Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ambruk setelah sempat terbang pada akhir pekan lalu.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara kontrak Januari pada perdagangan Senin (1/12/2025) ditutup di US$ 109,50 atau jatuh 1,22%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 1,1% pada Jumat pekan lalu.
Pelemahan harga batu bara dipicu oleh banyaknya kabar buruk.
Pasar batu bara termal "mine-mouth" di China kembali menghadapi koreksi harga setelah sebelumnya sempat berada di harga relatif lebih tinggi.
Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya minat beli dan meningkatnya kehati-hatian dari para pembeli/pengguna akhir (utilities hingga pembangkit listrik), meskipun ada dukungan permintaan dari sektor non-listrik.
Permintaan melemah karena stok sudah cukup atau permintaan listrik turun. Adanya kehati-hatian terhadap prospek permintaan di masa mendatang dan harga juga membuat pembeli enggan melakukan pembelian besar di harga sekarang.
Pasokan domestik yang relatif besar juga menekan daya tarik batu bara impor atau bahkan menekan harga di pasar domestik.
Karena China adalah konsumen utama batu bara global, pelemahan harga "mine-mouth" domestik bisa berarti tekanan lanjutan terhadap harga batu bara thermal di pasar internasional termasuk bagi eksportir dari negara lain.
Permintaan batu bara impor ke China kemungkinan menurun jika suplai domestik dan harga lokal tetap kompetitif, atau jika utilitas di sana menahan permintaan.
Pada akhir Oktober 2025, sejumlah tambang batubara termal di China memangkas harga jual sebagai respons terhadap permintaan yang lesu dari pembeli hilir (utilities / pembangkit / pengguna).
Sementara itu, dari India dilaporkan perusahaan raksasa batu bara milik negara, Coal India melaporkan kenaikan produksi sebesar 67,2 juta ton pada November. Angka ini naik 1,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun, dalam delapan bulan pertama tahun fiskal ini (April-November 2025), total produksi Coal India justru turun 3,7% secara tahunan menjadi 453,5 juta ton, dibandingkan 471 juta ton pada periode yang sama tahun fiskal sebelumnya.
Menurut dokumen regulatori yang disampaikan kepada BSE, dua anak perusahaan CIL dari total tujuh produsen batu bara yakni Northern Coalfields Ltd (NCL) dan South Eastern Coalfields Ltd (SECL) mencatat kenaikan produksi dalam delapan bulan pertama tahun fiskal 2026.
Sementara itu, Bharat Coking Coal (BCCL) dan Central Coalfields (CCL) masing-masing mencatat penurunan produksi sebesar 16,3% dan 14,1% secara tahunan selama periode April-November.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)

1 hour ago
1

















































