Harga Emas Jatuh "Dibanting" The Fed: Tenang, Bentar Juga Naik Lagi!

3 weeks ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melemah setelah mencetak rekor tertinggi dalam sejarah. Keluarnya risalah Federal Open Market Committee (FOMC) membuat emas melandai. Namun, ancaman tarif Trump membuka jalan bagi emas sebagai safe haven untuk mencapai titik tertinggi sepanjang masa baru.

Pada perdagangan Rabu (19/2/2025), harga emas dunia di pasar spot melemah tipis 0,1% ke US$ 2.932,64 per troy ons. Pelemahan terjadi usai emas menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Selasa di posisi US$ 2.935,58 per troy ons.

Pada perdagangan hari ini Kamis (20/2/2025) hingga pukul 06.29 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat tipis ke US$ 2.934,02 per troy ons.

Harga emas melandai menyusul keluarnya rilis FOMC.

The Fed mengeluarkan risalah perteuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Dalam risalah FOMC periode Januari tersebut, The Fed sepakat bahwa mereka perlu memastikan jika inflasi bisa turun lebih tajam sebelum menurunkan suku bunga lebih lanjut.

Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran tentang dampak tarif Presiden Donald Trump yang dapat memengaruhi pencapaian tersebut.

Anggota FOMC sepakat secara bulat untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25,4,50% setelah tiga kali pemangkasan berturut-turut yang totalnya mencapai satu poin persentase penuh pada 2024.

Dalam mencapai keputusan tersebut, anggota FOMC mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai dampak potensial dari pemerintahan baru, termasuk pembicaraan tentang tarif serta dampak dari pengurangan regulasi dan pajak.

Komite FOMC mencatat bahwa kebijakan saat ini "jauh lebih tidak restriktif" dibandingkan sebelum pemangkasan suku bunga. Hal ini memberikan waktu bagi anggota untuk mengevaluasi kondisi sebelum membuat langkah-langkah tambahan.

Anggota FOMC mengatakan bahwa kebijakan saat ini memberikan mereka lebih banyak"waktu untuk menilai prospek aktivitas ekonomi, pasar tenaga kerja, dan inflasi yang berkembang. Sebagian besar dari mereka mengarah pada sikap kebijakan yang masih restriktif.

Kekhawatiran FOMC ini membuat pelaku pasar emas melihat pelonggaran kebijakan akan lebih sempat sehingga harga emas pun jatuh. Dengan pelonggaran terbatas maka dolar AS bisa kembali menguat sehingga emas menjadi kurang menarik.

Kendati melemah, harga emas berpotensi besar untuk menguat.

"Saat ini pasar berada dalam keadaan ketidakpastian yang sangat tinggi dengan tarif dan ancaman perdagangan di seluruh dunia menjadi pemicu utama yang mendukung harga emas," tutur Paul Wong, ahli strategi pasar di Sprott Asset Management, kepada Reuters.

Harga emas sempat melesat ke titik tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Selasa karena ketegangan perang dagang dan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global mendorong arus masuk safe haven menyusul ancaman tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Kenaikan harga emas tampaknya didorong oleh pernyataan Presiden Trump tentang tarif yang akan datang untuk mobil dan farmasi, yang dapat membuka jalan untuk kenaikan ke US$3.000 per troy ons," ujar Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse by OANDA, kepada Reuters.

Sejak menjabat, Trump mengenakan tarif 10% untuk impor China, menetapkan tarif 25% untuk baja dan aluminium. Menambah agenda tarif, presiden AS mengatakan pada hari Selasa bahwa ia bermaksud untuk mengenakan tarif otomotif "di sekitar 25%" dan bea serupa pada impor semikonduktor dan farmasi.

"Saya tidak melihat bank sentral akan berhenti membeli emas dalam waktu dekat, tetapi mengharapkan mereka untuk terus mendiversifikasi cadangan mereka ke emas dan mendukung harga emas," ujar analis UBS Giovanni Staunovo.

Emas batangan dipandang sebagai nilai lindung terhadap kenaikan inflasi dan ketidakpastian geopolitik, tetapi suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |