Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air kini makin memburuk. Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus kembali berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin Kamis (27/2/2025) dengan pelemahan 1,83% ke 6485,45.
Sepanjang 2025, IHSG terperosok hingga 8,40% dan menyentuh level 6.500. Hingga penutupan perdagangan Kamis (27/2/2025), IHSG berakhir menyedihkan dengan ditutup di level 6.485,45.
Jatuhnya IHSG didorong oleh aksi jual asing di sepanjang 2025 hingga Rp17,1 triliun. Hingga kini market cap IHSG telah berada di Rp 11.260,18 triliun.
Dengan penurunan IHSG yang telah jatuh dalam hingga saat ini, valuasi IHSG kini sudah semakin murah. Investor dapat menilai valuasi indeks saham dari Price Earning Ratio (PER).
CNBC Indonesia Research telah merangkum Price Earning Ratio (PER) enam indeks saham di negara ASEAN yang memiliki bursa saham.
Dari enam indeks saham negara ASEAN, PER Indonesia kini belum termasuk indeks saham yang paling murah meskipun IHSG terus menerus turun di sepanjang 2025. Terpantau Filipina masih menjadi negara ASEAN yang memiliki valuasi indeks saham paling murah. Sementara Singapura memiliki PER paling tinggi diantara enam indeks saham negara ASEAN lainnya.
PER menunjukkan seberapa mahal atau murah suatu saham berdasarkan harga saat ini dibandingkan dengan laba perusahaan per saham. PER tinggi bisa berarti ekspektasi pertumbuhan yang tinggi, sementara PER rendah bisa berarti ada ketidakpastian atau perusahaan yang kurang menarik di mata investor. Namun, penting untuk mempertimbangkan konteks industri, prospek perusahaan, dan faktor eksternal lainnya saat menilai PER.
Tinggi rendahnya PER dapat memberikan informasi berikut:
-
PER Tinggi:
- Tanda Saham Mahal: PER yang tinggi menunjukkan bahwa saham tersebut diperdagangkan dengan harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini bisa berarti bahwa pasar memiliki ekspektasi tinggi terhadap pertumbuhan laba perusahaan di masa depan.
- Harapan Pertumbuhan: PER yang tinggi sering kali terkait dengan perusahaan yang diharapkan tumbuh cepat atau memiliki prospek yang sangat baik. Misalnya, saham-saham di sektor teknologi sering memiliki PER yang tinggi karena investor percaya bahwa perusahaan tersebut akan tumbuh dengan pesat.
- Risiko Lebih Tinggi: PER yang terlalu tinggi bisa mengindikasikan bahwa saham tersebut overvalued (terlalu mahal) dan bisa berisiko apabila ekspektasi pasar tidak tercapai.
-
PER Rendah:
- Tanda Saham Murah: PER yang rendah menunjukkan bahwa saham tersebut diperdagangkan dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini bisa menunjukkan bahwa saham tersebut undervalued (terlalu murah) dan mungkin menjadi peluang investasi.
- Risiko Lebih Rendah: Saham dengan PER rendah mungkin menarik bagi investor yang mencari valuasi yang lebih aman, tetapi juga bisa menunjukkan bahwa pasar memiliki pandangan pesimis tentang masa depan perusahaan atau sektor tersebut.
- Perusahaan Tidak Tumbuh Cepat: PER rendah bisa juga mencerminkan perusahaan yang tidak diharapkan akan mengalami pertumbuhan laba yang signifikan dalam waktu dekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)