Jakarta, CNBC Indonesia — Kendati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam tren melemah, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis pada akhir tahun akan mencapai level 9.000.
"Yang jelas gini, akhir tahun bisa 9.000. Nggak terlalu sulit. Setelah mereka tahu program yang saya jalankan betul-betul dijalankan dengan benar. Fondasi ekonomi akan bergerak, berubah dengan yang waktu itu," ujar Purbaya di Kantor Kementerian PU, Jakarta, Jumat (17/10/2025).
Purbaya pun kembali menyampaikan keyakinan bahwa IHSG akan dapat mencapai 35.000 pada 2035.
Sebelumnya dia sempat menjelaskan bahwa dalam kalkulasinya, dari siklus bisnis di Indonesia secara historis. Pada 2001, sejak IHSG ada di level 300-an, kemudian naik menjadi 2.500 pada 2008. Sempat turun ketika krisis 2008 dan naik lagi menjadi 6.500 pada 2018.
"Kalau saya pelajaran dari siklus bisnis kita yang 7 tahun, 8 tahun, 10 tahun itu, dari mulai dia mulai naik sampai di ujung siklus itu, dia hanya 4 sampai 6 kali," jelasnya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, dalam Squawk Box, dikutip Senin (13/10/2025).
Sementara itu, IHSG terkapar hari ini, Jumat (17/10/2025). Indeks turun 209,1 poin atau 2,57% ke level 7.915,66 dengan mayoritas saham berada di zona merah.
Sebanyak 617 saham turun, 204 tidak bergerak, dan hanya 135 yang naik. Nilai transaksi terbilang ramai, mencapai Rp 27,95 triliun dan melibatkan 39,2 miliar saham dalam 2,66 juta kali transaksi.
Kapitalisasi pasar pun merosot menjadi Rp 14.746 triliun. Dengan demikian sepanjang pekan ini dana Rp 814 triliun menguap dari pasar saham.
Mengutip Refinitiv, energi dan utilitas menjadi sektor yang turun paling dalam, masing-masing, anjlok 6,71% dan 5,51%. Hal ini seiring dengan koreksi dalam di saham Raharja Energi Cepu (RATU), Dian Swastatika Sentosa (DSSA), dan Energi Mega Persada (ENRG).
DSSA menjadi beban terberat indeks dengan kontribusi -60,99 indeks poin. Emiten tambang milik Sinar Mas tersebut mengalami koreksi 13,78% ke level 99.150. Lalu saham-saham emiten milik Prajogo Pangestu juga kembali menjadi beban IHSG. Bila ditotal Barito Renewables Energy (BREN), Barito Pacific (BRPT), Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), dan Chandra Daya Investasi (CDIA) menyeret turun IHSG dengan bobot -51,15 indeks poin. Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong. Ia mengatakan sentimen pasar saham Indonesia dipengaruhi sentimen global terutama regional yang dipicu kekuatiran di sektor perbankan Amerika Serikat (AS). "Eskalasi tensi dagang China-AS juga ikut memberikan sentimen buruk," imbuhnya. Menurutnya, sentimen dari perbankan bisa saja menghilang apabila tidak ada perkembangan lanjut yang menyeret bank-bank lain. Sedangkan tensi dagang China-AS masih meningkat, namun XI dan Trump diharapkan akan bertemu akhir bulan ini. "Sentimen mungkin mereda namun belum hilang, sehingga investor akan cenderung was wa wait and see," pungkasnya.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
IHSG Dibuka Naik 0,21%, Kembali Uji Level 7.200