Kayu gelondongan sisa banjir bandang di Sungai Krueng Tiro, Pidie, diangkut menggunakan alat berat.Waspada.id/Muhammad Riza
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
Bantaran Sungai Krueng Tiro kini bersih. Batang-batang kayu besar yang sempat tersangkut pascabanjir bandang di Kecamatan Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie, tidak lagi terlihat.
Air mengalir normal, seolah tidak pernah membawa apa pun dari hulu. Tetapi bagi warga, bersihnya sungai justru menyisakan satu pertanyaan, ke mana perginya kayu-kayu itu?
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Kayu gelondongan itu berasal dari hulu Krueng Tiro. Saat banjir bandang menerjang, batang-batang besar menghantam rumah dan kebun warga. Setelah air surut, pemerintah daerah membersihkan badan sungai untuk mencegah banjir susulan.
Kayu-kayu dipindahkan ke bantaran, dianggap sebagai sampah dari hulu. Namun, pembersihan sungai bukan akhir cerita. “Begitu selesai dibersihkan, truk mulai datang,” kata seorang warga Kembang Tanjong. Ia menyebut waktunya hampir selalu malam hari. Kayu gelondongan diangkut bertahap, tidak serentak. Warga melihat langsung arah pengangkutan. “Ke Grong-Grong, ke panglong,” ujarnya.
Menurut warga, proses itu berlangsung tanpa pengumuman resmi dan tanpa keterlibatan masyarakat. Sejumlah tokoh lokal disebut memberi legitimasi sosial, seolah pengambilan kayu telah disepakati. Di sekitar lokasi, oknum aparat terlihat berjaga. Kehadiran mereka cukup untuk membuat warga menjaga jarak.
Mereka yang mencoba mendekat justru ditegur. Bahkan untuk mengambil kayu kecil guna keperluan sendiri pun dilarang. “Kami disuruh menjauh,” kata seorang warga lain. Ia menyebut ada ketakutan yang sengaja diciptakan.
Truk-truk bermuatan kayu itu bergerak menuju Kecamatan Grong-Grong. Di sanalah panglong-panglong kayu berada. Kayu sisa banjir masuk tanpa dokumen asal-usul yang jelas. Di halaman panglong, status kayu berubah dari sisa bencana menjadi komoditas.
Bagi warga, alur itu terlalu rapi untuk disebut kebetulan. Panglong, kata mereka, mustahil menerima kayu gelondongan dalam jumlah besar tanpa mengetahui sumbernya. Terlebih kayu datang berulang kali, dengan pola yang sama.
Warga berdiri di antara kayu gelondongan sisa banjir bandang di bantaran Sungai Krueng Tiro, Pidie. Waspada.id/Muhammad Riza
Di titik inilah perhatian warga tertuju pada aparat penegak hukum. Mereka mempertanyakan peran Polres Pidie dan Kejaksaan Negeri Pidie. Sebab secara hukum, kayu yang diduga berasal dari pembalakan liar terlebih yang terbawa banjir semestinya diamankan sebagai barang bukti.
Penguasaan, pengangkutan, dan pemanfaatannya tanpa izin dapat masuk ranah pidana kehutanan. “Tetapi kayu itu justru hilang dari sungai dan muncul di panglong,” kata seorang warga.
Ia menyebut tidak pernah melihat garis polisi, penyegelan, atau proses hukum apa pun. Warga yang terdampak banjir merasakan ketimpangan itu secara nyata. Rumah mereka rusak, harta benda hanyut, tetapi mereka tidak memperoleh manfaat apa pun. Sebaliknya, kayu bernilai tinggi berpindah tangan dengan tenang.
“Kalau kami ambil kayu, bisa kena masalah,” ujar seorang warga. “Kalau dibawa ke panglong, aman.” tutur seorang warga yang namanya enggan ditulis Waspada.id.
Kini halaman panglong di kawasan Grong-Grong disebut semakin penuh. Sementara bantaran Krueng Tiro kosong. Bersamaan dengan itu, peluang menelusuri dugaan pembalakan liar di hulu sungai ikut menghilang.
Rayab kayu di Kembang Tanjong kini tidak lagi sekadar soal kayu yang hanyut oleh banjir. Ia telah berubah menjadi soal penegakan hukum. Jejak kayu dari hulu sungai hingga ke panglong-panglong di Grong-Grong masih terbuka untuk ditelusuri selama ada kemauan.
Bagi warga, kunci ada di tangan Polres Pidie dan Kejaksaan Negeri Pidie. Mereka menunggu apakah aparat akan menyusuri alur kayu yang telah berpindah tangan, memeriksa panglong, dan menanyakan dokumen asal-usulnya.
Atau justru membiarkan kayu sisa bencana itu lenyap dari ingatan, seperti air banjir yang telah surut. Jika penegakan hukum berhenti di bantaran sungai yang kini bersih, maka pesan yang sampai ke kampung-kampung di hulu Krueng Tiro menjadi jelas, bencana bisa dibersihkan, tetapi rayap kayu selalu menemukan jalan selama hukum memilih diam.
Muhammad Riza
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.






















































