Ini 3 Kandidat Paus dan Pandangan Revolusionernya

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Suasana hening menyelimuti Kapel Sistina saat 135 kardinal berkumpul dalam konklaf untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik, menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu.

Konklaf ini menjadi sorotan dunia, bukan hanya karena kepemimpinan Gereja akan ditentukan, tetapi juga karena nama-nama besar yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat mulai mencuat ke permukaan.

Asap hitam membubung dari cerobong asap di atas kapel Sistina, Vatikan, Rabu, 7 Mei 2025, sekitar pukul 21:00 waktu setempat atau pukul 02:00 dini hari waktu Indonesia Barat. Asap ini menjadi penanda, belum ada Paus baru yang terpilih dalam pemungutan suara pertama ini.

Sementara itu, di Alun-Alun Santo Petrus, tampak ribuan umat katolik tengah menunggu asap putih mengepul sebagai tanda terpilihnya paus baru. Mereka tengah bersemangat menantikan paus baru yang diutus oleh roh kudus.

Cerobong asap Kapel Sistina di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. (REUTERS/Dylan Martinez/File Photo)Foto: Cerobong asap Kapel Sistina di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. (REUTERS/Dylan Martinez/File Photo)
Cerobong asap Kapel Sistina di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. (REUTERS/Dylan Martinez/File Photo)

Berdasarkan pengamatan media Vatikan, Kardinal Matteo Zuppi Ordo Pengabdian Komunitas Sant'Egidio dari Itali mendapat perhatian luas. Uskup Agung Bologna ini dikenal karena kiprahnya dalam perdamaian dan keterbukaannya pada dialog lintas agama, terutama lewat komunitas Sant'Egidio.

Bersamaan dengan itu, nama Kardinal Pietro Parolin Ordo Pengabdian Kongregasi Gereja Katolik juga tak bisa dilewatkan. Sebagai Sekretaris Negara Vatikan, ia memiliki pengalaman diplomatik luas yang membuatnya digadang-gadang sebagai sosok paus yang mampu menjaga stabilitas dalam dan luar Gereja.

Sementara itu dari Asia, sorotan tertuju pada Kardinal Luis Antonio Tagle asal Filipina dengan Ordo Pengabdian Ordo Jesuit. Tokoh populer yang pernah menjabat sebagai Uskup Manila ini dijuluki "Fransiskus dari Timur" karena gaya kepemimpinannya yang ramah dan penuh empati terhadap umat kecil.

Dari benua Afrika, nama Kardinal Robert Sarah dengan Ordo Pengabdian: Ordo Gereja Katolik kembali masuk bursa. Ia dikenal sebagai figur konservatif yang kerap menyuarakan kembalinya ajaran klasik Gereja. Begitu pula Kardinal Malcolm Ranjith denganOrdo Pengabdian Ordo Dominikan dari Sri Lanka, yang dikenal vokal dalam isu keadilan dan keberpihakan pada rakyat miskin.

Meski demikian, sejarah konklaf membuktikan bahwa tak jarang pemimpin terpilih justru berasal dari nama-nama yang tidak masuk daftar unggulan. Seperti pada 2013 lalu, ketika Jorge Mario Bergoglio-yang relatif tidak difavoritkan dipilih dan kemudian dikenal sebagai Paus Fransiskus.

Hingga saat ini, proses pemilihan berlangsung tertutup, dengan suara dua pertiga diperlukan untuk menentukan hasil. Dunia menanti, siapa yang akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan menyapa jutaan umat dengan kalimat legendaris: Habemus Papam.

CNBC Indonesia Research

(mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |