2 weeks ago
15
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak mentah menguat dan menuju kenaikan mingguan terbesar sejak awal Januari 2025. West Texas Intermediate (WTI) naik mendekati US$73 per barel, sementara Brent ditutup di atas US$76 per barel.
Kenaikan hampir 3% dalam sepekan ini didorong oleh ketidakpastian pasokan yang masih membayangi prospek pasar. Faktor geopolitik serta kebijakan produksi dari negara-negara penghasil minyak utama menjadi perhatian utama investor.
Kenaikan harga minyak ini terjadi meskipun laporan dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan lonjakan persediaan minyak mentah AS sebesar 4,6 juta barel pekan lalu, setelah naik 4,1 juta barel di minggu sebelumnya.
Namun, sentimen bearish akibat peningkatan stok minyak mentah ini tertahan oleh turunnya persediaan bensin dan bahan bakar sulingan. EIA melaporkan stok bensin turun 0,2 juta barel dan berada 1% di bawah rata-rata lima tahun terakhir, sementara persediaan bahan bakar sulingan seperti minyak pemanas dan solar turun 2,1 juta barel dan sekitar 12% di bawah rata-rata historisnya.
Selain itu, ketegangan geopolitik turut menjadi faktor penguat harga minyak. Rusia dilaporkan menyerang beberapa fasilitas produksi gas di Ukraina pada hari Rabu, menyusul serangan Ukraina terhadap aliran minyak Konsorsium Pipa Kaspia yang menyebabkan gangguan ekspor minyak mentah Kazakhstan hingga 30%-40%.
Pada penutupan perdagangan, harga minyak mentah berjangka WTI untuk kontrak Maret naik 0,44% menjadi US$72,57 per barel, sementara minyak mentah Brent menguat 0,58% ke US$76,48 per barel. Analis memperkirakan harga minyak berpotensi mengalami koreksi dalam jangka pendek, dengan level support WTI di kisaran US$69,35 - US$66,80 dan resistance di US$74,10 - US$78,10.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:
