Kemendag-Sekretariat Penugasan Khusus Ekspor Perkuat Akses Pembiayaan

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan bersama Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) selaku Sekretariat Penugasan Khusus Ekspor (PKE) menggelar seminar bertema "Sosialisasi Fasilitas Pembiayaan Ekspor melalui Penugasan Khusus Ekspor (PKE)" di Kabupaten Tangerang, Banten, pada Jumat (17/10). Seminar dalam rangkaian Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 ini mengajak para pelaku usaha baik eksportir maupun Usaha Kecil Menengah (UKM) berorientasi ekspor mendapatkan informasi mengenai dukungan pemerintah dalam hal finansial berupa modal kerja maupun investasi, melalui skema pembiayaan, penjaminan dan asuransi yang mudah dan murah dalam skema PKE.

Adapun dukungan finansial ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara masif oleh pelaku ekspor guna memperluas kapasitas ekspor dalam menangkap perluasan akses pasar ekspor. Plt. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Tommy Andana menegaskan pentingnya kolaborasi semua pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan global ekonomi dalam menembus pasar ekspor. Dukungan pembiayaan ekspor melalui skema PKE diharapkan dapat memberi opsi yang menguntungkan bagi eksportir terutama dalam memenuhi kebutuhan permodalan maupun investasi.

"Dukungan finansial merupakan aspek krusial dalam memajukan ekspor untuk menghadapi tantangan global, kolaborasi dengan pemanfaatan skema tarif perjanjian perdagangan. Ini merupakan upaya dan daya bersama untuk meningkatkan ekspor dalam skala nasional." ujar Tommy dikutip Selasa (21/10/2025).

Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor, Bayu Nugroho menekankan bahwa fondasi ekspor yang kuat akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah tantangan global seperti proteksi perdagangan antarnegara, ketidakpastian geopolitik yang menjadi tantangan perlu direspons dengan solusi nyata yang berpihak pada pelaku usaha.

"Melalui program pembiayaan PKE ini, pemerintah hadir memberikan kepastian, dukungan dan jalan keluar bagi para pelaku ekspor yang berpotensi besar namun masih terkendala permodalan," tambah Bayu.

Dia menjelaskan Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem ekspor melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia, fasilitasi promosi dagang, perluasan akses pasar serta akses pembiayaan yang lebih luas dan inklusif bagi pelaku usaha. Sinergi melalui kegiatan kolaborasi bersama Komite PKE seperti ini dapat menjadi bagian penting dalam upaya bersama untuk memperkuat daya saing ekspor nasional untuk memastikan program pembiayaan ekspor berjalan efektif dan memberikan dampak nyata bagi para pelaku usaha.

"Kami berharap kegiatan ini bukan sekadar forum sosialisasi, tapi juga ruang kolaborasi yang melahirkan lebih banyak eksportir tangguh, berdaya saing, dan berorientasi jangka panjang," kata dia.

Selanjutnya, Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara (PRKN), DJPPR, Kementerian Keuangan, Tony Prianto turut menegaskan ekspor adalah pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah melalui Program PKE memberikan mandat kepada LPEI untuk menyalurkan pembiayaan dengan suku bunga yang lebih kompetitif bagi pelaku usaha di sektor prioritas seperti alat kesehatan dan manufaktur strategis.

Program PKE pertama kali diterapkan pada proyek ekspor gerbong kereta ke Bangladesh, dan kini berkembang mencakup pembiayaan, penjaminan, dan asuransi ekspor di berbagai sektor.

"Tujuannya jelas yaitu memberikan insentif dan dukungan pembiayaan kepada eksportir terutama yang memiliki prospek tinggi namun menghadapi kendala modal," jelas Tony.

Dari sisi Lembaga keuangan, Department Head of NIA LPEI Agnes Rahadian, menjelaskan bahwa LPEI sebagai Special Mission Vehicle memiliki mandat utama untuk mendorong ekspor nasional melalui tiga pilar, yaitu pembiayaan, penjaminan, dan asuransi.

LPEI menerima dana PMN sebesar Rp 13,7 triliun dan penyalurannya dikelola bersama Komite PKE yang terdiri dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perindustrian.

"Berbeda dengan penugasan umum yang bersumber dari pasar, PKE menggunakan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sehingga dapat memberikan pembiayaan dengan bunga yang lebih rendah dan jangka waktu yang lebih fleksibel," terang Agnes.

Kepala ITPC Santiago Indah Fajarwati memaparkan potensi pasar ekspor Indonesia di Chile yang saat ini tengah mengalami peningkatan permintaan terhadap produk makanan sehat seperti biskuit bergizi dan gula kelapa (coconut sugar). Produk tersebut dapat menjadi peluang besar bagi eksportir Indonesia karena sejalan dengan tren Kesehatan yang berkembang di pasar Amerika Latin.

Sementara Kepala ITPC Jeddah Bagas Haryotejo menyoroti besarnya potensi produk halal Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar Arab Saudi, terutama bagi jamaah haji dan umrah.

Pelaku usaha yang berhasil memanfaatkan program PKE turut berbagi pengalaman inspiratif tentang dukungan pembiayaan ekspor sebagai kunci untuk memperluas jangkauan produknya hingga ke luar negeri. Salah satunya PT Nusantara Segar Global.

Nusantara Segar Global merupakan perusahaan agribisnis dengan produk pangan segar unggulan Indonesia, seperti buah tropis, rempah dan hasil hortikultura. Dukungan Pemerintah melalui program PKE membantu untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas ekspansi perusahaan dalam menjangkau pasar baru di Timur Tengah, Eropa Timur dan Asia Selatan.

"Fasilitas PKE benar-benar membuka jalan bagi kami untuk menembus pasar ekspor. Dukungan dari pemerintah membuat kami lebih berani untuk mengambil Langkah ekspor dan dapat fokus pada peningkatan kualitas dan daya saing," ujar CEO Nusantara Segar Global Margareta.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kejar Pasar Global, UMKM Siap Unjuk Gigi di Trade Expo Indonesia

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |