- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG positif sementara nilai tukar rupiah melemah
- Wall Street ditutup beragam, Dow Jones merah sementara Nasdaq- S&P menguat
- Inflasi AS, perang dagang, APBN Kita dan THR diproyeksi masih menjadi penggerak sentimen hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan pasar keuangan bergerak tak senada, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sementara rupiah justru membukukan pelemahan. Di tengah gejolak tarif Trump yang makin panas, sentimen Tunjangan Hari Raya (THR) mendorong penguatan IHSG.
Dengan penguatan IHSG dari perdagangan sebelumnya, diperkirakan pergerakan IHSG masih dapat melaju pada perdagangan hari ini. Sementara untuk rupiah diperkirakan masih cukup berat usai kembalinya penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar keuangan akan kembali volatile pada perdagangan hari ini didorong oleh beberapa sentimen dan rilisnya data-data ekonomi. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.
IHSG pada perdagangan Rabu (12/3/2025) ditutup melesat 1,82% di level 6.665,05. Penguatan tersebut berhasil mematahkan pelemahan IHSG selama dua hari beruntun.
Sebanyak 283 saham naik, 304 turun, dan 210 tidak berubah. Nilai transaksi terbilang sepi, atau hanya Rp 9,87 triliun yang melibatkan 19 miliar saham dalam 1,12 juta transaksi.
Sektor teknologi memimpin penguatan IHSG pada perdagangan kemarin, seiring dengan saham DCI Indonesia (DCII) yang mengamuk. Emiten milik Toto Sugiri tersebut kembali ARA dan naik 10% ke level 205.600, mengukuhkan diri sebagai saham dengan harga termahal di Tanah Air.
Selain DCI Indonesia, saham bank jumbo menjadi penopang IHSG. PT Bank Central Asia (BBCA) yang baru saja mengumumkan dividen naik 2,24% dan berkontribusi 13,01 indeks poin.
Lalu PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) kembali mendekati level 3.900 dan berkontribusi 12,29 indeks poin terhadap kenaikan IHSG. Tidak mau kalah, PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) juga menyumbang 12,59 indeks poin.
Selain itu sejumlah saham konglomerat juga menjadi penopang IHSG, seperti PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN), PT. GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Adapun kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin terjadi setelah pengumuman Tunjangan Hari Raya (THR) pada Selasa (12/3/2025). Kebijakan THR ini diumumkan langsung oleh Presiden di Istana Negara, Selasa (11/3/2025). Dalam kesempatan ini, Prabowo didampingi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri PANRB Rini Widyantini.
Pengumuman THR tersebut ampuh mengikis kekhawatiran pasar terhadap Trumpcession. Sebagaimana diketahui, serangan terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang membuat pasar keuangan terguncang dan memicu kembali ketakutan akan inflasi.
Terlebih ada menyusul pengumuman Perdana Menteri Ontario Doug Ford bahwa ia akan mengenakan biaya tambahan sebesar 25% pada listrik yang dipasok oleh provinsi terpadat di Kanada itu ke lebih dari satu juta rumah di AS kecuali Trump mencabut semua ancaman tarifnya terhadap ekspor Kanada ke AS.
Sebelumnya, Trump telah meningkatkan perang dagang yang sedang berkembang dengan Kanada, berjanji untuk menggandakan tarif yang akan berlaku dalam beberapa jam pada semua produk baja dan aluminium impor dari tetangga utara Amerika menjadi 50%, meskipun ia kemudian mengatakan ia kemungkinan akan menurunkannya setelah pejabat Kanada setuju untuk berunding.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,24% di angka Rp16.440/US$ pada perdagangan Rabu (12/3/2025). Pelemahan ini senada dengan penutupan Perdagangan sebelumnya Selasa (11/3/2025) yang juga terkoreksi 0,4%.
Pelemahan yang terjadi pada rupiah kemarin tampaknya dipengaruhi oleh sentimen eksternal khususnya dari AS.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (12/3/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat 0,12% di level 6.88% dari perdagangan sebelumnya.
Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu juga dengan imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages