BATUBARA (Waspada.id): Memberikan pemahaman tentang numerasi angka kepada peserta didik kelas rendah butuh inovasi yang manarik, agar mudah dipahami, kegiatan menghitung, dalam konteks kegiatan sehari-hari, lebih mengarah pada kegiatan motorik halus, terutama ketika melibatkan penggunaan jari dan koordinasi mata-tangan.
Misalnya, saat anak menghitung benda-benda, mereka menggunakan jari untuk menunjuk dan memindahkan benda, serta mata untuk mengamati dan menghitung. Meskipun menghitung tidak sepenuhnya termasuk dalam kategori motorik kasar, melibatkan gerakan otot-otot besar pada tubuh, seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Hal ini menjadi landasan bagi Hotma Wulansari Sitohang, guru kelas 1, SDN 30 Pasar Lapan, Kabupaten Batubara, berinovasi memadukan latihan motorik kasar dan motorik halus, dalam peningkatan kemampuan Numerasi peserta didiknya, pada Senin (11/8).
Ia terinspirasi dari acara perayaan kemerdekaan RI, 17 Agustus yang sering menggunakan kegiatan berlari sebagai perlombaan, untuk kegiatan numerasinya ia meminta anak muridnya untuk menghitung kancing baju sambil memakainya dan berlari.
“Kegiatan itu sangat relevan dengan dunia anak yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran yaitu mengintegrasi pembelajaran ke dalam permainan. Lomba lari memakai baju pramuka ini, selain dapat melatih kemandirian serta kolaborasi yang merupakan bagian dari dimensi profil lulusan, juga dapat meningkatkan literasi dan numerasi anak,” ungkap Wulan.
Menurutnya sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran ini, ia bersama guru kelas 1 lainnya, Anty, berkolaborasi dalam pelaksanaanya, saling berbagi tugas seperti berkoordinasi dengan wali murid, dan kepala sekolah.
“Hal ini termasuk salah satu peran guru didalam pembelajaran mendalam yaitu guru sebagai kolaborator harus mampu membangun kerjasama yang baik dengan berbagai elemen baik dengan rekan sejawat, kepala sekolah dan orangtua murid, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” jelasnya.
“Selain itu informasi ini juga saya sampaikan kepada orang tua murid melalui grup whatsapp, keesokan harinya kami pun melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar kelas, beberapa peralatan yang dibutuhkan kami persiapkan seperti meja, speaker, mikropon dan baju pramuka, yang telah dibawa siswa dari rumah,” tambah Wulan.
Kegiatan diawali dengan baris berbaris di luar kelas, lalu siswa dibagi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 orang sehingga terbentuk lah tujuh kelompok dari dua kelas. Guru menjelaskan teknis pelaksanaannya kepada siswa dengan mencontohkan, berlari sambil memakai baju pramuka dan menghitung jumlah kancingnya.
Salwa, salah seorang siswa yang menjadi ketua kelompok pertama, terlihat sangat antusias bersama lima temannya berbaris di garis start, baju-baju pramuka mereka diletakkan di atas meja yang ada di garis finish. Dalam hitungan ketiga mereka berlari menuju garis finish dan berlomba-lomba memakai baju pramukanya masing-masing.
“Bu… saya gak bisa, susah kali masang kancingnya,“ ucap Nisa yang setelah ditanya kenapa kesulitan, ia mengatakan bahwa selama ini bajunya selalu dipakaikan oleh ibunya karena belum bisa memakainya sendiri. Terlihat baju Nisa panjang sebelah, karena belum pas urutan pemasangan kancingnya.
Memasang kancing baju pada anak bermanfaat untuk melatih motorik halus, koordinasi mata dan tangan, serta meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu anak belajar mengenal konsep ruang dan meningkatkan konsentrasi.
Meski demikian guru-guru tetap memberikan semangat kepada murid-murid agar tetap berusaha sampai selesai. Kegiatan serupa dilakukan hingga kelompok ketujuh menyelesaikannya. Ada momen keakraban dan saling berempati terjadi di dalam kegiatan ini, seperti salah satu siswa, Azriel menangis karena tidak bisa memakai bajunya, ia dibantu salah satu temenya Delisa, sambil berucap “Udah, jangan nangis lagi, sini aku bantuin,” sembari mendapatkan apreseasi dari para guru.
Setiap kelompok diberikan guru lembar kerja, diminta menuliskan nama panggilannya, serta jumlah kancing bajunyanya. “Saya bertanya kepada masing-masing kelompok siswa, berapa jumlah kancing baju anak-anak ibu? kalau kancingnya hilang 1 jadi sisa berapa? Jika kancing baju Fathan ditambah kancing baju Revan jadi berapa semuanya? Mereka pun menjawab dengan antusias,” jelas Wulan.
Salah satu orang tua murid, turut berkomentar bawah anaknya senang sekali jika pembelajaran sambil bermain dan lari-larian, hal ini membuktikan bahwa setiap anak, pada dasarnya mau belajar jika guru mampu menyesuaikan strategi pembelajarannya dengan tepat.
Walaupun upaya-upaya yang dilakukan guru, memang terlihat biasa saja namun proses yang sedang berjalan menjadi pembelajaran yang akan berkesan bagi murid sehingga mudah memahami matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti filosofi Ki Hajar Dewantara yang mengatakan “guru itu ibarat petani yang menanam benih (murid), ia tau memberikan perawatan yang tepat agar benih itu tumbuh sesuai dengan kodrat dilahan yang tepat, karena padi yang dipanen hari ini merupakan hasil dari perawatan dengan jangka panjang, perlu pupuk yang sesuai.
Guru harus mampu dan mau menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan menantang, memberikan perhatian dan bimbingan, menuntun serta memfasilitasi untuk membangun karakter peserta didik. (id09)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.