau tidak?" kata Akerboom kepada de Volkskrant.

Situasi ini memunculkan kekhawatiran baru mengenai masa depan aliansi intelijen Five Eyes, yang terdiri atas AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, serta potensi penurunan kepercayaan terhadap Washington.

Ketegangan juga meningkat setelah beberapa pejabat tinggi lembaga intelijen AS dicopot. Mantan Kepala Badan Keamanan Nasional (NSA) dan Komando Siber AS Timothy Haugh serta wakilnya Wendy Noble diberhentikan pada April lalu. Aktivis sayap kanan Laura Loomer bahkan mengklaim keduanya dipecat karena "tidak loyal kepada Presiden Trump".

Namun, Haugh membantah tudingan itu. "Saya sama sekali tidak tidak loyal. Fokus saya selalu pada keamanan nasional," ujarnya.

Meski hubungan tampak tegang, Reesink mengatakan pejabat Belanda baru-baru ini mengunjungi CIA dan NSA dan "merasa yakin" terhadap kelanjutan kerja sama yang baik.

"Hal itu tidak mengubah fakta bahwa kami secara berkala meninjau kerja sama ini," tegasnya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rusia Tuding Latihan Militer NATO Jadi Persiapan Serang Rusia

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |