Keutamaan Dan Urgensi Puasa Ramadan

1 month ago 24
Keutamaan Dan Urgensi Puasa Ramadan

Oleh : Dr. Hasan Matsum, M.Ag

Salah satu dari bentuk keimanan kepada Allah SWT. ialah meyakini bahwa Dia-lah satu-satunya pencipta seluruh makhluk baik yang terlihat (musyahadah) maupun yang tidak (ghaib) dan Dia pula yang menentukan kadar dari masing-masing makhluk-Nya tersebut. Ia lebihkan satu makhluk di antara yang lainnya.

Ada kelebihan itu bersifat fisik (zat) seperti kelebihan matahari dibanding bulan dan ada yang psikis (hakikat) seperti kelebihan orang yang berilmu dibanding orang yang bodoh (jahil). Kelebihan itu ada pula yang bersifat dapat diusahakan (ikhtiary) seperti ilmu dan iman dan ada pula yang tidak dapat diusahakan (ijbary) seperti kelebihan tanah haram dibanding tanah lainnya di muka bumi, demikian pula kelebihan/keutamaan bulan Ramadan dibanding sebelas bulan lainnya sampai-sampai Rasulullah SAW, menyebut bulan ini sebagai penghulu dari semua bulan (said ays-syuhur ; Al-Baihaqi ; 3364).

Selain disebut penghulu dari semua bulan, terdapat beberapa riwayat lainnya yang yang mengindikasikan kelebihan bulan Ramadan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah bersumber dari Salman al-Farisi, Rasulullah SAW, secara tegas menyatakan dalam khutbahnya bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang agung, bulan yang penuh berkah dan bulan yang di dalamnya terdapat lailatul qadar.

Pada hadis yang lain riwayat at-Tabrani Rasulullah SAW. menyatakan :“Dari Abi Mas’ud al-Ghifari dia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW.,pada suatu hari ketika dia menyambut datangnya bulan Ramadhan, beliau bersabda ; seandainya hamba Allah mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadan niscaya mereka akan berharap setahun penuh menjadi bulan Ramadan”.(HR. At-Tabrani).

Berdasarkan teks hadis di atas ada satu catatan penting yang perlu diperhatikan oleh setiap pribadi muslim yang beriman, yaitu “seandainya hamba Allah SWT. mengetahui”, karena faktanya memang demikian, hanya orang yang tahu tentang sesuatu yang dapat mengambil manfaat atau menghindarkan diri dari bahaya sesuatu tersebut.

Anak kecil yang tidak mengetahui bahaya ular mungkin ia akan memegang ular tersebut sebaliknya ia akan menolak meminum pil pahit padahal itu amat bermanfaat untuk kesehatannya.
Ini semua dapat terjadi dan berakar dari ketidaktahuan tentang manfaat dan mudharat sesuatu.

Terkait dengan Ramadan, meskipun Allah SWT dan Rasul-Nya telah menjelaskan secara gamblang tentang keutamaan bulan ini, namun bermanfaat atau tidaknya bulan ini bagi seorang muslim amat terkait dengan keimanan dan pemahamannya tentang Ramadan tersebut. Bagi orang yang memahami bulan ini sebagai bulan kuliner ia akan berusaha mencicipi berbagai menu makanan yang banyak dijajakan selama bulan Ramadan, bagi yang memahaminya sebagai bulan fashion ini kesempatan emas untuk memamerkan berbagai model pakaian bahkan perabotan rumah tangga.

Bagi yang memahaminya sebagai bulan ibadah dan latihan pensucian jiwa ia akan memanfaatkan bulan ini sebagai sarana untuk menambah nilai kebaikan dan kualitas hidupnya di sisi Allah SWT ringkasnya seseorang akan memperlakukan dan mendapatkan berkah bulan Ramadan sesuai dengan pemahamannya tentang Ramadan tersebut.

Dalam konteks inilah, merupakan hal penting bagi seorang mukmin untuk mengetahui berbagai keutamaan bulan Ramadan yang secara ikhtiary akan dapat menempa dirinya menjadi insan yang sempurna. Beberapa amal perbuatan yang berhubungan dengan keutamaan bulan Ramadan antara lain :1. Puasa (shaum). Salah satu yang menyebabkan puasa masuk dalam kategori ibadah yang mulia dan sekaligus memuliakan orang yang mengerjakannya adalah karena Allah SWT. langsung menisbahkan puasa itu pada dirinya.

Dalam sebuah hadis qudsi dinyatakan sebagai berikut : “Setiap amal ibadah anak Adam itu untuknya kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untukKu dan Akulah yang akan memberikan balasannya.(HR. al-Bukhari) Ibadah puasa adalah ibadah rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya, melalui ibadah ini seorang hamba dilatih untuk senantiasa berada pada maqom ihsan, yaitu merasakan kehadiran Allah dalam kehidupannya, dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya, dan dalam setiap gerak aktivitasnya.

Oleh karenanya walaupun tidak ada orang lain yang melihat atau mengetahuinya ia bisa secara ikhlas tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasanya seperti makan dan minum untuk selanjutnya bergerak tidak melakukan hal-hal buruk yang dapat menghilangkan nilai pahala puasanya tersebut seperti berbohong, menggunjing, mencela, mengumbar pandangan penuh syahwat dan hal-hal buruk lainnya. Maqom ihsan yang tersimpul pada kalimat “la’allakum tattaqun (semoga kamu menjadi orang yang taqwa)” merupakan target hasil pelatihan Ramadan.

Maqom ini tidak dapat dicapai hanya dengan menahan diri dari haus dan lapar karena maqom ihsan berada pada level rohani/nafsani sedangkan haus dan lapar pada level jasmani. Dalam keadaan tertentu seperti lupa, jika seseorang makan dan minum hingga kenyang di siang Ramadan, hal itu tidak membatalkan puasanya. Dalam keadaan seperti ini ia hanya diminta untuk menyempurnakan puasanya pada hari yang ia lupa tersebut.

Berbeda halnya dengan larangan rohani/nafsani baik lupa atau sengaja perbuatan itu akan membatalkan nilai pahala puasa. Beberapa teks hadis menjelaskan, diantaranya ;“Dari Abi Hurairah ra. dia berkata bersabda Rasulullah SAW, barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata keji/bathil bahkan mengamalkannya, maka tidak ada perlunya bagi Allah SWT. Dia meninggalkan makan dan minum (di siang ramadhan). (HR. al-Bukhari)“Qaula jur” yang terdapat pada teks hadis di atas secara bahasa mencakup semua perkataan yang menyimpang, keji dan kotor.

Dari jenis perkataan inilah orang yang berpuasa terus berlatih untuk mendidik jiwanya mengendalikan tuntutan nafsunya hingga akhirnya tidak keluar dari lisannya kecuali perkataan yang baik-baik (kalimatun thaibah). Kalimat-kalimat baik yang dapat menggetarkan, bukan saja kehidupan bumi bahkan kehidupan langit. Allah SWT. berfirman ; “tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh (di bumi) dan cabangnya (menjulang) ke langit” (QS. Ibrahim : 24).

Demikian indah perumpamaan yang diberikan Allah SWT. tentang kalimat baik yang terucap dari seorang hamba yang beriman. Semoga puasa yang dilaksanakan di bulan Ramadan ini benar-benar dapat menempa diri menjadi insan rabbani.

Keutamaan Dan Urgensi Puasa Ramadan

Keutamaan Dan Urgensi Puasa Ramadan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |