Alat berat dikerahkan kader Partai Aceh membersihkan lumpur pascabanjir bandang di Pidie, Minggu (21/12). Waspada.id/Muhammad Riza
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
Tanpa podium, tanpa spanduk besar, ratusan kader Partai Aceh menyusuri lumpur yang masih tebal di sejumlah gampong (desa-red) terdampak banjir bandang di Kabupaten Pidie.
Sepatu mereka basah, pakaian penuh tanah, namun langkah tidak berhenti. Sejak pagi, mereka membersihkan masjid, membuka selokan, hingga mengangkut lumpur dari jalan-jalan kabupaten yang sempat lumpuh.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Minggu (21/12) menjadi hari ke-25 masa tanggap darurat. Bagi kader Partai Aceh di Pidie, ini bukan akhir kerja kemanusiaan, melainkan kelanjutan dari pengabdian yang telah dimulai sejak hari pertama bencana.
Sekitar 500 kader PA dan ( Komite Peralihan Aceh (KPA), dari tingkat wilayah hingga sagoe, turun bersama. Mereka datang dari berbagai latar, petani, pemuda, hingga tokoh gampong meninggalkan aktivitas sehari-hari untuk satu tujuan: membantu warga bangkit setelah banjir bandang.
Di halaman Masjid Nurul Mukmin, Kembang Tanjung, puluhan kader bahu-membahu mengangkat lumpur yang menutup ruang salat. Di Masjid Baitul Hijrah Kambuuk, Mutiara, kader lain menyapu sisa banjir dari tempat wudhu.
Sementara di Ulee Tutue, Mutiara Timur, kader PA terlihat membuka akses jalan menuju dayah yang sempat terisolasi. Bagi para kader, kerja ini bukan sekadar instruksi organisasi. Ini adalah panggilan nurani.
500 Kader PA berkumpul sebelum membersihkan fasilitas umum dan masjid terdampak banjir, Minggu (21/12). Waspada.id/Muhammad Riza
Banyak dari mereka juga korban rumah terendam, kebun rusak, aktivitas ekonomi terhenti. Namun di tengah keterbatasan itu, mereka tetap hadir membantu warga lain. Kader-kader muda dari organisasi sayap seperti Muda Seudang, JASA, Singa Mutiara, MUNA, dan RMPA bergerak cepat di lapangan.
Ada yang mengatur logistik sembako, ada yang mengarahkan alat berat, ada pula yang memastikan warga lanjut usia dan anak-anak aman dari lokasi kerja.
Sekretaris DPW Partai Aceh Pidie, M. Iriawan, menyebut kehadiran kader di lapangan adalah bentuk nyata keberpihakan kepada rakyat.
“Kader PA tidak datang sebagai penonton. Kami hadir sebagai bagian dari masyarakat. Saat rakyat tertimpa musibah, kader harus berada di barisan terdepan,” ujarnya.
Dua unit excavator, dump truck, dan grader memang membantu membuka jalan. Namun yang paling terasa adalah tenaga dan keteguhan para kader yang bekerja dari pagi hingga sore, di bawah terik matahari dan sisa bau lumpur.

Di Pidie, banjir bandang menyisakan luka. Tetapi di antara lumpur yang belum sepenuhnya kering, kader-kader Partai Aceh memilih tetap bertahan. Membersihkan, menemani, dan memastikan masyarakat tidak berjalan sendiri dalam masa pemulihan.
Muhammad Riza
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.






















































