Hadapi Pekan Penuh Gejolak, Sanggupkah Harga Emas Bertahan?

1 week ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas mulai bangkit setelah hancur lebur pekan lalu. Harga emas diproyeksi akan mengalami gejolak pada pekan ini karena pemberlakuan tarif impor dagang Amerika Serikat (AS) terhadap Meksiko, Kanada hingga China. Harga emas juga akan dipengaruhi data tenaga kerja non-far payroll  serta banyaknya petinggi bank sentral AS The Federal Reserve yang akan berbicara pada event penting pekan ini.

Pada perdagangan hari ini Senin (3/3/2025) hingga pukul 06.43 WIB, harga emas dunia di pasar spot ada di posisi US$ 2871,58 atau melesat 0,46%.

Sementara pada perdagangan sebelumnya Jumat (28/2/2025), harga emas dunia di pasar spot terkoreksi 0,67% di level US$2.858,6 per troy ons. Penurunan tersebut menjadi penurunan emas selama dua hari beruntun dan menjadi rekor mingguan terburuk dalam tiga bulan.

Harga emas turun lebih dari 1% pada perdagangan Jumat karena dolar berhasil mendekati level tertinggi dalam dua minggu setelah data inflasi AS sesuai dengan ekspektasi, yang menunjukkan The Federal Reserve (The Fed) mungkin mengambil sikap hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga tambahan.

Pada perdagangan Jumat (28/2/2025), indeks dolar AS menguat 0,35% di level 107,61. Penguatan tersebut menjadi kenaikan indeks dolar AS selama tiga hari beruntun.

"Saya pikir elemen utama yang memengaruhi pasar emas adalah aksi ambil untung dalam likuidasi selama seminggu dan indeks dolar AS yang kuat," ujar Jim Wyckoff, analis pasar senior di Kitco Metals.

Indeks utama Wall Street mengalami awal yang tenang karena investor tetap berhati-hati atas potensi tekanan harga dari kebijakan Presiden Trump.

"Kerugian pasar saham telah memicu tekanan deleveraging pada emas yang mengabadikan aksi jual dari rekor tertinggi hari Senin," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.

Indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS meningkat 0,3% pada bulan Januari, sesuai dengan ekspektasi, setelah naik 0,3% tanpa revisi pada bulan Desember.

"Harga untuk ekspektasi The Fed secara keseluruhan tidak benar-benar berubah secara material. Pada akhirnya tidak terlalu menjadi pendorong harga emas," ujar Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, mengacu pada data tersebut.

Para pedagang kontrak berjangka memperkirakan suku bunga kebijakan The Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan pemangkasan suku bunga pinjaman jangka pendek pada bulan Juni.

Suku bunga yang lebih tinggi melemahkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Namun, emas sebagai aset safe haven masih mencatatkan kenaikan bulanan kedua berturut-turut, didorong secara luas oleh kekhawatiran atas rencana tarif Trump.

Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa tarif yang diusulkannya sebesar 25% untuk barang-barang Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada tanggal 4 Maret, dengan bea tambahan sebesar 10% untuk impor dari China.

Pekan ini pelaku pasar emas juga akan menunggu pidato petinggi The Fed dan data non-farm payroll.
Sejumlah petinggi The Fed akan berbicara pada event pekan ini. Pernyataaan mereka dipastikan akan ditunggu karena menjadi petunjuk pasar ke depan.

Gubernur Christopher J. Waller akan berbicara pada Economic Outlook di Wall Street Journal CFO Network Summit, New York, N.Y pada Kamis (6/2/2025).

Pada Jumat (7/2/2025), Gubernur Michelle W. Bowman akan berbicara pada diskusi "Monetary Policy Transmission Post-COVID" di University of Chicago Booth School of Business 2025 U.S. Monetary Policy Forum, New York, N.Y.

Puncaknya pada Jumat adalah Chairman The Fed Jerome H. Powell yang akan berbicara di acara Economic Outlook di The University of Chicago Booth School of Business 2025 U.S. Monetary Policy Forum, New York, N.Y.

Pad akhir pekan ini, Jumat (07/03/2025), terdapat sentimen soal U.S. unemployment rate serta Non-Farm Payroll (NFP). Data ini akan menjadi pertimbangan The Fed.

Tingkat pengangguran AS turun 0,1 poin persentase menjadi 4,0% pada Januari 2025, menandai level terendah sejak Mei dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,1%. Jumlah individu yang menganggur menurun sebesar 37.000 menjadi 6,85 juta, sementara lapangan kerja meningkat sebesar 2.234 menjadi 163,9 juta.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |