
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
BANDUNG (Waspada): Sebagai bagian dari rangkaian Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Departemen Fisika FMIPA bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) menyelenggarakan kuliah umum yang menghadirkan dua ilmuwan kelas dunia: Brian Schmidt, peraih Nobel Fisika 2011 atas penemuan percepatan ekspansi alam semesta, dan Chennupati Jagadish, Presiden Australian Academy of Science (AAS). Forum ini menjadi ruang strategis untuk mempertemukan para ilmuwan terkemuka dengan komunitas akademik Indonesia, memperkuat kolaborasi global, serta memperkaya wawasan keilmuan nasional, sejalan dengan visi KSTI 2025 untuk membangun SDM unggul, inovatif, dan berdaya saing global menuju Indonesia Emas 2045.
Kuliah umum di ITB digelar di ruang heritage Laboratorium Bosscha, Departemen Fisika—ruang bergaya teater dengan bangku dan kursi kayu jati antik yang telah digunakan sejak 1924, dilengkapi papan tulis hitam dan kapur tulis. Nuansa historis ini menjadi kontras sekaligus harmonis dengan pembahasan yang berfokus pada tantangan dan peluang masa depan sains dan teknologi.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Brian Schmidt membuka sesi dengan menekankan sifat dinamis dan tak terduga dari masa depan sains. “Saya tidak dapat memprediksi masa depan. Untuk memecahkan masalah yang terus berubah secara dinamis, kita membutuhkan teknik baru,” ujarnya.
Menurutnya, kemampuan beradaptasi dan learning agility adalah keterampilan mutlak yang harus dimiliki ilmuwan untuk merespons perubahan global yang cepat.
Sejalan dengan itu, Jagadish menyoroti pentingnya pendidikan yang memperluas wawasan dan membentuk kelincahan berpikir. Ia menegaskan bahwa literasi sains harus melibatkan seluruh elemen—pemerintah, perguruan tinggi, industri, media, hingga masyarakat—agar dapat memberikan dampak nyata.
“Masyarakat dengan literasi tinggi dapat mengambil keputusan berbasis bukti dan memiliki pola pikir kritis,” tegasnya.
Dalam sesi kuliah umum di Unpad, Jagadish membagikan refleksi pribadinya bahwa pencapaian di dunia sains dan rekayasa tak lepas dari kegagalan. Ia memotivasi sivitas akademika dengan sejumlah kiat sukses: memilih bidang yang sesuai passion dan dinikmati (have fun), berpikir positif, bekerja keras, memiliki ketahanan (resilience) dan kegigihan (persistence), menjaga sikap positif, menemukan mentor, serta membangun kolaborasi.
“You need to push the limit,” ujarnya, menekankan pentingnya mendorong batas kemampuan diri.
Tentang peran mentor, ia berpesan, “Find a mentor who can guide you in the right direction,” karena bimbingan yang tepat dapat mengarahkan langkah menuju kesuksesan.
Saat menjawab pertanyaan peserta tentang realisasi mendirikan perusahaan berbasis hasil riset, Jagadish mencontohkan dukungan sistem di Australia bagi dosen yang ingin mengembangkan perusahaan. Di Indonesia, menurutnya, perlu dialog dengan pimpinan universitas untuk mengatur teknis, termasuk mekanisme pendanaan dan pengajuan proposal. Ia juga menegaskan bahwa tidak semua ilmuwan harus memiliki keterampilan kewirausahaan; perbedaan keahlian justru menjadi peluang untuk saling melengkapi.
Isu fokus penelitian yang sering berubah akibat permintaan pemberi dana juga mengemuka. Menanggapi hal ini, Jagadish menekankan pentingnya mempertahankan spesialisasi dan keunikan riset.
“Dana penelitian yang diperoleh sebaiknya digunakan untuk memperkuat faktor pembeda dan keunggulan riset tersebut,” ujarnya, yang disambut positif oleh peserta.
Sesi di ITB ditutup oleh Yudi Darma, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, yang merangkum pesan kedua narasumber sebagai inspirasi strategis.
“Ilmu pengetahuan adalah pondasi, dan kolaborasi adalah jembatannya. Keduanya perlu diperkuat untuk menghadapi tantangan global,” ungkapnya. Sementara di Unpad, Prof. Rizki Abdullah, Wakil Rektor SDM dan Tata Kelola, memfasilitasi penutupan acara dengan penyerahan cendera mata.
Rangkaian kuliah umum ini tidak hanya memperkaya wawasan sivitas akademika, tetapi juga memperkuat jejaring kerja sama internasional di bidang sains dan teknologi. Hasil diskusi akan menjadi masukan penting bagi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam merumuskan kebijakan dan program strategis yang mendorong inovasi, literasi sains, dan daya saing bangsa.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.